MINAL AIDIN WAL FAIZIN?
Posted by mochihotoru | Posted in Culture, Indonesia, Islam | Posted on 10:41:00 AM
Tidak terasa sebentar lagi bulan Ramadan akan berakhir. Umat Islam di seluruh dunia tak lama lagi akan bertemu dengan Hari Raya Idul Fitri di bulan Syawal, sebuah hari kemenangan bagi umat Islam. Memang di daerah Timur Tengah sendiri hari raya ini kalah ramainya dengan hari raya Id Korban atau Idul Adha. Namun, bagi umat muslim Indonesia, hari yang mereka sebut lebaran ini adalah hari yang amat besar nilainya. Orang-orang perantauan bersiap untuk pulang mudik ke kampung halaman membuat jalan-jalan di Sumatra Jawa dipenuhi kendaraan bermotor.
Minal aidin wal faizin. Mungkin itulah kata yang paling populer di hari lebaran yang suci itu. Karena pada hari lebaran, banyak sekali orang yang menyandingkan kalimat berbahasa Arab ini dengan frasa berbahasa Indonesia “mohon maaf lahir batin”. Antarsesama muslim, bahkan antara nonmuslim dengan muslim, baik langsung maupun melalui surat dan SMS, mereka saling mengucapkan: Minal aidin wal faizin, mohon maaf lahir batin. Iklan di media elektronik dan cetak pun tak kalah ramai mengutip frasa tersebut.
Sayang, banyak sekali orang yang kurang memahami apa makna dari berbagai macam ucapan dan ungkapan tersebut serta asal-usulnya. Kebanyakan dari mereka hanya ikut-ikutan saja atau demi sopan-santun.
Lalu, apa arti dari frasa “Minal Aidin wal Faizin” tersebut?
Kebanyakan masyarakat awam mengira bahwa “minal aidin wal faizin” berarti “mohon maaf lahir dan batin, seperti frasa yang selalu mengikutinya. Frasa tersebut sebenarnya merupakan frasa yang tidak lengkap karena, jika dialihbahasakan, berarti “bagian orang yang kembali dan orang-orang yang menang”. Suatu frasa yang bisa dibilang membingungkan jika mengingat sebagian dari kita selalu mengucapkannya sambil berjabat tangan dengan maksud meminta maaf.
Bagian lengkap dari frasa tersebut adalah “Ja’alnaa Allah wa iyyakum min al aidin wa al faizin” yang secara arti akan menjadi doa dengan makna “Semoga Allah menjadikan kami dan kamu termasuk orang-orang yang kembali (ke jalan Allah) dan orang-orang yang menang (melawan hawa nafsu)”. Namun masyarakat Indonesia hanya mengenal potongan dari frasa ini, min al aidin wa al faizin, dan menganggap sebagai ungkapan bahasa Arab untuk frasa ‘mohon maaf lahir dan batin’.
Ungkapan ini diyakini sudah cukup lama berkembang di masyarakat. Tidak diketahui asal-usulnya sama sekali. Namun ada yang mengatakan bahwa frasa tersebut berasal dari potongan syair kemudian pertama kali dipakai di kalangan pesantren hingga akhirnya masuk ke dalam budaya Indonesia. Namun hal tersebut belum dapat dipastikan sama sekali.
Qaris Tajudin dalam artikel berjudul Bahasa! terbitan TEMPO di halaman 177 mengungkapkan bahwa memang frasa Minal Aidin Wal Faizin “berasal dari bahasa Arab, bahasa yang banyak menyumbang istilah keagamaan di Indonesia, baik agama Islam maupun Kristen.” Qaris mengatakan bahwa selain tidak dikenal dalam budaya Arab, frasa ini juga hanya dapat dimengerti oleh orang Indonesia. Frasa ini bisa ditemui dalam kamus bahasa Indonesia, tapi tidak ditemukan dalam kamus bahasa Arab, kecuali dalam lema kata per kata.
Sebagian orang-orang Timur Tengah yang sering atau pernah berhubungan dengan orang Indonesia mungkin akan mengenal frasa ini sebagai ungkapan khusus di hari Idul Fitri. Mereka pun akan membalas dengan frasa yang sama dengan senyum dan kehangatan khas orang Timur Tengah. Namun, orang awam yang belum bersentuhan dengan budaya Indonesia pasti akan kebingungan bila mendengarnya ketika berjabat tangan untuk saling meminta maaf.
Dalam budaya Arab, ucapan yang disampaikan ketika menyambut hari Idul Fitri biasanya adalah “Taqabbalallahu minna wa minkum” yang berarti “Semoga Allah menerima pekerjaan baik aku dan kamu.” Sebagian menambahkannya dengan kata-kata “… shiyamana wa shiyamakum”, yang artinya “(yaitu) puasaku dan puasamu.” Sehingga kalimat lengkapnya menjadi “Taqabbalallahu minna wa minkum, shiyamana wa shiyamakum” (Semoga Allah menerima puasaku dan puasamu). Ungkapan ini adalah bentuk pendek dari: “Allahumma taqaballahu minna shiyamana wa qiyamana wa sujudana wa tilawatana wa shadaqana. Taqaballahu minna wa minkum kullu aamin wa antum bi khair (Semoga Allah membalas amal ibadat kita: puasa kita, salat malam kita, sujud kita, tilawah Alquran kita, dan sedekah kita, dengan balasan yang baik).”
Di samping itu, orang Arab pun biasa bertahniah (mengucapkan selamat) dengan frasa “Kullu aam wa antum bikhair” yang berarti “Semoga sepanjang tahunmu dalam keadaan baik-baik”. Frasa yang sama mereka ucapkan untuk menyambut tahun baru, Hijriah maupun Masehi.
Ucapan “Minal Aidin wal faizin” memang tidak terdapat dalam hadis manapun. Tidak pula berasal dari budaya di mana bahasa yang membentuknya berasal. Ucapan ini merupakan tradisi asli umat Islam Indonesia yang dengan gembira merayakan hari kemenangannya. Selama tradisi tersebut tidak bertentangan dengan Kitab Suci dan Hukum Tuhan, dan diterima baik oleh umat, tidak ada salahnya untuk terus dipakai dan dilestarikan. Terlebih, jika dibanding jenis ucapan selamat lain, “Minal aidin wal faizin” terkesan lebih puitis.
Selamat Hari Raya Id Fitri!
Ja’alnaa Allah wa iyyakum min al aidin wa al faizin.
Mohon maaf lahir dan batin.
(Sumber: pataka.net, alimu.blogspot.com, redcoholic.wordpress.com, jalansutera.com)
berguna bgt ni artikel, salam :)