KONSEP KESELAMATAN

Posted by mochihotoru | Posted in | Posted on 12:26:00 PM

Dosa Manusia
Semua orang yang beragama yakin bahwa tak ada manusia yang luput dari dosa, bahkan para nabi utusan Tuhan sekalipun. Apalagi para penganut agama Samawi percaya bahwa dosa manusia diawali oleh bapa-ibu seluruh manusia sendiri, Adam dan Hawa, yang melanggar perintah Tuhan untuk tidak mendekati sebuah pohon terlarang.

Kejadian ini memang telah dirancang oleh Tuhan karena memang Tuhan bermaksud untuk menjadikan manusia sebagai pemimpin di bumi. Maka dari itu sejak awal, setelah diajari banyak hal oleh Tuhan, kedua manusia tadi juga diajari dosa. Sebelumnya, Tuhan telah memperingatkan Adam dan Hawa tentang adanya Lucifer yang selalu iri kepada mereka sehingga berniat menjatuhkan manusia ke dalam dosa. Namun akhirnya mereka pun tergoda melakukan dosa dengan memetik buah dari pohon terlarang.

Dari dosa awal tersebut, maka manusia pun akhirnya berbuat dosa. Dosa tidak bisa menurun secara genetis, namun dosa muncul dengan sendirinya karena egoisme manusia akibat diberikannya akal juga karena faktor lingkungan di mana manusia tanpa sengaja mempelajari perbuatan dosa dari orang lain. Semakin banyak manusia, maka semakin banyaklah ide untuk berbuat dosa karena tidak ada tuntunan dari Tuhan. Karena itu Tuhan mengutus orang-orang terpercaya-Nya untuk mengembalikan mereka dari kedosaan dan mengajarkan kebenaran kepada manusia.

Musa, Yesus Kristus, dan Muhammad yang dipercaya sebagai penyampai firman Tuhan, dan dianggap sebagai firman Tuhan sendiri karena cara penyampaiannya, sering memberikan peringatan yang tajam jika berkenaan dengan dosa dan hukuman. Konsep yang sama berupa ancaman Neraka selalu ditekankan sebagai konsekuensi bagi manusia yang tidak percaya dan membangkang perintah Tuhan yang disampaikan para utusan Tuhan. Sebuah tempat di mana manusia menjadi kayu bakar yang akan dibakar dan dihukum sesuai perbuatan buruk mereka di bumi. Dalam Alkitab, banyak sekali peringatan-peringatan Yesus mengenai hukuman di Neraka seperti dalam Keluaran 34:7; Matius 10:28 maupun Lukas 12:5. Begitu pula dalam Alquran, banyak disebutkan ancaman tegas berupa Neraka, seperti dalam Sapi Betina 2:23 dan Gua 18:27.

Namun di samping peringatan tadi, mereka, Musa, Yesus Kristus, dan Muhammad, juga memberi janji berupa Kerajaan Sorga bagi senantiasa mengikuti ajaran dan perintah mereka (Ulangan 26:15; Matius 4:17; Sapi Betina 2:25). Semua itu diawali dengan pertobatan dan pengakuan dosa-dosa diiringi tekat kuat demi Tuhan untuk tidak melakukannya kembali. Sorga merupakan tempat yang selalu digambarkan dengan keindahan di dalamnya dan kemuliaan yang diberikan Tuhan Yang Maha Suci. Menurut semua ajaran para nabi, Sorga ini diberikan orang-orang yang berhasil melewati godaan Setan di dunia yang selalu berusaha menjatuhkan manusia ke dalam jurang kedosaan.

Ajaran Tuhan dan Keselamatan
Para nabi yang diutus ke bumi untuk mengajarkan manusia suatu Kebenaran Mutlak dengan dibimbing oleh Roh Kudus. Jumlah mereka sangat banyak dan menyebar di seluruh suku yang ada di dunia. Bukan saja di daerah Timur Tengah seperti diyakini orang-orang awam. Mungkin saja di masa lalu ada juga nabi yang pernah turun ke daerah di Tanah Air untuk mengajarkan Kebenaran kepada orang Indonesia pada masa lalu.

Ajaran yang mereka bawa semua sama, yaitu tentang keberadaan Tuhan yang Esa. Juga aturan-aturan yang harus diikuti oleh manusia sebagai pemimpin yang baik di bumi. Mereka juga ‘dilatih’ untuk meluruskan penyimpangan ajaran yang disampaikan nabi sebelumnya. Konsep Keselamatan mereka juga sama—walau dalam bahasa yang berbeda, yaitu mengenai janji Tuhan yang akan memberi mereka Sorga jika mengikuti perintah-Nya yang kudus.

