TAHUKAH ANDA: SALAT BAGI UMAT KRISTEN

Posted by mochihotoru | Posted in , , | Posted on 11:46:00 AM

0

Barangkali agak asing rupanya, jika orang Kristen berbicara tentang salat. Karena kata “salat” atau “sembahyang” itu sendiri jarang disinggung-sentuh oleh orang Kristen. Padahal jauh sebelum saudara kita kaum muslim menggunakan istilah ini, orang Kristen Ortodoks telah menggunakan kata “salat” saat menunaikan ibadah.

Kata “salat” itu sendiri dalam bahasa Arab, serumpun dengan kata “tzelota” dalam bahasa Aram (Suriah), yaitu bahasa yang digunakan oleh Tuhan Yesus Kristus sewaktu hidup di dunia. Umat Kristen Ortodoks Arab, yaitu umat Kristen Ortodoks yang berada di Mesir, Palestina, Yordania, Lebanon, dan daerah Timur Tengah lainnya, menggunakan kata “tzelota” tadi dalam bentuk bahasa Arab yaitu “shalat”, sehingga doa “Bapa kami” oleh umat Kristen Ortodoks Arab disebut sebagai “Shalat al Rabbaniyah”. Dengan demikian, salat itu bukanlah datang dari umat Islam atau meminjam istilah Islam semata. Jauh sebelum ajaran Islam muncul, istilah “salat” untuk menunaikan ibadah telah digunakan oleh kaum Kristen Ortodoks, tentu saja dalam penghayatan yang berbeda. [Selain itu, kaum Yahudi Essenes (Esseioi), Samaria (Shomronim), Hanif (Hunafa) di Arab, bahkan kaum pagan Mekkah pun ikut melaksanakan ritual ini. Baik kaum Yahudi, Sabean, Kristen, Hanif, maupun Islam, serta kaum pagan Mekkah pra-Islam sekalipun, yang melaksanakan ritual ini mengaku bahwa ritual peribadahan ini merupakan teladan yang diajarkan langsung oleh nabi, utusan, dan orang-orang yang dipakai Allah lain--termasuk Tuhan Yesus Kristus.]

Dalam Gereja Ortodoks, sesuai dengan data-data Alkitab, baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, menyebutkan bahwa salat itu dilakukan tujuh kali dalam sehari (Mzm 119:164) berdasarkan urutan waktu dan masing-masing salat itu mempunyai makna teologis di sekitar Inkarnasi Sang Firman Allah dan karyaNya. Sedangkan nama-nama salat tersebut adalah sebagai berikut:
1. “Salat Jam Pertama” (“Sembahyang Singsing Fajar”, “Orthros”, “Matinus”, “Laudes”) atau “Shalatus Sa’atul Awwal” (“Salatus Shakhar”), yaitu ibadah pagi sebanding dengan “Salat Subuh” dalam ajaran Islam (jam 5-6 pagi). Data ini diambil dari Kitab Keluaran 29:38-41 berkenaan dengan ibadah korban pagi dan petang, yang dalam Gereja dihayati sebagai peringatan lahirnya Sang Firman Menjelma sebagai Sang Terang Dunia (Yoh 8:12).

2. “Salat Jam Ketiga” (“Sembahyang Jam Ketiga”, “Tercia”) atau “Shalatus Sa’atus Tsalitsu”, salat ini sebanding dengan “Salat Dhuha” dalam ajaran Islam meskipun bukan salat wajib (jam 9-11 pagi). Ini terungkap dalam Kitab Kisah Para Rasul 2:1, 15 yang mempunyai pengertian penyaliban Yesus dan juga turunnya Sang Roh Kudus (Mrk 15:25; Kis 2:1-12,15). Itu sebabnya dengan salat ini, kita teringatkan agar mempunyai tekat dan kerinduan untuk menyalibkan dan memerangi hawa nafsu (kedagingan) sendiri, agar kasih Allah dalam Roh Kudus melimpah dalam hidup.

3. “Salat Jam Keenam” (“Sembahyang Jam Keenam”, “Sexta”) atau “Shalatus Sa’atus Sadis”. Ini nyata terlihat dalam Kisah Para Rasul 10:9 dan salat ini sebanding dengan “Salat Zuhur” dalam ajaran Islam (jam 12-1 tengah hari), yang mempunyai makna sebagai peringatan akan penderitaan Kristus di atas salib (Luk 23:44-45), dan pencuri yang disalib bersama-sama Kristus bertobat. Berpijak dari makna ini, kita pun diharapkan seperti pencuri selalu ingat akan hidup pertobatan dan selalu memohon rahmat Ilahi agar mampu mencapai tujuan hidup yaitu masuk dalam kerajaan Allah.

4. “Salat Jam Kesembilan” (“Sembahyang Jam Kesembilan”, “Nona”) atau “Shalatus Sa’atus Tis’ah” (Kis 3:1) sebanding dengan “Salat Ashar” dalam ajaran Islam (jam 3-4 sore). Salat ini dilakukan untuk mengingatkan saat Kristus menghembuskan nafas terakhir-Nya di atas salib (Mrk 15:34-38), sekaligus untuk mengingatkan bahwa kematian Kristus di atas salib adalah untuk menebus dosa-dosa, agar manusia dapat melihat dan merasakan rahmat Ilahi.

