SEHABIS FITNA TERBITLAH SCHISM

Posted by mochihotoru | Posted in , , , | Posted on 12:54:00 AM

Masih ingat hebohnya pemberitaan di media masa beberapa waktu lalu tentang film “Fitna”? Film berdurasi pendek yang bertujuan memojokkan agama Islam dan Al Quran—mengandung propaganda yang mengesankan tapi menyesatkan.

Di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, film ini diprotes keras. Pemerintah pun turut campur menengahi persoalan ini. Bahkan dengan berbekal Surat Menteri Komunikasi dan Informatika No. 84/M-KOMINFO/04/08 tanggal 2 April 2008 perihal Pemblokiran Situs dan Blog yang memuat film “Fitna”—PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. (Telkom) telah memblokir situs dan blog yang memasukkan (posting) film “Fitna”.

Menurut Eddy Kurnia, Vice President Public & Marketing Communication Telkom, seperti dilansir dalam tempo.com beberapa waktu lalu, posisi Telkom jelas, yakni menjalankan kebijakan pemerintah dalam pemblokiran situs dan blog internet yang sifatnya tidak mendidik atau mendiskreditkan pihak tertentu, seperti yang diamanatkan surat Menkominfo No. 84/M-Kominfo/04/08 tersebut.

Meski persoalan ini perlahan telah sepi, tidak dipermasalahkan lagi, namun toh permusuhan dan aksi balas dendam tetap saja terus bermunculan di dunia maya. Berbagai blog berisi hujatan dan cacian terus menghiasi layar monitor pengakses situs blog-blog yang pemiliknya tak senang dengan kedamaian itu. Dan salah satu yang menjadi bukti bahwa keduanya tetap baku-balas adalah munculnya film “Schism”. Film yang isinya mirip dengan film “Fitna” ini dibuat oleh Raid Al-Saeed seorang blogger asal Arab Saudi. Film yang berdurasi tak lebih dari enam menit ini oleh Saeed diberi judul “Schism” atau Perpecahan.


Dalam film Schism tersebut, Al-Saeed mengambil beberapa teks dalam Alkitab yang sengaja ditampilkan dan diberi makna yang tak sesuai dengan konteks dan pesan dari ayat tadi. Ayat-ayat yang dikutip dari Alkitab itu notabene berhubungan dengan tema pembunuhan dan kekerasan yang sengaja dibuat dengan tafsiran melenceng—seolah hendak menyampaikan pesan sekaligus menjawab subjektivitas penafsiran Geert Wilders tentang Islam dengan memberi pesan balik bahwa radikalisme dan kekerasan, tidak hanya “monopoli” satu agama.

Raed al-Saeed dalam wawancara dengan The Associated Press beberapa waktu lalu mengatakan bahwa tujuannya meluncurkan video itu untuk menunjukkan bah-wa Islam tak harus dihakimi oleh video “Fitna” yang telah menyebabkan kemarahan atas dunia Islam. Al-Saeed mengatakan bahwa dirinya tidak bermaksud untuk menyebarkan kebencian terhadap umat Kristen, tapi cuma ingin membuktikan bahwa menilai Islam hanya dari menonton film “Fitna” adalah tindakan yang salah. “Sangat gampang untuk menyelewengkan bagian-bagian dari kitab suci dari konteksnya dan mem-buatnya menjadi seperti kitab yang tidak manusiawi.

“Inilah yang dilakukan Wilders untuk menggalang dukungan atas ideologinya yang penuh kebencian”, tulis Al-Saeed di akhir video-nya. Saeed juga sempat memposting videonya itu di Youtube, salah satu situs video dan film terbesar—meski Youtube sempat meng-hapusnya dengan alasan video itu melanggar persyaratan yang dite-tapkan Youtube. Tapi alasan itu dibalas oleh Saeed dengan mempertanyakan mengapa Youtube menghapus videonya sementara “Fitna” sampai saat ini masih dibolehkan tampil di Youtube—bahkan dibela penayangannya oleh Youtube. Saeed lalu memposting kembali videonya pada 2 Maret kemarin.

Sulit memang menentukan siapa yang memulai dan siapa yang mendahului. Nyatanya perang di dunia maya seperti ini sudah ada sejak lama. Saling hujat dan maki sepertinya sudah men-jadi makanan sehari-hari. Persoalannya adalah ‘mengapa’. Belum lagi menyaksikan kekurangadilan pemerintah yang sama sekali tak menyikapinya sama seperti tatkala “Fitna” muncul dan banyak diprotes orang—walau sekarang umat muslim pun bebas melihatnya di Youtube.

Kerukunan umat beragama adalah impian seluruh bangsa karena itu segala macam hal yang dapat mengancam kerukunan beragama hendaknya juga harus dimusuhi bersama-sama dan disikapi secara arif. Film “Schism” sendiri adalah manifestasi dari ancaman terhadap kerukunan beragama, karena itu perlu disikapi secara arif dan hati-hati, dengan mengedepankan kerukunan sebagai hal yang utama. Dan alangkah baiknya kalau pemerintah juga berbuat yang samawalau hanya sebentarseperti tatkala film “Fitna” muncul beberapa waktu lalu demi rasa aman dan damai antar umat beragama.

(sumber: www.reformata.com)

Comments (0)

Post a Comment