Jika melihat Kitab Suci secara keseluruhan, kita akan melihat suku-suku yang berbuat dosa dan meninggalkan ajaran Tuhan. Namun, tentu saja, sebelum mereka terjerembab ke dalam dosa seperti itu, leluhur mereka telah menerima ajaran yang benar. Sayang, beberapa generasi setelah itu, pandangan terhadap ajaran Kebenaran pun berubah. Bahkan nama Tuhan dan banyak nama para orang saleh utusan Tuhan itu pun dijadikan nama dewa untuk mereka sembah. Semua karena penyesuaian terhadap pandangan pribadi mereka. Anak-cucu mereka pun kembali kepada jurang dosa.

Bukan tidak mungkin bahwa di zaman modern ini ajaran-ajaran kebenaran yang dibawa para nabi, khususnya Musa, Yesus, dan Muhammad pun telah dibelokkan dari makna asal, bahkan oleh petinggi-petinggi agama mereka sendiri yang dianggap paling menguasai. Sedangkan orang-orang awam yang hanya mengikuti tradisi ritual keagamaan dan mendengarkan kotbah mereka hanya mengikuti ajaran mereka, tak peduli ajarannya sesuai dengan ajaran yang para utusan Tuhan tadi atau bukan. Bahkan mereka tak peduli apakah ajaran yang disampaikan utusan Tuhan yang satu dengan yang lain yang seharusnya sama itu sesuai atau tidak; mereka percaya tanpa pengertian.

Hukuman Dosa
Jika melihat Kitab Suci agama-agama Samawi dengan benar, akan diketahui bahwa setiap dosa akan diperhitungkan hukumannya. Tidak selalu berupa hukuman di Neraka, terkadang hukuman pun diberikan di bumi. Namun ancaman yang merupakan konsekuensi paling jelas adalah hukuman Neraka. Setiap dosa yang dibuat akan dipertimbangkan dengan seadil-adilnya.

Menurut konsep yang dibawa para nabi, dosa ini tak bisa dihapus begitu saja. Tidak hanya dengan memercayai adanya Kekuasaan Tuhan dan Keselamatan yang dibawa utusan Tuhan. Tidak pula hanya dengan memercayai penebusan dosa oleh seorang Yesus. Semuanya ditimbang sesuai perbuatan mereka selama di dunia. Perbuatan baik akan mendekatkan dia kepada Sorga, sedangkan perbuatan buruk akan mendekatkan dia kepada Neraka. Ancaman Neraka adalah sesuatu yang wajib ada agar manusia yang selalu membangkang aturan Tuhan bisa menjaga perbuatan mereka dari dosa serta menghindari perbuatan yang merugikan alam dan sesama manusia. Hal itu pula yang bisa menyenangkan hati Tuhan yang mereka percayai.

Adanya ancaman Neraka bukanlah suatu hal yang buruk. Ancaman Neraka bukan mencerminkan ketidakcintaannya terhadap manusia. Bukan pula merupakan keraguan Tuhan terhadap manusia-manusia yang percaya kepada-Nya. Justru Neraka diciptakan agar manusia dapat manusia dapat mencintai Tuhannya secara benar. Dengan mengingat Neraka, tentu secara psikologis orang-orang akan takut berbuat dosa dan kerusakan di bumi juga menjaga perasaan sesama manusia. Dengan adanya ancaman Neraka seharusnya manusia yang percaya tidak lagi berbohong, membunuh, memakan makanan yang buruk bagi dirinya, menjaga kelestarian alam, dan melakukan hal-hal buruk dan berdosa lagi sesuai aturan Tuhan. Manusia tidak lagi melakukan semua itu atas nama Tuhan karena berpikir Tuhan akan menyukainya dan mengampuninya karena dilakukan demi Dia. Padahal sudah jelas dalam Kitab Suci bahwa Tuhan tidak menginginkan adanya kerusakan di bumi.

Bayangkan jika Anda akan dibunuh, pasti Anda tak mau hal itu terjadi. Oleh karena itu Tuhan melarang membunuh. Bayangkan jika orang yang Anda cintai sakit parah karena makanan yang buruk yang dia selalu makan, padahal Tuhan sudah melarang untuk tidak memakannya. Bayangkan jika Anda kepanasan dan menderita dehidrasi karena suhu bumi yang memanas. Ingat, Tuhan telah melarang kita untuk merusak tanaman demi kepentingan pribadi. Bagaimanapun, Tuhan tidak akan menyuruh dan melarang manusia berbuat sesuatu tanpa alasan. Yang baik akan mendapat upah, yang buruk akan mendapat hukuman dosa.