5. “Salat Senja” (“Sembahyang Senja”, “Esperinos”, “Vesperus”) atau “Shalatul Ghurub”. Salat ini sebanding dengan “Salat Magrib” dalam ajaran Islam (kira-kira jam 6 sore), sama seperti salat jam pertama, salat ini dilatar belakangi oleh ibadah korban pagi dan petang yang terdapat dalam Kitab Keluaran 29:38-41. Makna dan tujuan salat ini adalah untuk memperingati ketika Kristus berada dalam kubur dan bangkit pada esok harinya, seperti halnya matahari tenggelam dalam kegelapan untuk terbit pada esok harinya.

6. “Salat Purna Bujana” (“Salat Tidur”, “Completorium”) atau “Shalatul Naum” (Mzm 4:9). Salat ini sebanding dengan “Salat Isya” dalam ajaran Islam (jam 8-12 malam), yang mempunyai makna untuk mengingatkan bahwa pada saat malam seperti inilah Kristus tergeletak dalam kuburan dan tidur yang akan dilakukan itu adalah gambaran dari kematian itu.

7. “Salat Tengah Malam” (“Sembahyang Ratri Madya”, “Prima”) atau “Shalatul Lail” atau “Shalat Satar” (Kis 16:25). Salat ini sebanding dengan “Salat Tahajud” dalam ajaran Islam. Salat tengah malam ini mengandung pengertian bahwa Kristus akan datang seperti pencuri di tengah malam (Mat 24:42; Luk 21:26; Why 16:15), hingga demikian hal itu mengingatkan orang percaya untuk tetap selalu berjaga-jaga dalam menghidupi imannya.

Dalam Gereja Ortodoks, seperti Kanisah Ortodoks Syria (KOS), salat tujuh kali sehari ini dikenal sebagai “Salat Nabi Daud” berdasarkan Mazmur 119:164, yaitu mencontoh kebiasaan Daud berdoa, lalu dijadikan sebagai pola waktu-waktu sembahyang umat Kristen Purba. Namun di samping itu Gereja Ortodoks lain juga mengenal salat tiga kali sehari bagi mereka yang memang merasa tak cukup waktu, yang dikenal sebagai “Salat Nabi Daniel”, sesuai dengan Kitab Mazmur 55:18 dan Kitab Daniel 6:11.


Sebelum melakukan ibadah salat tersebut di atas, menurut Tradisi Gereja dan Alkitab, sebagaimana saudara kita kaum muslim jika mau salat harus “bersuci” (“wudu”) lebih dulu, umat Kristen Ortodoks pun juga “bersuci” sebelum menunaikan salat yaitu dengan jalan membasuh telapak tangan, membasuh wajah dan kepala, membasuh tungkai kaki, serta seluruh kaki. Ini semua tertulis dalam Kitab Mazmur 26:1-12. Sedangkan “kiblat” sewaktu salat adalah menghadap ke Timur. Karena Kaabah Bait Allah di Yerusalem itu digenapi oleh Kristus sendiri (Yoh 2:9-21), artinya Yesus Kristuslah yang dianggap sebagai Kaabah atau Bait Allah yang hidup itu. Dengan demikian orang Kristen merasa harus berkiblat kepada-Nyalah jika bersalat. Padahal dalam kenyataan, Yesus itu sesuai dengan surat Filipi 3:20 berada di surga, jadi kiblatnya bukan arah mata-angin maupun dunia ini, namun untuk menimbulkan lambang kiblat itu di surga. Kitab Suci menyebut Eden (‘Adn) sebagai lambang surga itu berada di sebelah Timur (Kej 2:8), maka ke arah Timur itulah kiblat salat dilakukan. Di sisi lain, karena Kristus nanti datang dari arah Timur ke Barat (Mat 24:27), dengan menghadap ke Timur saat salat menunjukkan arti bahwa orang percaya selalu mengharapkan kedatangan Kristus yang kedua kali. [Kepercayaan bahwa tubuh Kristuslah yang menjadi kiblat ini, menggantikan tradisi kaum Essenes, penganut kristen purba, dan kaum Yahudi yang benar (di luar sekte Farisi dan Saduki) yang berkiblat ke Bait Suci (Bait al Maqdis) atau tradisi kaum Samaria yang berkiblat ke Gunung Gerizim. Hal ini kemungkinan besar disebabkan pula oleh dihancurkannya Bait Suci tahun 70 M oleh Titus.]

Dari segenap uraian yang terungkap di atas jelaslah sudah bahwa meskipun makna dan tujuan doa salat adalah untuk menyatukan umat percaya pada Allah, namun Gereja Ortodoks, yang lebih dekat tradisinya dengan kebiasaan Tuhan kita Yesus Kristus, sepanjang sejarahnya tahu menempatkan mana yang doa dan mana yang salat. Itulah sebabnya bagi umat Kristen Ortodoks jika mendengar istilah “salat” bukanlah hal yang baru, karena “salat” adalah bagian ibadah yang selalu terjaga dan dilakukan dalam Gereja dari abad-abad permulaan sampai sekarang.

*) Dikutip dari catatan Sdr. Agustinus Londong Padang.
**) Disunting dan ditambahi oleh Mochihotoru

Sumber: Pemuda-Pemudi Pecinta Kristus

ACEH ISLAMI?

