Petrus dan Kefas dalam Galatia 2:7-14 adalah Orang yang Berbeda

Posted by mochihotoru | Posted in , , , | Posted on 12:43:00 PM

Dalam Galatia 2:11-14, terdapat adegan Kephas Paulus memarahi Petrus. Ayat ini biasanya digunakan untuk mematahkan Primat Paus sebagai Pengganti Petrus. Ayat ini juga dipakai oleh mereka yang tidak mengerti tentang Gereja Katolik. Namun sejarah tidak bohong. Ternyata Petrus dan Kefas adalah dua orang yang berbeda. Penelitian ini dilakukan oleh Pastor Yesuit D. Pujol dalam tesisnya yang berjudul "ETUDES" pada abad 19 lampau.

Romo Yesuit D. Pujol mempublikasikan topik ini dalam bukunya yang berjudul "Etudes" di abad 19 lalu dan ia menjelaskan secara luar biasa dan efektifnya bahwa Rasul Petrus dan Kefas dari Antiokia dan Korintus tidak mungkin orang yang sama. Hal ini sungguh mengejutkan terlebih lagi tidak ada yang membantah argumentasi Romo D. Pujol tersebut. Sang Romo Yesuit ini menunjukkan lebih jauh lagi bahwa Petrus dan Kefas adalah dua individu berbeda di mana fakta ini mewakili tradisi kuno yang tidak pernah hilang dalam sejarah Gereja. Pada abad ke-3 M Santo Clement dari Aleksandria mengamati bahwa "Kefas adalah salah satu dari 70 murid yang kebetulan memiliki nama yang sama dengan Rasul Petrus." Keyakinan yang sama ini juga ditemukan dalam tulisan-tulisan dari Santo Dorotheus dari Tyre (abad ke-4 M.) dan Eusebius, yang dikenal sebagai sejarawan ulung Gereja kuno (abad ke-4 M.). Bahkan di awal-awal tulisan Bapa-bapa Gereja perdana yang berjudul "Epistle of the Apostles" kira-kira bertahun 160 M dapat dibaca sebagai berikut:

"Kami, Yohanes, Thomas, Petrus, Andreas, Yakobus, Filipus, Bartholomeus Matius, Nathaniel, Yudas orang Zelot, dan Kephas, menuliskan kepada Gereja-gereja di sebelah timur dan barat, di sebelah utara dan selatan…” Lebih lanjut, orang-orang Kristen yang berbahasa Yunani yang telah mengenal sejak awal Injil Matius (aslinya Injil Matius ditulis dalam bahasa Ibrani atau Aram), hanya akan mengetahui nama Rasul melalui nama Petrus. Dalam teks yang terkenal tentang Petrus pada Matius 16:15-19 kata “Kefas” tidak muncul! Adalah nama Petrus-lah yang selalu akrab di telinga orang-orang Yunani di luar wilayah Palestina.

Berikut adalah ringkasan kesimpulan yang dibuat Romo Pujol, SJ tentang analisis teks Perjanjian Baru:

  1. Yohanes 1:42 - Teks Yohanes 1:42 di mana Kristus memanggil “Simon, anak Yohanes, dengan sebutan ‘Kefas’ (yang diinterpretasikan sebagai ‘Petrus’)” tidak mungkin dapat diketahui oleh orang-orang Yunani (yang telah memeluk agama Kristen) yang berasal dari Antiokia dan Korintus pada masa beredarnya Surat-surat Paulus. Orang-orang Yunani hanya mengenal nama "Petrus" yang merujuk kepada Kepala para Rasul.
  2. Galatia 1:18 – adanya kesalahan teknis penyalinan sehingga mengakibatkan munculnya nama “Kefas” yang seringkali menggantikan nama “Petrus”.
  3. Galatia 2:7-14 –ujian kritis menunjukkan bahwa rujukan kepada Petrus dan Kefas harus dipahami sebagai cara membedakan Petrus dari Kefas. Jika mereka adalah dua orang yang sama, mengapa Paulus merujuk Petrus dalam dua tempat dan, di lain pihak, Paulus juga merujuk Kefas dalam 3 tempat yang berbeda? Oleh sebab itu ketidakkonsistenan di sini menunjukkan sesuatu yang tidak masuk akal.
  4. Selain itu, dalam Galatia. 2:9, kita mendapatkan contoh lain pembacan teks Injil yang tidak ada. Ini adalah suatu asumsi nyata bahwa untuk mengidentifikasi "Yakobus, Kefas, dan Yohanes" yang disebutkan di sana akan menjadi Rasul Petrus, Yakobus dan Yohanes. Sebaliknya, Yakobus, Kefas, dan Yohanes bersama yang lain sedang berhadapan dengan orang-orang Yahudi dari Yerusalem di mana Paulus sangat menentang mereka.
  5. 1 Korintus 3:21 dan 9:5 - Kefas jelas berada di bawah peringkat para Rasul.
  6. Tidak juga di Korintus 15:5 membuktikan bahwa Kefas adalah Rasul Petrus karena teks ini justru mengimplikasikan adanya perbedaan diantara mereka, karena Kefas dibedakan dari Daftar Dua Belas Para Rasul. Lalu siapa Kefas itu sesungguhnya? Romo Pujol, SJ setuju dengan beberapa kritik yang meyakini bahwa Kefas kemungkinan adalah salah satu dari dua murid di mana Yesus menampakkan diri sesaat setelah Kebangkitan-Nya. Kita tahu bahwa Cleophas adalah salah satu dari dua murid di mana Kristus muncul setelah Kebangkitan. Mengapa tidak orang lain saja yang bernama Kefas? Hal ini tentunya akan menjadi petunjuk yang menjelaskan orang-orang beriman ketika berkumpul di Yerusalem sehingga si Kefas ini menjadi lawan berat dan "pemimpin partai kaum Yahudi" yang menyebabkan keributan di Korintus dan Antiokia.
  7. Orang-orang yang berpendapat adanya dua identitas berbeda antara Kefas dan Rasul Petrus tentu akan bersikap biasa-biasa saja ketika Paulus dengan percaya diri memarahi Kefas waktu mereka di Antiokia setelah Konsili Yerusalem. Perselisihan antara Santo Paulus dan Kefas di Antiokhia berlangsung sebelum mulainya Konsili Yerusalem. Lebih lanjut perlu diketahui, adalah tidak bisa dimengerti bagi para Rasul yang menghadiri Konsili Yerusalem untuk bertindak di luar sifat-sifat mereka dengan memaksa orang lain yang masih berpegang pada adat Yahudi untuk meninggalkan kebiasaan Yahudinya setelah memeluk Kristen sesuai aturan yang disepakati imam-imam gereja saat itu. Potret psikologis dari tokoh Kefas seperti yang digambarkan oleh Santo Paulus tidak cocok dengan penggambaran karakter yang diterangkan oleh Santo Petrus setelah Pentakosta.