Dalam agama Samawi, sebenarnya sudah jelas semuanya. Contohnya dalam ajaran Islam, dosa-dosa yang dilakukan sebesar bakteri pun jelas akan dihitung. Begitu pula perbuatan baik yang mereka lakukan dengan tulus akan dihitung walau sebesar bakteri sekalipun. Dengan demikian, dalam ajaran mereka, jelas pula Sorga dipercaya akan menjadi tempat bagi orang-orang yang benar-benar suci dan tulus mencintai Tuhan—bukan bagi orang yang cuma menginginkan dan percaya Sorga tanpa berusaha menyenangkan Tuhan dengan berbuat kebaikan di dunia. Sementara, orang dianggap baik pun jika mereka tidak melakukannya dengan tulus akan mendapat hukuman. Terkadang orang akan ‘mampir’ ke Neraka sebentar lalu diangkat ke Sorganya jika perbuatan buruknya hampir menyamai perbuatan baiknya.

Konsep dalam agama Islam tadi sedikit mirip dengan konsep dalam ajaran Katolik. Dalam ajaran Katolik, dosa-dosa pun akan diperhitungkan. Ajaran Katolik percaya bahwa semua orang yang percaya kepada Yesus, maka Sorga adalah balasannya. Namun ketika seseorang melakukan dosa, maka mereka akan menjalani penyucian terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke Sorga. Konsep Api Penyucian (Purgatori) ini menjaga seorang Katolik yang taat untuk selalu menjaga diri dari dosa.

Konsep Keselamatan Yesus
Konsep Keselamatan yang sama seperti nabi-nabi sebelumnya ditawarkan Yesus Sang Juru Selamat, yang dipercaya oleh umat Kristen dan umat Islam, untuk menunjukkan Tuhan yang sama. Namun, tanpa memerhatikan Dia itu Tuhan atau bukan, Yesus yang sengaja turun ke bumi untuk membenarkan ajaran-ajaran para nabi sebelumnya menjadi seolah tidak berguna kehadirannya. Padahal, Dia sendiri datang untuk meluruskan salah satu ajaran Tuhan yang bernama Hukum Taurat yang telah diselewengkan dan disalahtafsirkan umat Yahudi di masanya.

Yesus memang jalan Kebenaran. Di masanya, tak ada jalan lain untuk bertemu Bapa di Sorga selain melalui Dia. Yesus memang menebus dosa manusia. Namun apakah itu berarti manusia boleh melakukan dosa sebebasnya? Asal percaya bahwa dosa asal manusia telah ditebus oleh Yesus, asal mau mengakui hal itu sendiri di hadapan Tuhan ataupun di depan imam, maka manusia bebas dari aturan-aturan kekal yang Tuhan berikan kepada manusia? Apakah semudah itu untuk memasuki Kerajaan Sorga yang Kudus? Mungkinkah manusia yang telah membunuh ribuan nyawa manusia denagn sengaja dan senang membenci orang lain akan masuk Kerajaan Sorga dan hidup seperti malaikat, seperti yang diajarkan imam-imam gereja, asal mengakui Yesus sebagai Juru Selamatnya?

Memang benar bahwa Hukum Taurat lebih menekankan kepada umat Israel yang dikenal sebagai bangsa pembangkang walau Tuhan telah menyatakan bahwa bangsa Israel adalah bangsa yang diberkati Allah dengan maksud agar mereka mengerti keinginan Tuhan. Namun ternyata mereka malah menjadi angkuh dan merendahkan bangsa lain. Aturan-aturan yang diberikan kepada mereka sangat ketat dan keras namun akhirnya mereka pun tetap membangkang dan menafsirkan ayat-ayat Tuhan dengan cara mereka sendiri. Dalam keadaan itulah Yesus datang.

Yesus, seorang yang memiliki kuasa dan terkemuka di dunia dan akhirat (Matius 28:18; Keluarga Amran 3:45), menjalankan semua Hukum Taurat untuk menunjukkan makna yang sesungguhnya dari Hukum Taurat tersebut. Walaupun Dia ditentang oleh banyak orang karena ajaran-ajaran kebenaran yang Dia ajarkan, namun orang-orang Farisi, orang-orang Saduki, dan golongan Yahudi lainnya merasa segan kepada-Nya. Ajaran yang Dia amanatkan kepada murid-murid dan pengikut-pengikut-Nya menjadi wajib untuk dilaksanakan tanpa mengenal bangsa. Itulah makna dari ajaran-ajaran yang Dia berikan.