Posted by mochihotoru | Posted in , , | Posted on 4:22:00 PM

0

Oleh: Roni Muchtar

Selamat Datang di Nanggroe Aceh Darussalam, provinsi berlandaskan Syariat Islam. Begitu bilboard terpasang di kawasan Aceh Tamiang-perbatasan Aceh dengan Sumatera Utara. Secara tak terduga nuansa islami akan dengan apalagi berbagai kaligrafi Arab menghiasi sepanjang jalur menuju provinsi Aceh. Namun kesan islami itu menguap begitu cepat, ketika pandangan kita toleh lebih dalam ke relung Aceh? Ketika hiruk pikuk dan prilaku masyarakat Aceh diamati keseharian. Mulai cara berpakaian hingga cara bergaul, kesan Aceh yang bernuansa islami itu nyaris tak terlihat. Mungkin hanya di sekolah-sekolah saja yang terlihat saat siswa-siswa di Aceh berbusana muslimah, tapi jangan tanya pergaulan mereka. Pasti Anda membayangkan tidak berada di Aceh.

Islam dan Aceh memang tak bisa dipisahkan. Ketika bicara Aceh pastilah berkait Islam, karena hampir tak ada penduduk (asli) yang bukan muslim. Mungkin itu salah satu latar Aceh digelar serambi Mekkah. Gelar itu jauh sebelum Aceh dinobatkan sebagai daerah modal, sebelum syariat Islam (hukum Islam) diterapkan sejak 1 Muharram 1422 Hijriah dan ditetap dalam qanun-qanun (kanon-kanon; peraturan-peraturan), sebelum dibentuknya dinas khusus yang menangani syariat Islam atau difungsikannnya Pengadilan Agama menjadi Mahkamah Syar´iyah. Nilai-nilai islami sudah dianut masyarakat Aceh sebelum munculnya nomenklatur tulisan Arab Melayu di sejumlah papan nama dinas dan pertokoan di Aceh.

Apa yang kita saksikan kemudian, euforia syariat Islam nyaris mengalahkan isu keamanan ketika keadaan Aceh masih konfllik. Ironinya, mengatasnamakan syariat islam dengan pemahaman yang seumur jagung, seakan menjadi pembenaran untuk tindakan yang sesungguhnya tidak sesuai syariat itu sendiri. Eforia itu sempat memudar ketika Darurat Militer diterapkan di Aceh. Lalu kembali bergema saat pascakesepakatan damai antara pemerintah Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka. Malahan, DPRA menyusun qanun tentang hukum Islam dengan draf hudud (potong tangan) bagi pelaku pencurian dengan nilai maksimal 94 gram emas.

Draf hudud membuat reaksi berbagai pihak. Yang keberatan beralasan, bahwa sasaran syariat Islam [yang diterapkan] selama ini belum memberi rasa keadilan. Tiga qanun yang mengatur pelanggaran hukum hanya mengena orang-orang kecil. Misal, penjudi kelas teri yang kebetulan tertangkap. Kasus judi atau maisir inilah yang pertama kali diterapkan hukum cambuk sebagai perwujudan pemberlakukan syariat Islam. Kasus ini menjadi kasus dunia saat ini, karena baru pertama kalinya provinsi di Indonesia menerapkan syariat Islam.

Pascamomentum ini, pemerintah provinsi Aceh berusaha meyakinkan masyarakat dan dunia bahwa mereka serius menjalankan syariat Islam. Maka, polisi syariah atau yang lebih populer dengan Wilayatul Hisbah (WH) lahir. Tugasnya, mengawasi pelaksanaan syariat Islam dan dibenarkan melakukan tindakan awal terhadap para pelanggar syariat.

Dalam sekejap, WH hadir bagai malaikat pencabut nyawa. Pelaku mesum dan judi ditangkap di mana-mana. Kebebasan bertugas seakan menjadi hak istimewa mereka. Padahal, tidak seluruh area dibenarkan masuk sebelum ada izin dari pemiliknya. Pro-kontra mengenai WH pun terjadi. Apalagi, setelah beberapa pejabat yang tertangkap WH dibebaskan dengan berabagai alasan. Demikian pula ada oknum WH yang tertangkap mesum, tapi tidak diproses. Dikabarkan melarikan diri ke luar Aceh. Sejak itu aura syariat pun meredup.

Beberapa bulan terakhir ini, fenomena eforia syariat Islam kembali lagi, disusul tertangkapnya sejumlah pelaku mesum. Yang masih hot yaitu adanya aksi ratusan santri dayah di Aceh yang menyatakan tekat menjalankan syariat Islam sebagai hukum wajib di Aceh.

Islamkan Aceh?

Pertanyaan itu muncul seiring masih gandrungnya kita mempermainkan nilai Islam demi sebuah gengsi. Fakta kita hanya bangga dengan bungkus tapi di dalamnya borok. Peci dan jilbab hanya simbol yang memuat kita masygul (susah hati), karena sangat kontras dengan prilaku keseharian mulai rakyat awam sampai yang suka berkhotbah mengenai syariat Islam itu sendiri. [Jika melihat sejarah, perilaku yang lebih mementingkan penampakan luar daripada isi ini sama dengan perilaku kaum Yahudi Farisi dan Saduki yang sering diperingatkan oleh banyak nabi di masa lalu. Mereka mencanangkan itu hanya untuk sebuah prestise belaka.]

