Bagi Sebagian Orang, Pencarian tentang Apa yang Terjadi pada Peristiwa 9/11 Belum Berakhir
Posted by mochihotoru | Posted in Architecture, Conspiracy, Government, Myth, News, World | Posted on 12:02:00 AM
Oleh Jesse Ventura
Kamu tak mendapat apapun tentangnya di media arus utama, tetapi dua minggu lalu dalam sebuah konferensi di San Francisco, lebih dari seribu arsitek dan insinyur menandatangani sebuah petisi yang meminta Kongres memulai investigasi baru terhadap penghancuran gedung pencakar langit World Trade Center (WTC) pada 9/11.
Benar sekali; orang-orang ini mempertaruhkan reputasi mereka dalam bahaya yang besar karena mereka tidak mau membeli dongeng peristiwa versi pemerintah. Mereka ingin tahu bagaimana 200.000 ton baja dihancurkan dan jatuh ke tanah dalam waktu 11 detik saja. Mereka bertanya-tanya apakah pesawat yang dibajak itu benar-benar bertanggung jawab—atau apakah peristiwa itu merupakan penghancuran yang dikendalikan dari dalam yang merobohkan gedung kembar dan Building 7.
Richard Gage, seorang anggota Institut Arsitek Amerika (American Institute of Architects) dan pendiri Perkumpulan Arsitek dan Insinyur untuk Kebenaran 9/11 (Architects and Engineers for 9/11 Truth), berkata seperti ini: “Laporan pihak resmi Federal Emergency Management [Agency] dan National Institute of Standards and Technology memberi catatan keadaan kehancuran menara yang tidak cukup, bertentangan, dan manipulatif.” Ia khususnya terganggu oleh Building 7, di mana 47 kesaksian yang ada mencapai kesimpulan pada “percepatan jatuh-bebas yang murni” pada siang itu – walaupun tidak pernah ditabrak oleh pesawat terbang.
Ini adalah persoalan yang aku angkat dalam buku terbaruku, American Conspiracies, yang diterbitkan minggu ini oleh Skyhorse. Petikannya sebagai berikut:
Beberapa orang membantah bahwa gedung kembar itu runtuh, dalam waktu setengah jam secara bersamaan, mengingat konstruksi kedua bangunan tersebut. Bagaimanapun, 425.000 yard kubik beton dan 200.000 ton baja itu didesain untuk bertahan dari Boeing 707, pesawat terbesar yang dibangun pada saat gedung itu selesai didirikan tahun 1973. Sebuah analisis memperlihatkan bahwa 707 yang melesat 600 mil perjam (dan pesawat lain yang memiliki empat mesin) tidak akan menyebabkan kerusakan besar. Boeing 757 bermesin kembar yang menghantam gedung pada peristiwa 9/11 hanya melesat 440 dan 550 mil perjam.
Lalu, kami diberitahu bahwa sebuah campuran bahan bakar yang cair dan sangat tajam menghancurkan gedung pencakar langit yang disusun dari dua baja ini. Perlu diingat bahwa tidak ada pencakar langit seperti itu dalam sejarah yang diketahui runtuh secara keseluruhan karena kerusakan oleh api. Jadi dapatkah robohnya gedung disebabkan oleh penghancuran terencana dari dalam gedung? Aku tidak mengklaim keahlian mengenai hal ini, tapi aku telah bekerja selama empat tahun sebagai bagian dari tim penghancur bawah laut di Angkatan Laut, di mana kami dilatih untuk meledakkan banyak hal sampai menyebabkan air pasang. Dan stafku berbicara panjang-lebar dengan seorang fisikawan terkemuka, Steven E. Jones, yang mengatakan bahwa “keruntuhan yang didorong gravitasi” tanpa muatan penghancuran menentang hukum fisika. Gedung-gedung ini jatuh, hampir seimbang dengan kecepatan jatuh-bebas, lurus ke bawah sampai jejak kaki mereka sendiri, dalam waktu hampir 10 detik. Sebuah objek jatuh dari atap menara berketinggian 110 tingkat akan mencapai tanah sekitar 9,2 detik. Lalu terdapat fakta bahwa tiang baja dengan berat sebesar 200.000 pon dapat dilambungkan secara menyamping sejauh 500 kaki.
National Institute of Standards and Technology (NIST) memulai investigasinya pada 21 Augustus 2002. Ketika laporan mereka yang panjangnya 10.000 halaman keluar tiga tahun kemudian, jurubicara mengatakan tidak ada bukti yang memberi kesan adanya penghancuran terencana. Namun Steven E. Jones juga mengatakan bahwa logam lebur yang ditemukan di bawah tanah beberapa minggu kemudian menjadi bukti bahwa bahan bakar jet tidak dapat menjadi penyebab semuanya. Aku sempat mengunjungi situs sekitar tiga minggu setelah peristiwa 9/11, bersama Gubernur Pataki dan istriku Terry. Situs itu tidak berarti apapun bagiku saat itu, tetapi mereka harus menangguhkan penggalian pada hari itu karena mereka terhambat oleh kantong dengan suhu yang amat sangat tinggi. Api ini tetap menyala selama lebih dari tiga bulan, struktur bangunan yang terbakar paling lama yang pernah ada. Dan ini semua karena bahan bakar jet? Kita sedang berbicara tentang logam lebur lebih dari 2.000 derajat Fahrenheit.
Mungkin bukti yang paling meyakinkan mengenai sebuah penghancuran yang direncanakan adalah sebuah research paper atau naskah penelitian (dua tahun, sembilan penulis) yang dipublikasikan dalam Jurnal Fisika Kimia Terbuka (Open Chemical Physics Journal), pada bulan April 2009. Saat mempelajari sampel debu, dalam situs itu, para saintis ini menemukan chip nano-termit, yang merupakan bahan peledak/ bom berteknologi tinggi. Inilah yang harus dikatakan penulis inti naskah itu, Dr. Niels Harrit dari jurusan Kimia Universitas Copenhagen, mengenai bahan peledak bahwa ia yakin that he’s convinced brought down Gedung Kembar dan Building 7 di dekatnya:
“Termit sendiri ditemukan pada tahun 1893. Termit ini merupakan campuran aluminium dan serbuk mesiu, yang memberi reaksi berupa panas yang hebat. Reaksi ini menghasilkan besi, yang dipanaskan hingga 2500 derajat Centigrade. Suhu ini dapat digunakan untuk pengelasan. Dapat juga digunakan untuk mencairkan besi lain. Sehingga dalam nano-termit, serbuk ini sejak tahun 1893 direduksi menjadi partikel yang sangat kecil, yang dicampur dengan sempurna. Ketika ini semua bereaksi, panas yang hebat itu berkembang lebih cepat. Nano-termit dapat dicampur dengan zat aditif untuk mengeluarkan panas yang hebat, atau bertindak sebagai bahan peledak yang sangat efektif. Ini berisi energi yang lebih besar daripada dinamit, dan dapat digunakan sebagai bahan bakar roket.”
Richard Gage adalah salah satu dari ratusan arsitek yang mendapat surat kepercayaan diplomatik dan insinyur struktural yang telah mempertaruhkan karier mereka demi menyelidiki banyaknya keganjilan yang rinci dan implikasi penghancuran terencana pada saat keruntuhan gedung. Seperti yang ia katakan secara blak-blakan: “Sekali engkau masuk ke dalam ilmu pengetahuan, tak akan ada lagi yang bisa membantah.”
Sumber: rt.com
Comments (0)
Post a Comment