Namun, orang-orang yang mengaku sebagai pengikut Yesus saat ini sama sekali tak melakukan ajaran-ajaran yang diberikan Yesus sekitar duapuluh abad yang lalu. Konsep Keselamatan pun berubah dengan sendirinya. Begitu pula konsep dosa. Hal ini ditunjukkan oleh ajaran Paulus seperti di bawah ini:

Tetapi kita tahu, bahwa segala sesuatu yang tercantum dalam Kitab Taurat ditujukan kepada mereka yang hidup di bawah hukum Taurat, supaya tersumbat setiap mulut dan seluruh dunia jatuh ke bawah hukuman Allah. Sebab tidak seorangpun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat, karena justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa. (Roma 3:19-20)

Dengan demikian, konsep dosa pun berubah. Terutama karena konsep mengenai penyaliban Yesus yang disebut-sebut sebagai penebusan dosa manusia, maka bukan hanya konsep dosa itu sendiri yang berubah, namun pandangan manusia terhadap dosa itu pun berubah. Orang-orang menganggap bahwa aturanlah yang membuat manusia membangkang. Karena ada aturan, maka manusia ingin melanggar aturan tersebut. Di lain pihak, hukum Tuhan yang membawa Keselamatan juga berubah. Dari konsep ‘patuh hukum’ menjadi konsep ‘percaya (saja)’. Orang-orang yang mengaku pengikut Yesus menganggap bahwa ‘asal percaya (bahwa Yesus disalib untuk menebus dosa manusia), maka akan diselamatkan’. Benarkah itu?

Paulus yang dianggap rasul oleh pengikut Yesus non-Yahudi mengajarkan bahwa Hukum Taurat hanya ditujukan bagi orang-orang Yahudi. Padahal, seperti yang kita tahu, para nabi terdahulu yang diutus ke dalam banyak bangsa menyerukan ajaran yang sama dengan hukum Taurat. Apalagi Yesus yang merupakan orang Yahudi turun ke tengah-tengah bahsa Israel untuk membenarkan ajaran imam yang melenceng dari makna Kitab Suci. Maka, bukankah seharusnya orang yang mengaku dirinya pengikut setia dan bahkan mendengar sabda Yesus mengikuti semua ajaran Yesus, bukan melencengkannya karena dianggap tak sesuai dengan kebiasaan nenek moyang mereka? Kalau begitu, apa bedanya mereka dengan kaum Nuh, kaum Abraham, atau bahkan bangsa Israel, yang melencengkan ajaran nabi sebelumnya karena ingin disesuaikan dengan pandangan leluhur mereka yang sesat?

Ajakan kepada Kebenaran
Tulisan ini tidak dimaksudkan untuk menyesatkan. Bukan pula dimaksudkan untuk melencengkan (ajaran para imam). Bahkan sebaliknya, tulisan ini ditulis untuk mengajak umat Tuhan untuk kembali ke jalan yang lurus. Menunjukkan jalan lurus kepada domba-domba yang tersesat. Memberi tahu kembali ‘orang-orang Farisi’ yang salah tafsir. Bukan bermaksud menggurui, tapi kita berusaha bersama-sama memahami keadaan dan memperbaikinya secara jujur. Demi keselamatan diri kita sendiri di hari depan nanti.

Yesus akan sendiri mengingatkan berkali-kali bahwa orang berdosa akan dihukum. Karena itu, tidak semudah itu masuk ke dalam Sorga. Ingat, di zaman sekarang, menjadi hansip pun bukanlah sesuatu yang mudah mengingat semakin banyaknya persyaratan. Karena itu mustahil Tuhan mengubah peraturannya, seperti manusia, dan menjadikan syarat masuk Kerajaan Sorga yang begitu kudus dan penuh kesenangan melebihi dunia menjadi amat sangat mudah (baca: hanya dengan percaya) bagi manusia-manusia yang sejak awal selalu mudah untuk berbuat dosa.

Mungkin ada yang akan berkata, ajaran bukan untuk melencengkan ajaran Tuhan, tapi menunjukkan bukti cinta kasih Tuhan. Mereka berpendapat bahwa Tuhan melihat kehidupan manusia di dunia ini semakin sulit, karena itu terdapat beberapa penyesuaian karena kasihan terhadap manusia. Pertanyaannya adalah, apakah Tuhan sendiri yang melakukan penyesuaian itu atau manusia? Atau apakah Tuhan tidak berpikir panjang ketika membentuk hukum yang akan diberikan kepada manusia?