Tak jauh ambil contoh, lihat saja kelakuan orang Aceh berkendaraan. Coba bandingkan mana yang lebih banyak yang duduk di kafe dengan di meunasah [ semacam lembaga pendidikan yang multifungsi]. Lihat pula pergaulan muda-mudi sekarang di Aceh! Islamikah Aceh? Tentu belum dalam soal kebersihan. Padahal ajaran Islam mengatakan, menjaga kebersihan sebagai bagian dari iman. Tapi toliet di masjid dan tempat ibadah begitu jorok. Lingkungan berselemak sampah. Maka ada adagium di Aceh: tong sampah seluas jalan. Tentu saya tak berani mengatakan, kalau orang yang mengaku sangat bersyariat, tapi mereka munafik.

Ada kesan kegamangan dan menggelikan dalam menerapkan syariat Islam. Sebut saja, kebijakan Dinas Pendidikan Banda Aceh yang menerapkan pemisahan lokal antara siswi dengan siswa. Bukankah itu menggelikan? Justru cara ini sering menimbulkan suasana tidak sehat. Sebab perilaku siswa justru lebih agresif dan cenderung kurang sopan, karena tak ada lagi sosok yang membuat mereka malu. Sehingga, siswi menjadi kelaki-lakian karena bergaul sesama siswi. Demikian juga dengan motivasi belajar, akan menurun akibat tidak terstimulan dengan kehadiran siswa di kelas mereka. Minat belajar pun menurun, karena tidak motivasi sebagai kodrat manusia secara positif.

Mungkin niat para pengelola pendidikan benar, mengantisipasi kemungkinan cinta terlarang antarsiswa [yang bisa mengundang perzinahan]. Tetapi justru ini masalah baru karena mengebiri kemerdekaan siswa yang seharusnya mereka harus kreatif dan dinamis. Kita pastikan, sesuatu yang dipendam ketika ada peluang akan cenderung pada yang buruk. Justru pemisahan kelas (laki-perempuan) akan membuka ruang melahirkan cinta terlarang yang lebih dahsyat.

Demikian pula kebijakan meliburkan siswa pada bulan Ramadhan, karena tidak tepat ketika tekat pemerintahan Aceh mendongkrak kualitas pendidikan. Adalah suatu ironi ketika siswa di daerah lain yang sudah berprestasi terus belajar [bahkan ketika berpuasa], kita justru beristirahat dengan dalih berpuasa. Apakah, orang Islam di daerah lain tak berpuasa hanya karena belajar? Dan berapa pula persentase siswa yang berpuasa karena tidak sekolah di Aceh?

Inilah Aceh, yang hanya tampil dengan simbol-simbol, tapi muatannya nol. Sekarang di DPRA juga sedang gabuk bikin inisiatif Qanun Pers dan Penyiaran Islami. Draft qanun PPI yang dijadikan satu dari 23 qanun prioriotas DPRA tahun 2008 patut dipertanyakan. Kita tak tahu, mungkin karena anggota DPRA yang meusilak karena aibnya dibeberkan pers, sehingga mereka tidak nyaman dengan pemberitaan atas kelakuan mereka selama ini. Dan untuk meredam pers, dibuatkan aturan. [Permainan politik ini sangat mirip dengan yang terjadi di negara-negara komunis.] Padahal masih banyak qanun lain yang seharusnya dikejar pada program legislatif Aceh tahun ini. Sebut saja, ketersedian energi sebagai entry point bagi dunia investasi di Aceh.

Apakah benar, sudah sangat mendesak PPI di Aceh. Apakah, ada investor gila yang akan masuk ke Aceh bila ketersedian energi masih bergantung dengan daerah lain. Apakah Sumut tidak keberatan menyuplai energi ke Aceh untuk keuntungan investasi, bila kebutuhan sendiri tidak cukup? Dan qanun PPI sesungguhnya, ingin menunjukkan kesan kala Aceh ini jago islami, sehingga semuanya harus bernama islami. Aduh, inilah orang Aceh yang latah. Terus saja terjebak simbolisme belaka. Maka orang luar pun makin terbahak tawanya. Orang Aceh kaya ide, tapi miskin dalam implementasinya. Hebat!

*) Tulisan ini disunting dan ditambahi oleh Mochihoru

sumber: www.hinamagazine.com

SAAT IBLIS BERTAMU KEPADA RASUL ALLAH

Posted by mochihotoru | Posted in , , | Posted on 11:25:00 PM

0

PENDAHULUAN
Hadis menurut Muadz bin Jabal, riwayat dari Ibn Abbas, telah menyebar luas di kalangan umat muslim awam. Hadis yang terhitung sangat mahsyur ini menceritakan tentang percakapan Muhammad dan sahabatnya dengan Iblis yang berwujud seorang kakek tua di Madinah. Iblis itu sendiri dipaksa datang oleh malaikat ALLAH ke hadapan sang utusan Allah untuk membuat pengakuan dan menjawab pertanyaan Muhammad. Iblis lalu memberitahu banyak rahasia kepada Muhammad, diantaranya: orang yang dibencinya, pekerjaan yang dibencinya, manusia yang menjadi temannya, hal orang yang ikhlas, 70.000 anak dan pengikut-pengikut mereka, cara Iblis mencobai manusia, sepuluh hal permintaan Iblis kepada ALLAH.

