LAILATUL QADAR
Posted by mochihotoru | Posted in Culture, Islam, Religions | Posted on 3:00:00 AM
Lailatul Qadar (لَيْلَةِ الْقَدْرِ , malam ketetapan), sering juga disebut Malam Kemuliaan. Bagi umat Islam, inilah malam turunnya takdir Allah yang baik bagi hamba-Nya. Ibadah di malam mulia yang juga diperingati sebagai malam diturunkannya Alquran ini lebih baik dari beribadah seribu bulan (Al-aala 87:2). Pada malam Lailatul Qadar, berdasarkan penjelasan Al Qurthubi, para malaikat, termasuk Jibril, berdesakan turun ke bumi dari Sidratul Mumtaha untuk menuliskan ketetapan segala hal yang baik. Rezeki, ilmu pengetahuan, kebahagiaan, berkah, dan sebagainya diberikan kepada hamba-hamba-Nya yang beribadah dengan tulus dan sungguh-sungguh tanpa pamer di malam yang mulia ini (Al-aala 87:3 dan Alfajr 89:16). “Di saat Lailatul Qadar,” firman nabi besar Muhammad, “Jibril dan malaikat yang lainnya turun ke bumi, seraya memohon pengampunan dan keselamatan bagi setiap pelayan Allah yang beribadah di malam Lailatul Qadar.” Karena kemuliaannya, banyak orang Islam yang lalu menantikan Lailatul Qadar, dengan berbagai kegiatan ibadah. Keadaan ini akan bertambah khusyuk bila tiba sepuluh malam terakhir di bulan Ramadan. Kaum Sunni ini kebanyakan bersandar pada hadis riwayat Aisyah: “Jika telah datang sepuluh hari terakhir di bulan Ramadan, Rasul Allah lebih mempererat ibadahnya, dan beliau membangunkan seluruh keluarganya” (Hadis Bukhari 4/225 dan Muslim 1169).
Hadis di atas memotivasi umat Islam agar bertambah giat beribadah dan semakin merendahkan diri di hadapan-Nya. Terlihat, di berbagai masjid, umat Islam khusyuk beribadah, ada yang tadarus Alquran, salat tarawih, salat malam, mengkaji ilmu-ilmu keislaman, serta berbagai kegiatan ibadah lainnya dengan sukacita sambil merasakan kehadiran-Nya. Ini karena Muhammad telah memberi gambaran bahwa untuk mendapatkan Lailatul Qadar harus beribadah secara sungguh-sungguh di bulan yang penuh berkah ini. Minimal ada dua syarat untuk mendapatkan malam Lailatul Qadar. Pertama, memenuhi segala ketentuan-ketentuan Allah dan menjauhi berbagai larangan-Nya secara konsekuen dan konsisten—tidak hanya pada bulan Ramadan. Kedua, memantapkan keyakinan kepada Allah atas segala janji-janji-Nya.
Dua kriteria di atas merupakan syarat akan dipenuhinya segala permohonan. Firman-Nya, “Aku akan mengambulkan permohonan orang-orang yang berdoa, bila mereka memohon kepada-Ku.” (Albaqarah 2:186). Lalu, apa hikmah dari malam Lailatul Qadar? Orang yang mendapat Lailatul Qadar, dalam hidupnya akan senantiasa mendapat bimbingan dan petunjuk ke jalan lurus—al-shirath al-mustaqim. Artinya, ia akan mendapat aspirasi dan inspirasi untuk menatap hidup masa mendatang yang lebih baik. Umat Islam amat kerap berikrar: Tunjukilah kami jalan lurus, yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat karunia kepada mereka (Alfatihah 1:5-7). Petunjuk jalan yang lurus itu akan tersingkap di saat tiba Lailatul Qadar.