Aturan-aturan Tuhan atau Hukum Tuhan diciptakan sebagai seleksi bagi manusia yang ingin masuk ke dalam kerajaan-Nya. Karena rasanya mustahil Tuhan membiarkan manusia yang kotor, sering melakukan kejahatan, dan membenci sesama akan dibiarkan begitu saja masuk ke dalam kemuliaan-Nya (Sorga). Jika dibiarkan—karena orang tersebut hanya percaya akan penebusan dosa oleh Yesus, lantas apa bedanya Sorga dengan dunia ini? Toh manusia tetap bisa melakukan keburukan, berbuat kerusakan, dan melanggar perjanjian dengan Tuhan di Sorga nanti. Bedanya, di Sorga nanti semua manusia itu ‘percaya’ kepada Yesus, sedangkan di dunia sekarang kebanyakan orang ‘tidak percaya’. Apakah begitu?

Atau mungkin karena ‘percaya’ itu maka semua orang akan berubah menjadi seperti malaikat, sesuai ajaran yang ada saat ini? Bukankah itu berarti kita diikat dalam ketidakbebasan karena sifat keburukan kita dibuang. Kita bukan diri kita yang sesungguhnya di Sorga nanti. Kita tak masuk Sorga dengan dengan kecintaan kita terhadap Tuhan tidak secara tulus. Tuhan telah berbaik hati membuang sifat buruk kita. Bukan diri kita sendiri yang membuangnya sejak dari dunia. Jika memang demikian, mungkinkah Tuhan akan mengangkat ke Sorga orang-orang Yahudi dari zaman Musa hingga kedatangan Yesus yang telah berbuat kejahatan paling berat tapi tetap percaya kepada Tuhan yang Satu, percaya akan kedatangan Yesus kelak, dan, di lain sisi, dia melakukan puji-pujian untuk Tuhan?

Atau, menurut kalian yang mengaku pengikut setia Yesus, mungkinkah bagi jutaan umat Islam yang begitu menghomati dan memuja Yesus Kristus (yang dalam bahasa Arab disebut Isa Al-Masih atau Yasuu Al Masih) dan percaya akan kuasa Yesus di Sorga dan di bumi akan masuk Sorga? Meskipun mereka tidak percaya akan ketuhanan Yesus (tapi percaya kepada ketuanan-Nya) seperti banyak orang Kristen di masa-masa awal, namun mereka mengikuti Hukum Taurat secara sungguh-sungguh, bersembahyang (melakukan pelayanan dan doa kepada Tuhan) setiap hari, dan tidak melakukan dosa sama sekali. Perlu diketahui, sebagian umat Islam percaya bahwa Yesus mati di kayu salib untuk menebus dosa manusia. Tetapi umat Islam tersebut tidak menafsirkannya bahwa dosa manusia habis begitu saja dalam satu hari sehingga mereka berkeyakinan penebusan dosa di sini berarti bahwa Yesus disalib agar manusia mengerti penderitaan-Nya dan mengikuti ajaran-ajaran-Nya agar terhindar dari dosa—bukan dengan cara mengubah ajarannya. Dengan percaya kepada Yesus sebagai jalan Kebenaran—seperti mereka percaya kepada Muhammad, mengikuti ajaran Yesus, dan menghindari perbuatan buruk, maka dosa mereka akan ditebus oleh Tuhan dengan sendirinya (terhapus oleh pahala kebaikan yang melimpah).

Oh, sungguh enaknya konsep Keselamatan yang seperti dikatakan tadi. Asal percaya, maka Sorga pun didapat. Percaya saja! Sorga hanya diisi oleh manusia-manusia yang percaya, tak peduli dia melakukan kebaikan dan menjalankan perintah Tuhan atau tidak. Iman memang seharusnya membawa kebaikan. Tapi, katanya, tak apa-apa kok berbuat dosa toh dosa kita sudah ditebus dan kita cuma melakukannya karena (alasan) khilaf. Tinggal akui saja kesalahan kita di rumah ibadat sendiri atau di depan pastur nanti. Tak ada Neraka. Karena ajaran dan tradisi seperti itu, manusia yang diberi beban oleh Tuhan untuk menjaga bumi ini pun bisa dengan seenaknya menghancurkan dan mengacak-acak bumi serta melakukan apapun dengan bebas di bumi, tak peduli bisa menyakiti orang lain (juga umat beragama lain) asal tak menyakiti dan menghina ajaran agamanya sendiri.

Atas dasar semua itu, di sini aku mengajak semua manusia untuk kembali ke jalan yang benar. Menjauhi sifat-sifat orang Farisi yang pernah ditegur Yesus di mana mereka menyelewengkan aturan-aturan Tuhan dengan seenaknya. Memaknai kisah para nabi yang telah susah payah mengajak umatnya untuk tidak lagi melencengkan ajaran Tuhan tapi mereka tetap saja berbuat hal yang sama, bahkan menganggap orang yang mengajak kepada Kebenaran tersebut sebagai orang sesat dan bidat.