Jika dilihat, kisah dalam hadis ini memiliki kemiripannya dengan Hadis yang tertulis dalam Kitab Al Awail karya Jalal al Din al Suyuti. Dalam buku tersebut digambarkan sebuah dialog antara Muhammad dan Setan, yang menggunakan topi berwarna-warni, di pinggiran Jannat al Baqi, Madinah. Mereka melakukan dialog tantang banyak hal, seperti: usaha mencobai para utusan ALLAH sebelum Muhammad yang gagal, maksud dari topi berwarna-warni yang dipakai Setan, kewajiban orang percaya yang dihalangi Setan, Ahli Bait, 15 musuh Setan, 11 sahabat Setan, pekerjaan-pekerjaan yang disukai Setan.

Hadis ini banyak dipertanyakan oleh ahli Hadis, bukan hanya di Indonesia tetapi juga di Arab Saudi. Syaikh Abdurrahman al Sahim adalah salah seorang pakar yang telah membuktikan kepalsuan hadis ini. Dalam salah satu analisisnya, dia mengatakan, “Dan dari sebagian tanda-tanda kepalsuannya adalah penyebutan kata [bersumpah dengan cerai], sebuah istilah yang tidak pernah terdengar di masa Muhammad dan sahabat. Dan juga pernyataan Iblis tentang apa yang menjadi pelindungnya [di bawah kuku manusia], yang bertentangan dengan hadis riwayat Syaikhani [Bukhari dan Muslim] di Hadis Abu Hurairah dari Muhammad: “Jika salah seorang dari kalian bangun tidur maka hendaklah ia memasukkan air ke dalam hidungnya seperti gerakan dalam wudu sebanyak tiga kali. Karena sesungguhnya setan bermalam di lubang hidungnya.”

Pusat Fatwa yang dikepalai Dr Abdullah Faqih pun menegaskan bahwa hadis itu merupakan hadis palsu yang sangat jelas. Terkait dengan hukum penyebarannya, tidak diperbolehkan kecuali untuk sekedar pengingat saja. Hal ini selaras dengan perkataan Sang Nabi dalam Hadis Bukhari yang berbunyi: “Sejatinya pembohongan atas namaku tidak seperti pembohongan atas siapapun. Barangsiapa yang berbohong atas namaku, maka dia dengan sengaja menyiapkan tempatnya di dalam neraka.”

Dilihat secara keseluruhan, hadis ini memang baik serta selaras dengan hukum-hukum Islam. Namun, meskipun tujuannya baik dan demi kemuliaan ALLAH, kebohongan dan pembenaran seperti hadis ini jelas melanggar hukum ALLAH yang sudah disampaikan orang-orang yang dipakai-Nya. Apalagi kebohongan itu memakai teks-teks keagamaan sebagai legitimasi demi menjaga kewibawaan diri atau institusi atau aliran kepercayaannya. Pandangan objektif jelas diperlukan dalam memandang suatu kepercayaan yang sakral sekalipun.

Akhirnya, dengan tujuan menjembatani dan mempersatukan bangsa Indonesia, redaksi menulis ulang Hadis menurut Muadz bin Jabal ini dengan gaya bahasa yang lebih nasional agar umat beragama lain juga dapat mengerti makna dari istilah-istilah Islam yang terkadang terkesan eksklusif.

TEKS HADIS
Iblis Terpaksa Bertamu kepada Muhammad
Ketika kami sedang bersama Rasul ALLAH di kediaman seorang sahabat Ansar [yaitu, kaum pribumi Madinah], tiba-tiba terdengar panggilan seseorang dari luar rumah: “Wahai penghuni rumah, bolehkah aku masuk? Sebab kalian akan membutuhkanku.”

Rasul ALLAH bersabda: “Tahukah kalian siapa yang memanggil?”

Kami menjawab: “ALLAH dan utusan-Nya yang lebih mengetahui.”

Beliau melanjutkan: “Itu Iblis; kutuk ALLAH bersamanya.”

Umar bin Khattab berkata: “Izinkan aku membunuhnya, wahai Rasul ALLAH”.

Nabi menahannya: “Sabar wahai Umar, bukankah kamu tahu bahwa ALLAH memberinya kesempatan hingga hari kiamat? Lebih baik bukakan pintu untuknya, sebab dia telah diperintahkan oleh ALLAH untuk ini. Pahamilah apa yang hendak ia katakan dan dengarkan dengan baik.”

Ibnu Abbas berkata: “Pintu lalu dibuka, ternyata dia seperti seorang kakek yang cacat satu matanya. Di janggutnya terdapat tujuh helai rambut seperti rambut kuda, taringnya terlihat seperti taring babi, bibirnya seperti bibir sapi.”

Iblis berkata: “Damai sejahtera bagimu Muhammad. Damai sejahtera bagi kalian semua.”

Rasul ALLAH lalu menjawab: “Damai sejahtera hanya milik ALLAH, sebagai ciptaan yang terkutuk, apa keperluanmu?”

Iblis menjawab: “Wahai Muhammad, aku datang ke sini bukan atas kemauanku, namun karena terpaksa.”

“Siapa yang memaksamu?”

“Seorang malaikat dari utusan ALLAH telah mendatangiku dan berkata: ‘ALLAH memerintahkanmu untuk mendatangi Muhammad sambil menundukkan diri. Beritahu Muhammad tentang caramu dalam mencobai manusia. Jawabalah dengan jujur semua pertanyaannya. Demi kemuliaan ALLAH, andai kau berdusta satu kali saja, maka ALLAH akan jadikan dirimu debu yang ditiup angin.’

