EKUMENISME KEPERCAYAAN ABRAHAM

Posted by mochihotoru | Posted in , | Posted on 2:40:00 PM

Beberapa waktu lalu aku membaca sebuah artikel blog yang membahas perbedaan Sunni dan Syiah. Sebenarnya artikel itu telah kusimpan sejak lama di komputerku namun aku baru membacanya. Entah mengapa aku langsung tertarik untuk membacanya ketika melihat judul data tersebut di folder. Dalam tulisan itu, seorang Sunni memaparkan banyak poin yang memaparkan keburukan ajaran Syiah. Bahkan si penulis menetapkan bahwa ajaran Syiah adalah ajaran sesat. Aku tak langsung memercayainya karena, bagaimanapun, penulis tersebut adalah seorang penganut Sunni fanatik yang bisa saja membelokkan fakta. Selain itu, memang telah banyak tulisan Sunni yang menuduh bahwa Syiah adalah sesat. Juga sebaliknya, banyak tulisan Syiah banyak yang menganggap Sunni sesat.

Aku sangat terkejut dengan kenyataan bahwa ternyata pertentangan antara kedua belah pihak, baik Sunni (Ahl al Sunnah wa al Jamaah) maupun Syiah (Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah), lebih besar yang pernah kubayangkan. Awalnya, kupikir perbedaan aliran antara Sunni dan Syiah sebatas perbedaan pandangan mengenai penetapan aturan seperti NU dan Muhammadiyah atau seperti mazhab Syafii dan Maliki. Namun ternyata pokok-pokok ajarannya pun berbeda.

Ini mengingatkanku pada aliran-aliran besar Kristen, seperti Katolik Roma, Ortodoks Timur, dan Protestan. Sebenarnya ada tujuh aliran Gereja Kristen di dunia, namun ketiga aliran inilah yang paling menonjol. Walaupun pandangan Ketuhanannya hampir semua sama, namun pokok-pokok ajarannya dan ritualnya berbeda. Hal inilah yang menyebabkan Katolik Roma dan Ortodoks Timur tak bisa bersatu dan masing-masing mengklaim bahwa gereja merekalah yang merupakan Gereja Mula-Mula, yang menurut anggapan mereka, dibangun sendiri oleh Yesus dan mengaku sebagai Gereja yang Satu, Kudus, Katolik, dan Apostolik. Pertentangan bertambah sengit ketika Martin Luther King membenarkan sebagian ajaran Kekeristenan dengan mendirikan aliran baru yang bernama Protestan. Di Indonesia sendiri, terutama di dunia maya, perdebatan sengit antara Protestan dan Katolik begitu sengit. Saling mengklaim bahwa ajaran mereka yang benar, mengafirkan aliran lain, dan menyuruh aliran lain mendirikan agama sendiri. Bahkan dalam satu denominasi, imam gereja satu dengan gereja lain bisa saling bermusuhan.

Hal yang sama dialami oleh aliran-aliran besar Islam, terutama Sunni, Syiah, dan Ahmadiyah. Di Indonesia, pertentangan Sunni dan Syiah memang tidak terasa karena mayoritas muslim di Indonesia menganut aliran Sunni. Namun pertentangan terjadi pada aliran Sunni dan Ahmadiyah di mana Ahmadiyah mengalami penindasan dan pengusiran secara terbuka oleh pihak Sunni yang fanatik. Bahkan negara pun turut campur dalam pertentangan horizontal tersebut. Bukannya mendamaikan, terkadang negara malah ikut dalam pertentangan dengan menyatakan kesesatan dan mengusir penganut Ahmadiyah dari wilayah negara. Sementara itu, dalam ruang lingkup global seperti di Timur Tengah, terutama di Irak, pertentangan sampai perang terbuka justru terjadi antara Sunni dan Syiah. Berbeda dengan Katolik dan Ortodoks yang memiliki wilayah kekuasaan tersendiri, wilayah Sunni dan Syiah cenderung berdampingan, bahkan sama. Ini mengapa pertentangan aliran-aliran Islam terlihat lebih parah sehingga lebih mudah diadudomba pihak luar.

Pengetahuanku mengenai perbedaan Sunni dan Syiah masih sangat sedikit dibanding pengetahuanku mengenai dunia Kekristenan. Selama ini aku memang sedang mempelajari sejarah Yahudi, Kristen, dan Islam secara objektif dan jujur untuk menemukan sebuah Kebenaran mutlak¬. Aku berusaha meneliti tanpa dipengaruhi klaim-klaim agama yang sering kali menyesatkan dengan mengaburkan fakta sejarah. Aku masih meneliti perkembangan dogma dan ajaran Kristen dari sejak zaman Paulus hingga saat ini. Aku begitu fokus mempelajari Alkitab dan sejarah dari zaman Adam, Kaisar Konstantin, reformasi, hingga sekarang ini.

