KATOLIK VS YAHUDI

Posted by mochihotoru | Posted in | Posted on 2:32:00 PM

Beberapa abad yang lalu, Sri Paus di Roma memutuskan bahwa seluruh Yahudi harus meninggalkan Roma. Tentu saja hal ini menimbulkan keresahan dan penolakan dari bangsa Yahudi yang ada di wilayah itu. Seperti biasa, mereka mengancam melakukan makar.

Karena takut terjadinya instabilitas politik, Sri Paus menawari mereka untuk mengadakan debat religius antara dia dengan seorang anggota komunitas Yahudi. Syaratnya, jika orang Yahudi pilihan tersebut menang, maka bangsa Yahudi boleh tetap tinggal di Roma. Sebaliknya, jika Sri Paus yang menang, maka bangsa Yahudi harus secepatnya meninggalkan Roma dengan tertib.

Bangsa Yahudi sadar bahwa mereka tidak punya pilihan lain. Mereka kemudian melakukan perundingan semalaman untuk menentukan siapa yang pantas menjadi juru selamat mereka. Akhirnya terpilihlah seorang pemuda yang bernama Moshe sebagai calon dari pihak Yahudi. Moshe kemudian mengajukan syarat, di mana agar lebih menarik, debat dilakukan tanpa berkata-kata. Paus kemudian menyetujui persyaratan tersebut. Pertandingan pun dimulai tak lama kemudian.

Pada saat acara debat dimulai, Moshe dan Sri Paus duduk saling berhadapan di sebuah meja besar di Basilika Santo Petrus. Di ruangan itu hanya ada mereka berdua. Ini dimaksudkan agar mereka bisa berkonsentrasi tanpa terganggu riuh suara penonton. Setelah kira-kira berjalan satu menit, Sri Paus kemudian mengangkat tangannya dan menunjukkan tiga jari. Moshe memandang sebentar kepada Sang Pemimpin umat Katolik tersebut lalu menunjukkan satu jarinya.

Paus kemudian membentuk lingkaran dengan jari di atas kepalanya. Melihat itu Moshe segera membalas dengan menunjuk dengan jari telunjuk ke tanah. Sri Paus terlihat kaget dengan reaksi pemuda tersebut. Sri Paus lalu mengeluarkan sebuah wafer dan segelas anggur. Dia meletakkannya di atas meja tersebut. Moshe diam sejenak dan membawa sesuatu dari saku bajunya. Dia pun membalas tantangan Sri Paus dengan mengeluarkan sebuah apel merah.

Dengan wajah yang putus asa, Sri Paus berdiri dan berkata ,"Saya menyerah kalah! Sungguh. Orang ini terlalu tangguh. Bangsa Yahudi, kalian boleh tinggal!" Mendengar itu, Moshe pun berdiri dan pergi keluar ruangan itu dengan wajah gembira setelah berjabat tangan dengan Sri Paus.

Satu jam kemudian, setelah Sri Paus terlihat lebih baik, para kardinal berebut menanyainya tentang apa yang sebenarnya telah terjadi antara mereka berdua. Paus menjawab, "Pertama, aku mengangkat tiga jariku sebagai lambang Trinitas. Dia merespon dengan mengangkat satu jarinya untuk mengingatkanku bahwa tetap hanya ada satu Tuhan yang Agung untuk kedua agama kami. Kemudian aku membentuk lingkaran di sekelilingku yang menunjukkan bahwa Tuhan ada di sekitar kita. Dia membalasnya dengan menunjuk ke tanah dengan tegas dan mata yang optimis. Pemuda itu menunjukkan kepadaku bahwa Tuhan juga sekarang ada bersama kita.”

Para kardinal terkagum-kagum mendengar penuturan Sri Paus yang diinspirasikan Tuhan tersebut. Sri Paus pun melanjutkan ceritanya, “Aku mengeluarkan sebuah wafer dan segelas anggur yang melambangkan bahwa Tuhan telah menebus dosa-dosa kita. Dia kemudian mengeluarkan sebutir apel untuk mengingatkanku akan dosa awal umat manusia. Tak dapat kusangka. Dia memiliki jawaban atas segalanya. Apa yang dapat aku lakukan?"

Sementara itu, bangsa Yahudi sibuk mengelilingi Moshe dengan keceriaan mereka. Salah satu dari mereka bertanya, “Apa yang terjadi di dalam sana, Moshe? Ceritakan kepada kami!”

“Baiklah,” kata Moshe. “Singkat saja. Pertama, dia mengatakan padaku dengan isyarat bahwa bangsa Yahudi memiliki batas waktu hanya tiga hari untuk pergi dari sini. Tentu aku menolak. Aku katakan padanya bahwa tidak satu orang pun dari kita yang akan pergi. Kemudian dia mengatakan padaku bahwa seluruh negeri ini akan dibersihkan dari bangsa Yahudi. Tanpa bersisa sedikit pun. Aku tegaskan kepada mereka bahwa kita akan tetap tinggal disini.”

“Wah, kau berani sekali Kawan! Aku salut padamu. Lalu, lalu?” tanya mereka dengan penuh rasa penasaran.

“Aku tidak tahu,” jawab Moshe sambil membawa apel tadi dari sakunya dan menggigitnya. “Dia hanya mengeluarkan bekalnya dan aku pun mengeluarkan bekalku.”

(sumber: dedewijaya.blogspot.com dengan perubahan)

Comments (0)

Post a Comment