Jangan asal percaya dengan dogma dan ajaran ulama, gereja, atau para rabbi. Ketika mereka melakukan sesuatu yang buruk tanpa alasan (hanya sekedar ingin berkuasa) dan mereka mengatakan bahwa itu inspirasi dari Tuhan dan dituntun oleh Roh Kudus, apa harus dipercayai begitu saja. Pengikut-pengikutnya mungkin akan percaya buta. Tapi ketika sesuatu yang buruk yang dilakukan itu menimpa mereka—walaupun para imam meyakinkan bahwa itu demi Tuhan, para pengikut itu baru akan sadar kesalahan mereka yang memercayai imam-imam yang menyamar sebagai terang tadi dan mencaci-maki mereka karena merasa ditipu. Ingat, orang-orang Farisi yang ditegur Yesus pun percaya kepada para imam besar yang dianggap ahli dalam bidang agama dan tak mungkin berdosa karena merasa telah mengikuti ajaran Musa sejak puluhan abad. Ingat pula peristiwa-peristiwa sejarah yang menggambarkan manusia-manusia yang jatuh ke dalam dosa karena mendewakan orang saleh di masa lalu dan merasa moyang mereka melakukannya juga padahal moyangnya sendiri mngikuti orang saleh tersebut secara benar.

Tak usahlah berpindah ke agama lain yang dirasa lebih sesuai dengan ajaran Tuhan yang kekal dari zaman Adam hingga sekarang. Tak usah pula berkata bahwa konsep Keselamatan dalam agamanya goolah yang paling pasti (karena hanya ada Sorga dan tak ada penghukuman bagi yang percaya). Yang terpenting adalah orang-orang Yahudi, yang merasa sebagai pengikut Musa. kembali menegakkan kembali Hukum Taurat dan beribadat kepada Tuhan yang Satu tanpamelecehkan agama lain; orang-orang Kristen, pengikut Yesus yang benar-benar setia, dari semua denominasi mengikuti ajaran Yesus yang sesungguhnya dan menjadikan Yesus, sang Anak Manusia, sebagai contoh atau teladan yang harus diikuti, terlepas dari kontroversi apakah Dia Tuhan atau bukan, dan tidak merasa akan masuk Sorga dengan mudahnya sehingga berbuat kejelekan di dunia; dan umat Islam merasa mengikuti ajaran Muhammad yang dianggap penyempurna ajaran para nabi sebelumnya dengan mempelajari Kitab Suci dan hadis dengan sebenar-benarnya. Ingatlah bahwa Aturan Tuhan jauh lebih baik daripada aturan manusia jika mereka mengetahui.

Jatinangor, Agustus 2009

Comments (6)

Satu pertanyaan saya pada anda "Jika anda meninggal dunia hari ini, apakah anda yakin pasti masuk surga?

Wawasan agama anda sangat luas, tp sayang sekali anda tidak secara utuh menyinggung nats yg berbicara tentang konsep keselamatan yang ditawarkan Allah dalam Yesus. Coba lihat di kitab Roma 6:23 Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.
Juga lihat di Efesus 2:8-9 Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.

Konsep ini tetap dan terus akan berlaku secara universal tidak ada yg dibatalkan atau berubah.

Tak ada yang tahu sesiapa yang akan menemui Bapa dan sesiapa yang akan dicampakkan Bapa. Yang ada hanya keyakinan berdasarkan daging. Maka jawaban saya atas pertanyaan Anda adalah: Sama sekali tidak!

Saya tahu Anda seorang Kristen. Pernahkah Anda mendengar istilah “Ora et Labora” (Berdoalah dan Berkaryalah) dalam ajaran Katolik? Untuk apa ada ungkapan seperti itu? Dari mana itu berasal? Mari kita berfilsafat--tanpa melenceng dari ajaran Samawi yang utama--layaknya Rasul Paulus yang berfilsafat menggunakan filsafat Yunani yang sukar dipahami orang (II Petrus 3:15-16) untuk mengajak orang non-Yahudi untuk beriman kepada Kristus¬¬--walau ditentang oleh para murid seperti yang tersirat dalam Kisah Para Rasul 21:17-26.

Manusia telah hadir di bumi selama ribuan tahun. Walau tidak secara tepat dan ilmiah diketahui, namun kita bisa sepakat bahwa lamanya hidup manusia dari zaman Adam hingga Kristus lebih dari 4000 tahun dan dari Kristus hingga zaman Obama ini sekitar 2000 tahun. Selama lebih dari 4000 tahun itu, saya yakin dan harus yakin, Tuhan mengirim banyak nabi ke seluruh penjuru dunia karena kasih dan keadilan-Nya yang tak terbatas hanya untuk bangsa Israel. Selama itu pula Tuhan memerintahkan manusia melalui para utusan itu untuk beriman kepada-Nya dan berbuat baik untuk memperoleh hidup yang kekal.