Aku pikir aku sudah benar-benar terlepas dari segala dogma dan ajaran. Namun, begitu aku membaca tulisan mengenai Syiah ini, aku pun menyadari bahwa aku masih berada dalam kungkungan dogma. Karena ketika aku melihat ajaran Islam, aku ternyata hanya melihat ajaran Sunni saja. Setiap aku menghubungkan tiga agama Samawi ini, aku menghubungkan Yahudi dan Kristen hanya dengan Islam Sunni. Karena pengetahuanku tentang Syiah yang sedikit membuat aku mengira perbedaan Sunni dan Syiah tak lebih dari sekedar perbedaan hukum para ulama. Selain itu, pengaruh lingkunganku yang memang hanya dipenuhi budaya Sunni membuatku menutup mata. Apalagi sejarah Islam yang kubaca hanyalah sejarah Islam dari sudut pandang Sunni—pihak yang menang di sini. Inilah contoh dari ‘klaim-klaim agama yang sering kali menyesatkan’. Pihak yang menang selalu mengklaim sejarah hanya miliknya.

Jika dilihat lebih dalam, denominasi-denominasi dalam satu agama biasanya lebih banyak persamaannya daripada perbedaannya. Hanya saja, yang lebih sering muncul di permukaan adalah perbedaannya. Inilah yang menyebabkan Sunni dengan Syiah, Katolik dengan Protestan, Islam dengan Kristen, maupun Kristen atau Yahudi saling beradu urat saraf dan tak mau mencari benang merah dan pemahaman secara jujur. Perubahan pandangan terhadap Tuhan yang sama pun sebenarnya bisa dirunut mengikuti garis waktu yang panjang. Terlebih di zaman modern saat ini di mana bukti-bukti peninggalan masa lalu telah banyak ditemukan. Ini adalah sumber kebenaran, namun belum menjadi Kebenaran jika belum dipahami dari segala segi dan sudut pandang. Sayang, masing-masing agama biasanya terburu-buru mengklaim bukti tersebut sebagai pembenaran atas agama atau alirannya sendiri. Pertentangan pun semakin hari semakin memanas.

Terlepas dari pertentangan antaragama yang muncul di zaman modern ini, aku yakin, dari Adam, Musa bin Amran, Yesus bin Maria, Muhammad bin Abd Allah, Ali bin Abu Talib, hingga Ghulam Ahmad, tak ada seorangpun dari mereka yang menginginkan perpecahan di antara umat Allah. Bahkan, mungkin, mereka tak mengharapkan adanya nama-nama seperti Yudaisme, Kristen, Islam, Baha’i. Mereka hanya ingin para pengikut mereka menjadi manusia-manusia yang berserah diri kepada Tuhan serta menguduskan-Nya. Tak ada pertumpahan darah di antara umat Tuhan. Mereka menginginkan semua pengikutnya diberkati oleh Tuhan.
Namun, manusia adalah makhluk yang dikaruniai akal sehingga berbeda dari binatang. Orang-orang besar tadi hanyalah petunjuk dan jalan terang yang mengarahkan manusia menuju Dia yang di Sorga. Petunjuk inilah yang sering disalahartikan oleh manusia demi hawa nafsu dan keuntungannya sendiri. Bahkan, mereka sering tidak sadar sama sekali perbuatannya adalah salah di mata Tuhan karena menganggap apa yang dilakukannya sesuai dengan apa yang dikatakan Kitab Suci. Hal ini terutama dilakukan oleh imam-imam tertinggi dalam masing-masing agama. Dosa satu atau sekelompok orang menjalar kepada semua orang, karena semua orang ikut melakukan dosa dan membenarkan atau mempersalahkan dosa tersebut tanpa mengerti kebenaran di baliknya.

Memang sangat mustahil untuk menyatukan kembali semua umat Tuhan yang dipecah-belah oleh skisma sekarang ini. Hal ini terutama karena kebanyakan orang tak mau memakai akalnya mencari Kebenaran. Atau mereka mempertahankan dosa imam mereka dengan setia mengikutinya, bahkan ketika dia tahu bahwa yang diikutinya salah. Mereka, terutama para imam, sama sekali tak ada niat untuk menyatukan semua anak-anak Tuhan dalam suatu Imperium Sorga.


Padahal penganut agama Samawi adalah yang terbanyak menghuni bumi ini. Namun tradisi dan budaya agama yang mengikat para penganut agama Samawi (Baha’i, Islam, Kristen, dan Yahudi) ini telah mengunci pintu hati mereka. Masing-masing mengklaim bahwa denominasi merekalah yang paling benar dan mengafirkan denominasi yang lain. Masing-masing tak mau mengakui kebenaran di luar. Terkungkung oleh dogma dan ajaran moyang mereka yang menyebabkan mereka malu atau takut jika beralih kepada Kebenaran. Kebenaran yang seharusnya mutlak berubah menjadi relatif.