Deskripsi tentang keistimewaan malam ini dapat dijumpai pada Surat Alqadar 97:1-5 dalam Alquran. Menurut Quraish Shihab, kata qadar (قﺩﺭ) sesuai dengan penggunaannya dalam ayat-ayat Alquran dapat memiliki tiga arti yakni:
1. Penetapan dan pengaturan sehingga Lailatul Qadar dipahami sebagai malam penetapan Allah bagi perjalanan hidup manusia. Penggunaan Qadar sebagai ketetapan dapat dijumpai pada surat Ad-dukhan 44:3-5: “Sesungguhnya Kami menurunkannya (Alquran) pada suatu malam, dan sesungguhnya Kamilah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan semua urusan yang penuh hikmat, yaitu urusan yang besar di sisi Kami;”
2. Kemuliaan. Malam tersebut adalah malam mulia tiada bandingnya. Ia mulia karena terpilih sebagai malam turunnya Alquran. Penggunaan Qadar yang merujuk pada kemuliaan dapat dijumpai pada surat Al-anaam 6:91 yang berbicara tentang kaum musyrik (pagan): “Mereka itu tidak memuliakan Allah dengan kemuliaan yang semestinya, tatkala mereka berkata bahwa Allah tidak menurunkan sesuatu pun kepada masyarakat;”
3. Sempit. Malam tersebut adalah malam yang sempit, karena banyaknya malaikat yang turun ke bumi, seperti yang ditegaskan dalam surat AlQadar. Penggunaan Qadar untuk melambangkan kesempitan dapat dijumpai pada surat Arraad 13:26: “Allah melapangkan rezeki yang dikehendaki dan mempersempit (bagi yang dikehendaki-Nya).”
Selain itu, ada pula beberapa hadis-hadis yang menceritakan tentang tanda-tanda Lailatul Qadar seperti berikut:
1. Sabda Rasul Allah, “Lailatul Qadar adalah malam yang cerah, tidak panas, dan tidak dingin, matahari pada hari itu bersinar kemerahan lemah.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah yang disahihkan oleh Al Bani)
2. Sabda Rasul Allah, “Sesungguhnya aku diperlihatkan Lailatul Qadar lalu aku dilupakan, ia ada di sepuluh malam terakhir. Malam itu cerah, tidak panas dan tidak dingin bagaikan bulan menyingkap bintang-bintang. Tidaklah keluar setannya hingga terbit fajarnya.” (Hadis Ibnu Hibban)
3. Rasul Allah bersabda, “Sesungguhnya para malaikat pada malam itu lebih banyak turun ke bumi daripada jumlah pasir menghampar.” (Hadis Ibnu Khuzaimah—dihasankan oleh Al Bani)
4. Rasul Allah bersabda, “Tandanya adalah matahari terbit pada pagi harinya cerah tanpa sinar.” (Hadis Muslim)
Terkait dengan berbagai tanda-tanda Lailatul Qadar yang disebutkan beberapa hadis, Syeikh Yusuf al Qaradhawi mengatakan, “Semua tanda tersebut tidak dapat memberikan keyakinan tentangnya dan tidak dapat memberikan keyakinan yakni bila tanda-tanda itu tidak ada berarti Lailatul Qadar tidak terjadi malam itu, karena Lailatul Qadar terjadi di negeri-negeri yang iklim, musim, dan cuacanya berbeda-beda. Bisa jadi ada di antara negeri-negeri muslim dengan keadaan yang tak pernah putus-putusnya turun hujan, padahal penduduk di daerah lain justru melaksanakan salat istisqa. Negeri-negeri itu berbeda dalam hal panas dan dingin, muncul dan tenggelamnya matahari, juga kuat dan lemahnya sinarnya. Karena itu sangat tidak mungkin bila tanda-tanda itu sama di seluruh belahan bumi ini” (Fiqih Puasa hlm 177-178).
Perbedaan Waktu Antarnegara
Lailatul Qadar merupakan rahasia Allah Mahatinggi. Untuk itu dianjurkan agar setiap muslim mencarinya di sepuluh malam terakhir, sebagaimana sabda Muhammad, “Carilah ia (Lailatul Qadar) pada sepuluh malam terakhir di malam-malam ganjil” (Hadis Bukhari, Muslim).