Apakah mungkin syarat paling penting dalam mencapai keselamatan yang telah bertahan ribuan tahun akan dengan instannya diubah? Tuhan memang Mahakuasa. Tuhan memang Mahasegalanya. Tapi Tuhan juga Mahatahu! Semakin zaman bertambah, manusia cenderung semakin membangkang! Manusia semakin mencari keuntungan untuk dirinya sendiri. Bahkan agama pun bias dijadikan alat untuk mencapai tujuan dunia. Tak peduli itu merupakan kekejian bagi Allah. Maka, mungkinkah Tuhan menurunkan standar penyeleksian itu? Sekali-kali tidak!

Lantas untuk apa manusia diperintahkan untuk berbuat baik sedangkan mereka sudah beriman kepada-Nya setelah kembali dari kekafiran? Itu karena manusia adalah ciptaan-Nya yang paling dipercaya untuk memelihara bumi. Dalam injil-injil pun kita sering mendengar firman Kristus mengenai hubungan antarmanusia; perbuatan baik kepada sesama manusia. Kristus berbuat baik dengan menyembuhkan orang sakit lepra, ayan, kesurupan, dan lainnya tanpa peduli dia melanggar aturan Sabat yang dibuat orang-orang Yahudi semasa-Nya. Apa artinya? Perbuatan baiklah yang akan membawa kita kepada hidup yang kekal! Ketahuilah, iman kita itu kosong tanpa berbuat baik! Berbuat baik juga kosong tanpa iman!

Ketika seseorang menyatakan dirinya beriman kepada Allah, lalu apa bukti iman? Sanggupkah dia membuktikan dan mempertanggungjawabkan imannya? Bagaimana caranya? Kristus sendiri telah menjelaskannya sendiri dalam Lukas 5:10:

Lalu kata rasul-rasul itu kepada Tuhan: "Tambahkanlah iman kami!" Jawab Tuhan: "Kalau sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja, kamu dapat berkata kepada pohon ara ini: Terbantunlah engkau dan tertanamlah di dalam laut, dan ia akan taat kepadamu." "Siapa di antara kamu yang mempunyai seorang hamba yang membajak atau menggembalakan ternak baginya, akan berkata kepada hamba itu, setelah ia pulang dari ladang: Mari segera makan! Bukankah sebaliknya ia akan berkata kepada hamba itu: Sediakanlah makananku. Ikatlah pinggangmu dan layanilah aku sampai selesai aku makan dan minum. Dan sesudah itu engkau boleh makan dan minum. Adakah ia berterima kasih kepada hamba itu, karena hamba itu telah melakukan apa yang ditugaskan kepadanya? Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan."

Lalu kita mendengar: Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu. Lalu tidakkah kamu mengerti bahwa jika seandainya kamu hanya mengajarkan anakmu bahwa masuk surga itu hanya dengan percaya, maka ketika dia tidak membuka Alkitab dan meneladani Kristus—hanya mendengar khotbah-khotbah yang mengatakan hal yang sama, dia akan berbuat apapun, termasuk kejahatan. Dia tak akan merasa bersalah dan tak akan bertobat karena menurut dia, hanya iman yang akan membawanya ke Surga. Karena itu, jangan kau katakan hanya iman yang membawamu ke kehidupan kekal agar tak seorang pun yang tersesat dan berbuat jahat. Lalu, apakah kekata Alkitab itu bertentangan antara Kristus dan Paulus? Tidak! Tapi mereka yang mengikuti dagingnyalah yang menafsirkan bahwa Paulus mengatakan: hanya iman tanpa perbuatanlah yang menyelamatkan. Tidak! Bukan itu maksud Paulus! Iman kita itu kosong tanpa berbuat baik! Berbuat baik juga kosong tanpa iman!

Jika memang Sorga dapat diperoleh dengan “hanya iman” seperti yang Anda yakini, maka apa tanggapan Anda mengenai ucapan Tuhan kita di bawah ini?