“Oleh karena itu aku sekarang mendatangimu. Tanyalah apa yang hendak kau tanyakan. Jika aku berdusta, aku akan dihujat oleh setiap musuhku. Tidak ada sesuatu pun yang paling besar menimpaku daripada cacian musuh.”

Orang yang Dibenci Iblis
Rasul ALLAH lalu bertanya kepada Iblis: “Kalau kau benar jujur, siapakah di antara manusia yang paling kau benci?”

Iblis segera menjawab: “Kamu, kamu, dan orang sepertimu adalah mahkluk ALLAH yang paling aku benci.”

“Siapa selanjutnya?”

“Pemuda yang mematuhi hukum dan perintah ALLAH yang memberikan dirinya melayani kepada ALLAH.”

“Lalu siapa lagi?”

“Orang alim dan setia.”

“Lalu siapa lagi?”

“Orang yang selalu bersuci.”

“Siapa lagi?”

“Seorang miskin yang sabar dan tak pernah mengeluhkan kesusahannya kepada orang lain.”

“Apa tanda kesabarannya?”

“Wahai Muhammad, jika ia tidak mengeluhkan kesusahannya kepada orang lain selama tiga hari, ALLAH akan memberi upah orang-orang yang sabar.”

“Selanjutnya apa?”

“Orang kaya yang bersyukur.”

“Apa tanda kesyukurannya?”

“Ia mengambil kekayaannya dari tempatnya, dan mengeluarkannya juga dari tempatnya.”

“Orang seperti apa Abu Bakar menurutmu?”

“Ia tidak pernah mematuhiku di zaman Jahiliyah, apalagi dalam ajaran ALLAH.”

“Umar bin Khattab?”

“Demi ALLAH setiap berjumpa dengannya aku pasti kabur.”

“Usman bin Affan?”

“Aku malu kepada orang yang malaikat pun malu kepadanya.”

“Ali bin Abi Thalib?”

“Aku berharap darinya agar kepalaku selamat, dan berharap ia melepaskanku dan aku melepaskannya. Tetapi ia tak akan mau melakukan itu; [dan aku mengerti karena Ali memang selalu mengingat dan memuji-muji ALLAH].”

Pekerjaan yang Dapat Menyakiti Iblis
“Apa yang kau rasakan jika melihat seseorang dari umatku yang hendak sembahyang?”

“Aku merasa panas dingin dan gemetar.”

“Kenapa?”

“Sebab, setiap seorang hamba bersujud dengan daging dan rohnya satu kali kepada ALLAH, ALLAH mengangkatnya satu derajat.”

“Jika seorang umatku berpuasa?”

“Tubuhku terasa terikat hingga ia berbuka.”

“Jika ia berhaji?”

“Aku seperti orang gila.”

“Jika ia membaca dan merenungi Alquran?”

“Aku merasa meleleh laksana timah diatas api.”

“Jika ia bersedekah?”

“Itu sama saja orang tersebut membelah tubuhku dengan gergaji.”

“Mengapa bisa begitu?”

“Sebab dalam sedekah ada empat keuntungan baginya. Yaitu berkat dalam hartanya, hidupnya disukai, sedekah itu kelak akan menjadi penghalang antara dirinya dengan api neraka dan segala macam musibah akan terhalau dari dirinya.”

“Apa yang dapat mematahkan pinggangmu?”

“Suara kuda perang di jalan ALLAH.”

“Apa yang dapat melelehkan tubuhmu?”

“Tobat orang yang bertobat.”

“Apa yang dapat membakar hatimu?”

“Ketika manusia memohon pengampunan dosa kepada ALLAH waktu siang dan malam.”

“Apa yang dapat mencoreng wajahmu?”

“Sedekah yang diam-diam.”

“Apa yang dapat menusuk matamu?”

“Sembahyang fajar.”

“Apa yang dapat memukul kepalamu?”

“Ibadah bersama.”

“Apa yang paling mengganggumu?”

“Dewan para imam besar.”

“Bagaimana cara makanmu?”

“Dengan tangan kiri dan jariku.”

“Di manakah kau menaungi anak-anakmu di musim panas?”

“Di bawah kuku manusia.”

Manusia Yang Menjadi Teman Iblis
Nabi lalu bertanya: “Siapa temanmu wahai Iblis?”

“Pemakan riba.”

“Siapa sahabatmu?”

“Pezinah.”

“Siapa teman tidurmu?”

“Pemabuk.”

“Siapa tamumu?”

“Pencuri.”

“Siapa utusanmu?”

“Tukang sihir.”

“Apa yang membuatmu gembira?”

“Bersumpah dengan cerai.”

“Siapa kekasihmu?”

“Orang yang meninggalkan ibadah Jumat [bagi umatmu dan Sabat bagi umat sebelummu].”

“Siapa manusia yang paling membahagiakanmu?”

“Orang yang meninggalkan ibadah dengan sengaja.”

Iblis Tidak Berdaya Di hadapan Orang yang Ikhlas
Rasul ALLAH lalu bersabda: “Segala puji bagi ALLAH yang telah membahagiakan umatku dan menyengsarakanmu.”