Seandainya Kebenaran yang digali dari Kitab Suci sumber-sumber yang bersifat historis itu dicapai dan disepakati oleh semua pihak dengan adanya saling pengertian dan pemahaman serta kejujuran dan objektivitas di antara semua pihak, maka akan tercapailah sesuatu yang disebut Ekumenisme Kepercayaan Abraham (atau persatuan agama-agama Samawi). Bukan hanya ekumenisme Kristen yang menyatukan Katolik Roma, Ortodoks Timur, Protestanisme, dan denominasi lainnya; bukan pula hanya ekumenisme Islam yang menyatukan Sunni, Syiah, Alawit, Ahmadiyah, dan mazhab lainnya; atau ekumenisme lainnya, akan tetapi gerakan ekumenisme semua paham yang berasal dari satu pohon yang sama: Abraham (atau Ibrahim dalam bahasa Arab). Lebih dari itu, berasal dari benih yang sama: Adam. Ekumenisme yang mungkin meruntuhkan nubuat Muhammad yang berbunyi: “Yahudi berpecah menjadi 71 golongan dan satu masuk Sorga; Kristen telah berpecah menjadi 72 golongan dan satu masuk Sorga; dan demi yang diri Muhammad ada di tangan-Nya, sesungguhnya umatku (Islam) akan berpecah menjadi 73 golongan dan satu masuk Sorga sementara 72 golongan di Neraka...”

Mungkin persatuan umat Tuhan yang kubayangkan ini hanya sebuah khayalan belaka. Sebuah idealisme yang terlalu tinggi untuk dicapai. Apalagi, nubuat-nubuat seperti perang Armageddon membuat hal ini semakin tak memungkinkan. Namun, apa salahnya jika kita mencoba melakukan gerakan ekumenis tersebut dan melakukan berbagai usaha perdamaian dengan aliran dalam agamanya sendiri juga dengan agama lain. Tentu saja hal tersebut butuh pengertian dan pendalaman terhadap agamanya (kebenaran relatif) secara jujur dan objektif tanpa dipengaruhi dogma dan ajaran asal terlebih dahulu sebelum mencari Kebenaran Mutlak (yang mudah sekali dikaburkan maknanya). Sebagai penganut agama Samawi, pasti kita percaya akan adanya Sorga. Ketika umat Tuhan percaya sepenuhnya kepada Adam, Musa, Yesus, serta Muhammad sebagai Firman Tuhan yang Hidup, maka Perdamaian dan Keselamatan pasti berada di tangan mereka. Selama iman itu mengarahkan kita kepada perbuatan baik dan mengikuti aturan Tuhan (bukan aturan Manusia), Sorga pasti menanti kita semua. Sedangkan Neraka telah siap menjadikan orang-orang munafik yang tak mau mencari Kebenaran dan Ekumenisme.

Tuhan sama sekali tak menginginkan pertentangan di antara umat-umat-Nya. Karena itu, dengan kuasa-Nya Dia yang tak pernah berputus asa mengutus begitu banyak manusia yang dipercaya—Dia tak mungkin salah seperti manusia—bisa menyampaikan Kebenaran itu. Kebenaran yang seharusnya menghapus perbedaan seperti Sunni, Syiah, Ahmadiyah, Katolik Roma, Ortodoks Timur, Protestanisme, Farisi, Saduki, Baha’i, dan lainnya. Semua kembali kepada iman masing-masing. Karena iman yang benar dan disertai keinginan kuat mencari Kebenaran dan Ekumenismelah yang akan mengantarkan manusia ke Kerajaan Sorga. Iman, bukan egoisme!

Jatingangor, Agustus 2009

Comments (4)

kita harus saling menghargai satu dengan lainnya.tanpa harus meninggalkan kekhasan dari pengajaran yang kita anut.semua mengklaim benar.tapi ternyata hanya satu jalan menuju surgawi...yesus kristus(yang ngk setuju ngk apa2)

Hanya satu jalan.... Menyembah Tuhan yang disembah Yesus.

tahu manusia pertama siapa?
tahu yang menciptakan manusia pertama itu siapa?
saya rasa, kita hanya patut bersyukur dan bersujud kepadaNya yang telah menciptakan manusi pertama itu.
siapa Dia? Dia yang tidak di lahirkan, dan tidak melahirkan. tetapi menciptakan.
thank to Allah

saya kurang percaya, klo ad tangga yang bisa ke langit!
emangnya sungokong

Post a Comment