Dari Abu Said bahwa Muhammad menemui mereka pada pagi kedua puluh, lalu ia berkhotbah. Dalam khotbahnya ia bersabda, “Sungguh aku diperlihatkan Lailatul Qadar, kemudian aku dilupakan—atau lupa—maka carilah ia di sepuluh malam terakhir, pada malam-malam ganjil” (Muttafaq Alaihi).
Pencarian lebih ditekankan pada tujuh malam terakhir bulan Ramadan sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Ibnu Umar bahwa beberapa orang dari sahabat Muhammad bermimpi tentang Lailatul Qadar di tujuh malam terakhir. Menanggapi mimpi itu, Muhammad bersabda, “Aku melihat mimpi kalian bertemu pada tujuh malam terakhir. Karena itu barangsiapa hendak mencarinya maka hendaklah ia mencari pada tujuh malam terakhir.”
Dari Ibnu Umar bahwa Muhammad bersabda, “Carilah ia pada sepuluh malam terakhir. Jika salah seorang kalian lemah atau tidak mampu maka janganlah ia dikalahkan di tujuh malam terakhir” (Hadis Muslim, Ahmad, dan Ath Thayalisi).
Menurut kepercayaan Sunni, malam-malam ganjil yang dimaksud dalam hadis diatas adalah malam ke-21, 23, 25, 27, dan 29. Sedangkan Syiah percaya bahwa malam ke-19 juga termasuk di dalamnya. Bila masuknya Ramadan berbeda-beda dari berbagai negara—sebagaimana sering kita saksikan—maka malam-malam ganjil di beberapa negara menjadi malam-malam genap di sebagian negara lainnya sehingga untuk lebih berhati-hati maka carilah Lailatul Qadar di setiap malam pada sepuluh malam terakhir. Begitu pula dengan daerah-daerah yang hanya berbeda jamnya saja maka ia pun tidak akan terlewatkan dari Lailatul Qadar karena Lailatul Qadar ini bersifat umum mengenai semua negeri dan terjadi sepanjang malam hingga terbit fajar di setiap negeri-negeri itu.
Karena tidak ada yang mengetahui kapan jatuhnya Lailatul Qadar itu kecuali Yang Mahatahu maka cara yang terbaik untuk menggapainya adalah beritikaf di sepuluh malam terakhir sebagaimana pernah dilakukan oleh Muhammad dan para sahabatnya.
Ciri-Ciri Orang yang Mendapatkan Lailatul Qadar
Di dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dari Abu Hurairah, bahwa Muhammad bersabda, “Barangsiapa melakukan qiyam Lailatul Qadar dengan penuh keimanan dan pengharapan (maka) dosa-dosanya yang telah lalu diampuni.”
Juga doa yang diajarkan Muhammad saat menjumpai Lailatul Qadar adalah “Wahai Allah, sesungguhnya Engkau adalah Maha Pemberi Maaf. Engkau mencintai permaafan; karena itu berikanlah maaf kepadaku” (Hadis Ibnu Majah).
Kedua hadis tersebut menunjukkan bahwa dianjurkan bagi setiap manusia yang menginginkan Lailatul Qadar agar menghidupkan malam itu dengan berbagai ibadah yang tulus dan khusyuk sambil merasakan kehadiran Allah di hatinya, seperti: salat malam, tilawat Alquran, zikir (puji-pujian), doa, dan melakukan perbuatan saleh lainnya. Orang yang menghidupkan malam itu dengan amal-amal ibadah akan merasakan ketenangan hati, kelapangan dada, dan kelezatan dalam ibadahnya itu karena semua itu dilakukan dengan penuh keimanan dan pengharapan akan menerima kemuliaan Allah Mahatinggi. Hidupnya pun akan semakin rohani, damai, dan penuh ketakwaan serta senantiasa dibimbing oleh Allah di jalan yang lurus melewati berbagai rintangan duniawi.
Sumber: eramuslim.com, Wikipedia, republika.co.id
Comments (0)
Post a Comment