MITOS: EZRA TAK PERNAH DIPANGGIL ANAK ALLAH

Posted by mochihotoru | Posted in , , | Posted on 4:18:00 PM

Uzair, yang diagungkan oleh suatu komunitas Yahudi, diidentifikasi sebagai Ezra oleh para komentator Muslim. Dalam Alquran disebutkan:

“Orang-orang Yahudi berkata: ‘Uzair (Ezra) itu Putra Allah’ dan orang Kristen berkata: ‘Yesus itu Putra Allah’. Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah-lah mereka; bagaimana mereka sampai berpaling dari kebenaran? (Pengampunan 9:30)

Sebelum kita bahas asal-mula permasalahan mengenai pengagungan Ezra sebagai Anak Allah, mari kita kupas tuntas terlebih dulu kehidupan nabi Israel ini.

Ezra (4-5 SM, Babilonia dan Yerusalem) merupakan seorang pemimpin agama Yudaisme yang kembali bersama 5.000 orang Israel dari pembuangan di Babel pada tahun 459 SM, dan seorang pembaru yang menghimpun kembali komunitas Yahudi yang berbasiskan kepada Hukum Taurat (peraturan-peraturan yang tertulis pada lima kitab pertama Perjanjian Lama atau Tanakh Ibrani). Karya monumental dari Ezra ini membantu menciptakan Yudaisme sebagai sebuah agama di mana hukum menjadi sentral kehidupan bagi mereka, yang memungkinkan orang-orang Yahudi tetap bertahan sebagai masyarakat rohani yang utuh meskipun mereka tersebar di seluruh penjuru dunia. Ezra telah dinobatkan sebagai Bapak Yudaisme berkat usahanya dalam memberi kepercayaan umat bangsa Yahudi format baku dan karakteristik setelah selama berabad-abad agama orang Yahudi menggunakan format tertentu sampai pembuangan ke Babilonia. Yang paling penting adalah bahwa Ezra di mata umat Yahudi, menurut tradisi kemudian, dipandang tak kurang sebagai seorang Musa kedua. Mengenai kuburan Ezra, Encyclopaedia Judaica menyebutkan:

Terdapat banyak tradisi yang menyebutkan lokasi dikuburnya Ezra. Menurut Yosefus, lokasinya berada di Yerusalem; yang lain mengatakan Ezra dikuburkan di Urta atau di Zunzumu di daerah Tigris; dan versi yang banyak diterima masyarakat adalah bahwa Ezra dikuburkan di Uzer, sebuah desa dekat Basra. Tradisi ini disebutkan oleh Benyamin dari Tuleda, Petahiah dari Regensburg, Yudah Alharizi, dan musafir lain, orang Yahudi dan non-Yahudi yang pernah mengunjungi Babilonia. [1]

Perlu diingat bahwa pengetahuan tentang Ezra ini lebih banyak berasal dari Alkitab, seperti Kitab Ezra dan Nehemia, dilengkapi oleh kitab apokrif (yang tidak dimasukkan ke dalam Perjanjian Lama kanon Protestan dan Yahudi tapi termasuk dalam kanon Katolik Roma dan Ortodoks Yunani) seperti I Esdras (nama Latin Vulgata untuk Kitab Ezra), yang mempertahankan teks Yunani dari Kitab Ezra dan sebagian Kitab Nehemia.

Menarik untuk dicatat bahwa penganut Yahudi di Jazirah Arab, selama kedatangan Islam, melibatkan hal-hal mistis ke dalam agama mereka seperti antromorfisasi dan penyembahan malaikat yang ditugaskan untuk menggantikan pencipta alam semesta. Malaikat itu sering diidentifikasi sebagai sang Roh Agung, Metatron[2]. Newby mencatat bahwa:

...kami bisa menarik kesimpulan bahwa penduduk Hijaz, selama Muhammad masih hidup, mengetahui, setidaknya, tiga nama Henokh yang berhubungan dengan Yahudi. Para malaikat di atas yang diperintah oleh Metatron diidentifikasi dalam Kitab Henokh sebagai anak-anak Allah, Bene Elohim, para Pengawas (Grigori), para malaikat yang jatuh yang menyebabkan terjadinya banjir bandang pada zaman Nuh. Dalam 1 Henokh, dan 4 Ezra, istilah Anak Allah bisa dipakai untuk Mesias (Juru Selamat), akan tetapi kebanyakan diberikan kepada orang-orang saleh atau kudus, yang menurut tradisi Yahudi tak ada yang lebih saleh selain orang-orang yang Tuhan pilih untuk mewujudkan Kerajaan Tuhan di muka bumi. Dengan demikian, mudah untuk membayangkan bahwa di antara masyarakat Yahudi di Hijaz yang yang sudah terpengaruh oleh kepercayaan mistis yang dihubungkan dengan merkabah (kereta tahta Allah yang disebutkan dalam Kitab Yehezkiel) tersebut, Ezra, karena tradisi penerjemahannya, karena rasa kasihannya yang besar, dan khususnya karena dia disamakan dengan Henokh (Idris) sebagai Juru Tulis Allah, bisa dimasukkan sebagai salah satu Bene Elohim (Anak-Anak Allah). Dan, tentu saja, Ezra merupakan sosok yang tepat dengan penggambaran mengenai pemuka agama (salah satu al-ahbar­ atau orang alim yang disebutkan dalam Pengampunan 9:31) yang diagungkan oleh komunitas Yahudi. [3]


Para penafsir Islam telah menjelaskan bahwa terdapat sebuah komunitas Yahudi di Yaman yang menganggap bahwa Ezra adalah Anak Allah, dalam arti salah satu oknum Tuhan. Hirschberg mengatakan dalam Encyclopaedia Judaica:

