Selamat Jalan, Jacko!

Posted by mochihotoru | Posted in | Posted on 2:42:00 AM


Saat ini, tepat pukul 02.42 Waktu Indonesia Barat, Michael Jackson siap untuk dimakamkan. Sejak keberangkatan jenazahnya beberapa jam lalu, ratus jutaan mata di seantero dunia menatap layar kaca untuk mengikuti upacara perpisahan dengan sang Raja Pop Dunia, Michael Joseph Jackson.

Ibarat tamu tak diundang, serangan jantung bisa datang kapan saja tanpa ataupun dengan keluhan klinis. Demikian pula yang dialami oleh Michael Jackson, yang dilaporkan meninggal dunia karena cardiac arrest (jantung mendadak berhenti berdenyut).

Seperti dilaporkan oleh berbagai media, pihak Jackson sempat menelepon 911 karena tiba-tiba Jackson tak bisa bernapas. Pertolongan napas buatan (cardiopulmonary resuscitation/CPR) telah dilakukan dan dia sempat dilarikan ke UCLA Medical Center. Sayang, nyawanya tak sempat tertolong.

Pada kasus cardiac arrest, jantung berhenti menjalankan tugasnya. Menurut Douglas Zipes, MD, mantan Presiden The American College of Cardiology, cardiac arrest tidak sama dengan serangan jantung, tetapi cardiac arrest juga bisa terjadi karena serangan jantung.

Berdasarkan data American Heart Association, 90 persen kasus cardiac arrest terjadi akibat penyumbatan pada sekurang-kurangnya dua cabang arteri koroner. “Cardiac arrest adalah gangguan pada ritme jantung saat bilik jantung, yakni ventricles, berdenyut terlalu cepat dan tidak teratur, yakni 4-600 kali per menit,” kata Zipes.


Penyebabnya adalah kekacuan arus listrik jantung. Akibatnya, dinding bilik jantung hanya bergetar dan tidak mampu memompa darah sehingga terjadi kegagalan organ-organ vital. Kekacauan arus listrik pada jantung, menurut Zipes, disebut juga dengan ventricular fibrillation.

CPR atau teknik pemulihan denyut jantung dan pernapasan merupakan tindakan pertama untuk memulihkan irama dan frekuensi normal bilik jantung. Bila belum menguasai CPR, pertolongan pertama pada cardiac arrest adalah menekan tulang dada sedalam lima sentimeter (pada orang dewasa) sebanyak seratus kali per menit. Namun, jantung harus segera mendapat alat kejut listrik yang disebut dengan defibrillator yang biasanya hanya ada di rumah sakit.

Menurut Zipes, 30-50 persen pasien cardiac arrest tidak mengalami gejala gangguan jantung. “Anda bisa saja tak pernah merasa sakit di bagian dada, sulit bernapas, atau napas pendek-pendek. Intinya, tak ada tanda-tanda bahaya yang dialami,” katanya seperti dikutip situs WebMD.

Mereka yang memiliki riwayat keluarga dengan penyakit jantung atau ada anggota keluarga yang pernah meninggal mendadak perlu mewaspadai terjadinya cardiac arrest. Upaya pencegahan lain adalah dengan menjalankan gaya hidup sehat dan rutin berolahraga.

Comments (0)

Post a Comment