Ada seorang datang kepada Yesus, dan berkata: "Guru, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal (Sorga)?" Jawab Yesus: "Apakah sebabnya engkau bertanya kepada-Ku tentang apa yang baik? Hanya Satu yang baik. Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah Allah." Kata orang itu kepada-Nya: "Perintah yang mana?" Kata Yesus: "Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, hormatilah ayahmu dan ibumu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." Kata orang muda itu kepada-Nya: "Semuanya itu telah kuturuti, apa lagi yang masih kurang?" Kata Yesus kepadanya: "Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.” (Matius 1:16-21)

Lalu, dalam ajaran Islam terdapat peringatan-peringatan jelas mengenai kesalehan palsu,. Yaitu seperti perbuatan orang Farisi dan umat Yahudi lain yang hanya melakukan pelayanan kepada Tuhan sedang hatinya melakukan pelayanan kepada manusia! Mereka itulah yang disebutkan Paulus sebagai orang yang memegahkan diri!

Yesus pernah memperingatkan pengikut-Nya: "Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga. Jadi apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu. Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu." (Matius 6:1-4)

Lalu untuk menjelaskan hal itu, Muhammad pernah berkata: “Balasan bagi perbuatan-perbuatan itu bergantung pada niatnya, dan setiap orang akan mendapat imbalan sesuai dengan apa yang diniatkannya.” (Bukhari 1:51) Dengan kata lain, seseorang yang melakukan hal baik, namun dalam hatinya hanya bermaksud pamer, maka dia tidak akan mendapat manfaat dari apa yang dilakukannya. Atau seseorang yang melakukan peribadatan daging untuk menyembah Tuhan namun rohnya tidak menyembah, maka sia-sialah ibadatnya.

Perbuatan baik dan ibadat daging adalah perintah yang diberikan Allah kepada manusia lewat utusan-utusan-Nya. Dia ingin menguji kesetiaan manusia. Dia ingin menyeleksi manusia mana yang pantas memasuki Kerajaan-Nya. Bukan berarti Dia tidak mengesihi manusia! Tapi karena banyak manusia yang mengatakan hanya di mulut bahwa dirinya beriman sedang hatinya tidak, maka Tuhan menguji apakah manusia itu juga mengasihi Tuhan?

Keselamatan memang selalu datang dari inisiatif Tuhan. Namun, apakah manusia mau menerima keselamatan itu? Setiap manusia pasti ingin keselamatan. Karena itu, diperlukan seleksi, siapa saja yang ingin benar-benar mendapat keselamatan itu. Yaitu dengan perbuatan baik setelah beriman!

Adapun mengenai dosa, Yesus mengapa Kristus bilang, “Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!” Dia mengatakan “tobat”. Apa itu tobat? Tobat berarti menyesali dan mengakui perbuatan salah atau dosa kepada Tuhan dengan berusaha memperbaiki tingkah laku dan tidak melakukannya lagi. Apakah Anda sepakat mengenai definisi ini? Jika sepakat, mari kita lihat substansi yang dibawa dalam kata-kata tersebut.

Tadi saya katakan: tidak melakukannya lagi. Tidak melakukan perbuatan salah dan dosa lagi. Bagaimana? Tanpa dijawab Anda pun pasti mengerti: melakukan perbuatan baik dan menghindari dosa. Itulah makna dari ucapan Yesus kita! Bukan hanya iman! Ora et Labora!

Demikianlah tanggapan saya. Saya pun setuju bahwa itulah konsep keselamatan abadi yang ditawarkan Tuhan Allah kita sejak turunnya Adam hingga matinya manusia terakhir nanti. Bukan cuma untuk keuntungan dan kebahagiaan sejati semua manusia, tapi juga untuk keseimbangan alam. Mungkin terlalu panjang namun semoga Tuhan memberi imbalan atas pengertian dan imanmu. Tuhan menyertai rohmu. Kasih karunia-Nya menyertaimu!

Shalom salaam.

Shalom, terima kasih sudah menganggapi dan maaf baru mbalas ...
saya rasa iman yg dimaksud adalah iman yg menyelamatkan, bukan iman2 yg lain. Ada banyak jenis dan pengertian iman yg tentunya tidak menyelamatkan, seperti yg kebanyakan org pahami. Mengapa? karena hanya beriman pada hal2 yg bersifat fana (terbatas pada kehidupan sekarang saja). Iman yg menyelamatkan adalah iman yg bukan hanya sekedar percaya Kristus di mulut atau setuju secara akal saja, tetapi menyerahkan diri kita sepenuhnya dipegang olehNya menuju hidup yg kekal. Secara hakekat ini berbeda dengan iman pada hal2 fana.
Perbuatan baik yg mengikuti iman yg menyelamatkan hanyalah sebagai akibat (ungkapan syukur) ketika seseorang sudah diselamatkan, bukan lagi untuk mendapatkan keselamatan. Hal ini tentu berbeda dengan yang anda singgung di atas.

Post a Comment