Selain hal itu di atas, ada argumen yang dibuat oleh Romo Pujol, SJ secara impresif yakni kesaksian seorang visioner stigmata terkenal yang bernama Theresa Neumann (wafat 1962). Dalam buku kecil tahun 1942 yang berjudul "The Passion Flower of Konnersreuth", Romo Frederick M. Lynk, S.V.D. membuat pengamatan dari salah satu penglihatan Theresa Neumann sbb:

“Kefas yang dimaksud oleh Surat Paulus ke Galatia, yang kepadanya Santo Paulus memarahi di depan wajahnya bukanlah Petrus, Pangeran Para Rasul itu. Tidak ada disebutkan dalam tokoh terkemuka ini berdasarkan fakta kuna bahwa Kefas itu tenggelam di laut saat menjalankan misinya dan oleh karena itu timbul pendapat bahwa dia tidak berbuat apa-apa dalam usahanya menyebarkan ajaran Kristen atau adanya catatan bahwa Kefas jatuh dari imannya.”

Dalam paragraf sebelumnya, saya berani menyatakan secara kredibel bahwa tesis “Etudes” (1865) yang diperbaharui oleh Pastor Yesuit dari Perancis ini (Romo D. Pujol, SJ) adalah bahwa “Kefas” yang dicela oleh Santo Paulus dalam Suratnya ke Galatia (2:7-14) tidak mungkin rasul Petrus, Pangeran Para Rasul itu. Romo Pujol sendiri mengambil tesisnya dari sebuah tradisi kuna yang ditemukan dalam tulisan-tulisan Santo Clement dari Alexandria (abad 3 M) – suatu tulisan yang juga diakui oleh St Jerome dan juga dipakai oleh beberapa penulis lain di zamannya yakni antara tahun 340-420. Walaupun Santo Jerome menyangka bahwa Kefas dan Petrus yang disebutkan oleh Santo Paulus dalam surat-suratnya itu adalah orang yang sama, namun Santo Jerome mengakui adanya bukti sbb:

“Ada orang yang berpikir bahwa Kefas, yang kepadanya Paulus memarahi di depan wajahnya, bukanlah Rasul Petrus, tetapi orang lain dari ke-70 murid, dan mereka menuduh bahwa Petrus tidak mungkin makan bersama dengan bangsa-bangsa kafir, sebab Petrus sendiri telah membaptis Kornelius Komandan Pasukan Romawi, dan pada saat ia pergi ke Yerusalem, setelah ditentang oleh orang-orang Kristen yang bersunat dan lantas ada suara yang berkata, ‘Mengapa Engkau tidak masuk ke mereka yang tidak bersunat dan makan bersama-sama dengan mereka?’, setelah mendapatkan penglihatan demikian, Petrus akhirnya sadar dan menjawab: ‘Jika, demikian maka Allah telah memberikan anugerah yang sama dengan kita karena mereka juga percaya kepada Yesus Kristus, lalu katanya: siapalah saya yang bisa menahan Kuasa Allah?’ Setelah mendengarkan Petrus, sidang itu diam sesaat dan kemudian mereka memuliakan Allah, dan lantas berkata: ‘Karena itu kepada bangsa lain juga, Allah memberikan hidup bagi mereka yang bertobat.’”

Seperti yang digambarkan oleh Lukas, penulis sejarah itu, Santo Lukas tidak menyebutkan adanya pertikaian Petrus dan Paulus ini, atau bahkan Santo Lukas pernah mengatakan bahwa Petrus ada di Antiokhia bersama dengan Paulus, dan kejadian ini mungkin dapat disampaikan kepada Porphyry karena dia telah menghujat, bahwa katanya: kita bisa percaya bahwa Petrus telah berbuat salah atau bahwa Paulus secara tidak sopan telah mencela Pangeran Para Rasul tersebut”.

(sumber: ourunity.blogspot.com)

Comments (0)

Post a Comment