H Z Hirschberg mengemukakan asumsi lain, yang berdasarkan perkataan Ibnu Hazm, yaitu, bahwa ‘petinggi agama yang tinggal di Yaman meyakini bahwa Ezra benar-benar Anak Allah.’ Menurut sumber muslim lain, terdapat beberapa orang Yahudi Yaman yang telah beralih ke Islam yang sebelumnya percaya bahwa Ezra, menurut tradisi mereka, adalah Anak Allah. Bagi Muhammad, Ezra, sang utusan mesias, dapat dipandang dari sudut yang sama seperti orang Kristen memandang Yesus, sang Juru Selamat, sebagai Anak Allah. [4]

George Sale memberi komentar yang menarik mengenai umat Muslim seperti halnya pendapat umat Yudeo-Kristen dalam masalah ini.

Tuduhan menyedihkan menyerang orang-orang Yahudi ini, para komentator mencoba untuk memberi dukungan dengan mengatakan kepada kita, bahwa itu berarti beberapa Yahudi heterodoks kuna, atau juga beberapa umat Yahudi di Madinah; yang mengatakan demikian tanpa alasan lain selain bahwa hukum telah benar-benar lenyap dan terlupakan selama penawanan oleh Kerajaan Babilonia, Ezra yang telah dibangkitkan setelah kematiannya selama seratus tahun, mendiktekan seluruh isi Kitab Suci kepada semua ahli Taurat, di luar daya ingatnya sendiri; sampai mereka sangat terkagum-kagum, dan menyatakan bahwa tak mungkin hal yang seperti itu Ezra lakukan, kecuali dia adalah Anak Allah. Al-Beidawi menambahkan, bahwa tuduhan tersebut pastilah benar adanya, karena setiap ayat dibacakan di hadapan semua kalangan Yahudi tanpa menuai kontradiksi; di mana mereka cukup siap dalam peristiwa lain.

Bahwa Ezra tak hanya mengembalikan Pentateuch, tapi juga kitab-kitab lain dalam Perjanjian Lama, dengan wahyu yang diberikan Allah, merupakan sebuah pendapat dari beberapa Bapa Gereja, yang dikutip oleh Dr. Prideaux, dan beberapa penulis lain; di mana awalnya mereka mengutip dari tulisan apokrif yang sangat tua, yang disebut oleh Alkitab Bahasa Inggris (English Bible), Kitab 2 Esdras. Dr. Prideaux mengatakan kepada kita, bahwa dalam hal ini para Bapa Gereja lebih banyak menulis tentang Ezra, dibanding orang Yahudi sendiri, di mana Dr. Prideaux berbicara panjang mengenai hal itu, dan para Bapa tersebut melakukan banyak langkah penyempurnaan doktrin. Bagaimanapun, tidaklah mustahil bahwa cerita yang dianggap fiksi tersebut asalnya berasal dari tradisi Yudaisme, meskipun banyak dari mereka saat ini berbeda pendapat, dan aku tak dapat menentukan posisiku di tengah mereka tanpa menunjukkan bukti yang jelas. Karena, bukan untuk ikut memaksakan kesaksian para pengikut Muhammad atau Mohamedan (yang tak mungkin aku lakukan, tapi dengan mempertimbangkan poin dasar masalah ini dengan keterbukaan), kebanyakan kritikus yang bijaksana sependapat, bahwa kitab kedua dari Ezra memang ditulis oleh seorang kristiani, namun biarpun dia yang tumbuh sebagai seorang Yahudi, dan kenal betul dengan dongeng perumpamaan yang sering diceritakan oleh para rabbi Yahudi; dan cerita itu sendiri merupakan bagian dari cita rasa dan dari hasil pemikiran mereka. [5]

Tidak kurang pentingnya, seorang penulis Kristen juga berpendapat bahwa Muhammad mendapatkan informasi mengenai pengagungan Ezra sebagai Anak Allah tersebut, dari orang-orang Samaria yang menyatakan bahwa Ezra telah bertingkah laku dengan penuh kesombongan dan telah mengubah huruf alfabet suci yang sangat tua dalam semua Kitab Hukum suci—sebuah huruf yang masih digunakan dan dipuja-muja sampai hari ini oleh orang-orang Samaria beragama Yahudi yang jumlahnya berkurang dengan cepat. [6] Penulis ini menyimpulkan tidak menurut ajaran Kristen bahwa:

Namun sama sekali bukan hal yang mustahil bahwa dakwaan Muhammad terhadap umat Yahudi ditemukan di antara orang-orang Samaria atau orang-orang Arab keturunan Samaria. Seandainya kami menemukan catatan kuna orang Samaria mengenai kepercayaan yang sebaliknya bahwa Ezra (atau Uzair) merupakan Anak Setan, kami akan yakin kami telah menyelesaikan semua perdebatan ini.

Referensi:
[1] Encyclopaedia Judaica, Volume 6, Encylopedia Judaica Jerusalem, p. 1108.
[2] G D Newby, A History Of The Jews Of Arabia, 1988, University Of South Carolina Press, p. 59.
[3] Ibid, p. 61.
[4] Encyclopaedia Judaica, Ibid., p. 1108.
[5] George Sale, The Koran: IX Edition of 1923, London, p. 152.
[6] J Walker, Who Is Uzair?, The Moslem World, Volume XIX, No. 3, 1939, pp. 305-306. [7] Ibid, p. 306.

Comments (1)

yahudi bertauchiid?

Post a Comment