Iblis segera menimpali: “Tidak, tidak. tak akan ada kebahagiaan selama aku hidup hingga hari akhir. Bagaimana kau bisa berbahagia dengan umatmu, sementara aku bisa masuk ke dalam aliran darah mereka dan mereka tak bisa melihatku. Demi yang menciptakan diriku dan memberikanku kesempatan hingga hari akhir, aku akan menyesatkan mereka semua. Baik yang bodoh, atau yang pintar, yang bisa membaca dan tidak bisa membaca, yang durjana dan yang saleh, kecuali umat ALLAH yang ikhlas [dan tidak seperti orang munafik].”

“Siapa orang yang ikhlas menurutmu?”

“Tidakkah kau tahu wahai Muhammad, bahwa barangsiapa yang menyukai emas dan perak, ia bukan orang yang ikhlas. Jika kau lihat seseorang yang tidak menyukai dinar dan dirham, tidak suka pujian dan sanjungan manusia, aku bisa pastikan bahwa ia orang yang berhati ikhlas, maka aku meninggalkannya. Selama seorang umat ALLAH masih menyukai harta dan sanjungan manusia, dan hatinya selalu terikat dengan kesenangan dunia, ia sangat patuh padaku.

Iblis Dibantu oleh 70.000 Anak-Anaknya
“Tahukah kamu Muhammad, bahwa aku mempunyai 70.000 anak. Dan setiap anak memiliki 70.000 setan [sebagai pengikut]. Sebagian ada yang aku tugaskan untuk mengganggu para imam besar. Sebagian untuk menggangu anak-anak muda, sebagian untuk menganggu orang-orang tua, sebagian untuk menggangu wanta-wanita tua, sebagian anak-anakku juga aku tugaskan kepada orang yang meninggalkan kehidupan dunia.

“Aku punya anak yang suka mengencingi telinga manusia sehingga ia tidur pada ibadah bersama. Tanpanya, manusia tidak akan mengantuk pada waktu ibadah bersama.

“Aku punya anak yang suka menaburkan sesuatu di mata orang yang sedang mendengarkan khotbah hingga mereka tertidur dan upahnya terhapus.

“Aku punya anak yang senang berada di lidah manusia, jika seseorang melakukan kebajikan lalu ia beberkan kepada manusia, maka 99% upahnya akan terhapus.

“Pada setiap seorang wanita yang berjalan, anakku dan pengikutnya duduk di pinggul dan pahanya, lalu menghiasinya agar setiap orang memandangi dengan menginginkannya.

“Setan juga berkata, “Keluarkan tanganmu”, lalu ia mengeluarkan tangannya lalu setan pun menghiasi kukunya.

“Mereka, anak-anakku, selalu meyusup dan berubah dari satu kondisi ke kondisi lainnya, dari satu pintu ke pintu yang lainnya untuk mencobai manusia hingga mereka terhempas dari keikhlasan mereka. Akhirnya mereka menyembah ALLAH tanpa keikhlasan, namun mereka tidak merasa.

“Tahukah kamu, Muhammad, bahwa ada seorang pendeta yang telah beribadah kepada ALLAH selama 70 tahun? Setiap orang sakit yang didoakan olehnya, sembuh seketika. Aku terus mencobainya hingga ia berzinah, membunuh, dan menjadi kafir.

Cara Iblis Mencobai
“Tahukah kau Muhammad, bahwa dusta berasal dari diriku? Akulah ciptaan pertama yang berdusta. Para pendusta adalah sahabatku. Barangsiapa bersumpah dengan dusta, ia kekasihku.

“Tahukah kau Muhammad, bahwa aku bersumpah kepada Adam dan Hawa dalam nama ALLAH bahwa aku benar-benar menasihatinya. Sumpah dusta adalah kegemaranku. Membuka aib, memfitnah, (gosip), dan mengadu domba orang-orang adalah kesenanganku. Bersaksi dusta adalah kegembiraanku.

“Orang yang bersumpah untuk menceraikan istrinya ia berada di pinggir dosa walau hanya sekali dan walaupun ia benar. Sebab barangsiapa membiasakan dengan kata-kata cerai, istrinya menjadi haram baginya. Kemudian ia akan beranak cucu hingga Hari Akhir. Jadi semua anak-anak zinah dan ia dicampakkan ke dalam neraka hanya karena satu kalimat: cerai.

“Wahai Muhammad, umatmu ada yang suka mengulur-ulur sembahyang. Setiap ia hendak berdiri untuk sembahyang, aku bisikan padanya waktunya masih lama; kamu masih sibuk, lalu ia menundanya hingga ia melaksanakan sembahyang di luar waktu, maka sembahyang itu dipukulkannya ke mukanya. Jika ia berhasil mengalahkanku, aku biarkan ia sembahyang. Namun aku bisikkan ke telinganya, ‘Lihat kiri dan kananmu’, lalu iapun menoleh. Pada saat itu aku usap dengan tanganku dan kucium keningnya serta aku katakan ‘Sembahyangmu tidak sah.’ Bukankah kamu tahu Muhammad, orang yang banyak menoleh dan tidak sepenuh hati dalam ibadahnya akan dipukul.

“Jika ia berdoa sendirian, aku suruh dia untuk bergegas. Ia pun berdoa seperti ayam yang mematuk beras. Jika ia berhasil mengalahkanku dan ia beribadah bersama, aku ikat lehernya dengan tali, hingga ia mengangkat kepalanya sebelum imam, atau meletakkannya sebelum imam. Kamu tahu bahwa melakukan itu batal ibadahnya dan wajahnya akan diubah menjadi wajah keledai. Jika ia berhasil mengalahkanku, aku tiup hidungnya hingga ia menguap dalam ibadah. Jika ia tidak menutup mulutnya ketika menguap, setan akan masuk ke dalam dirinya, dan membuatnya menjadi bertambah serakah dan gila dunia. Dan iapun semakin taat padaku.

“Kebahagiaan apa untukmu, sedang aku memerintahkan orang miskin agar meninggalkan sembahyang? Aku katakan padanya, ‘Kamu tidak wajib beribadah, ibadah hanya wajib untuk orang yang berkecukupan dan sehat. Orang sakit dan miskin tidak, jika kehidupanmu telah berubah baru kau pergi sembahyang.’ Ia pun mati dalam kekafiran. Jika ia mati sambil meninggalkan sembahyang maka ALLAH akan menemuinya dalam kemurkaan.

“Wahai Muhammad, jika aku berdusta ALLAH akan menjadikanku debu. Wahai Muhammad, apakah kau akan bergembira dengan umatmu padahal aku mengeluarkan seperenam mereka dari perjanjian ALLAH?”

Sepuluh Hal Permintaan Iblis kepada ALLAH
“Berapa hal yang kau pinta dari Tuhanmu?”

“Sepuluh macam”

“Apa saja?”

“Aku minta agar ALLAH membiarkanku berbagi dalam harta dan anak manusia, ALLAH mengizinkan.”
Rasul Allah pun menyampaikan firman ALLAH, “Berbagilah dengan manusia dalam harta dan anak. Dan janjikanlah mereka, tidaklah janji setan kecuali tipuan.”

“Harta yang tidak dipersembahkan (dizakatkan), aku makan darinya. Aku juga makan dari makanan haram dan yang bercampur dengan riba, aku juga makan dari makanan yang bukan dalam nama ALLAH.

“Aku minta agar ALLAH membiarkanku ikut bersama dengan orang yang berhubungan dengan istrinya tanpa berlindung dengan ALLAH, maka setan ikut bersamanya dan anak yang dilahirkan akan sangat patuh kepada setan.

“Aku minta agar bisa ikut bersama dengan orang yang menaiki kendaraan bukan untuk tujuan yang halal.

“Aku minta agar ALLAH menjadikan kamar mandi sebagai rumahku.

“Aku minta agar ALLAH menjadikan pasar sebagai tempat bersujudku.

“Aku minta agar ALLAH menjadikan syair sebagai Alquranku [dan Mazmurku].

“Aku minta agar ALLAH menjadikan pemabuk sebagai teman tidurku.

“Aku minta agar ALLAH memberikanku saudara, maka Ia jadikan orang yang membelanjakan hartanya untuk pekerjaan kotor sebagai saudaraku.”

Rasul Allah kembali menyampaikan firman ALLAH, “Orang-orang boros adalah saudara-saudara setan.”

“Wahai Muhammad, aku minta agar ALLAH membuatku bisa melihat manusia sementara mereka tidak bisa melihatku.

“Dan aku minta agar ALLAH memberiku kemampuan untuk mengalir dalam aliran darah manusia. ALLAH menjawab, ‘Silahkan,’ dan aku bangga dengan hal itu hingga Hari Akhir. Sebagian besar manusia bersamaku di Hari Penghakiman.”

Iblis berkata: “Wahai Muhammad, aku tak bisa menyesatkan orang sedikitpun, aku hanya bisa membisikan dan menggoda. Jika aku bisa menyesatkan, tak akan tersisa seorangpun! Sebagaimana dirimu, kamu tidak bisa memberi petunjuk sedikitpun, kamu hanya seorang yang diutus untuk menyampaikan pesan-Nya. Jika kamu bisa memberi petunjuk, tak akan ada seorang kafir pun di muka bumi ini. Kau hanya bisa menjadi penyebab untuk orang yang telah ditentukan sengsara. Orang yang bahagia adalah orang yang telah ditulis bahagia sejak di perut ibunya. Dan orang yang sengsara adalah orang yang telah ditulis sengsara semenjak dalam kandungan ibunya.”

Rasul ALLAH lalu kembali menyampaikan firman ALLAH: “Mereka akan terus berselisih kecuali orang yang diberi kasih karunia ALLAH,” juga menyampaikan, “Sesungguhnya ketetapan ALLAH pasti berlaku.”

Iblis lalu berkata: “Wahai Muhammad sang Rasul ALLAH, takdir telah ditentukan dan pena takdir telah kering. Mahakudus ALLAH yang menjadikanmu pemimpin para nabi dan utusan, pemimpin penduduk surga, dan yang telah menjadikan aku pemimpin mahluk-mahluk celaka dan pemimpin penduduk neraka. Aku, si celaka yang terusir ini, menyampaikan akhir dari yang ingin aku sampaikan kepadamu. Dan aku tidak sedang berdusta.”

REFERENSI
1. islamweb.net
2. apakabardunia.com
3. rileks.com
4. indobestseller.wordpress.com
5. neilhoja.blogspot.com
6. searchtruth.com
7. khayma.com
8. shaikhsohail.wordpress.com