PERAYAAN IDUL FITRI ITU BUDAYA, BUKAN AGAMA

Posted by mochihotoru | Posted in , , , | Posted on 3:05:00 AM

Setiap kali Hari Raya Idul Fitri datang, suasana di Indonesia begitu meriah. Mulai dari takbir yang menggema di mana-mana, genderang bedug yang bertalu-talu, penganan yang berlimpah, silaturahim yang tiada henti, hingga ritual halal bihalal. Demikanlah ekspresi muslim di Indonesia dalam merayakan hari Lebaran. Tradisi perayaan Idul Fitri di Indonesia adalah sebuah perayaan hari raya terbesar dan sangat khas. Lebih dari itu, perayaan lebaran ini bisa jadi terbesar diantara negara-negara Islam lainnya.

Di Arab Saudi, perayaan Idul Fitri itu sepi. Tidak ada takbir dan bedug yang meriah seperti di Indonesia. Tidak ada halal bihalal. Tidak ada acara maaf-memaafkan. Mereka bermaaf-maafan ketika hendak menyambut bulan Ramadan agar lebih bersih bila menjalankan ibadah puasa nantinya. Bagi mereka, biasanya, hari raya Idul Adha-lah yang layak dijadikan momen hari raya terbesar.

Mengapa demikian? Mungkin, pada saat itu, makna agamanya besar sekali. Ada acara udhiyah (penyembelihan) yang besar. Selain itu, takbir di hari raya ini pun bisa lebih lama, yakni pada hari raya Id yang kemudian disambung dengan hari-hari Tasyrik. Maka dari itu, perayaan Hari Raya Idul Adha yang ramai itu lebih Islami. Tak aneh, bila negeri-negeri di Timur Tengah lainnya juga lebih meramaikan hari raya Idul Adha dibandingkan dengan Hari Raya Idul Fitri.

Sementara pada zaman Nabi Muhammad sendiri, Idul Fitri begitu sepi. Betapa tidak? Bayangkan saja, bagimana masyarakat kala itu hendak merayakan Idul Fitri seperti Indonesia bila mereka lebih disibukkan perang dan menunggu wahyu-wahyu Allah turun kepada Rasul Allah Muhammad. Mereka tidak sempat berbudaya-budaya. Hal ini karena kondisi masyarakat kotanya yang kebanyakan para sahabat bertemu langsung dengan Nabi Muhammad. Setelah Rasul Allah wafat, budaya luar mulai masuk. Artinya, Islam mulai ditafsirkan berdasarkan tuntunan budaya pada suatu daerah. Pada poin inilah, Islam dituntut mengapresiasi zaman yang terus berkembang. Yakni, apakah Islam mempertimbangkan hak orang lain untuk mengekspresikan diri atau tidak? Di titik inilah, setiap negara yang penduduknya beragama Islam mulai menafsirkan.

Dalam hal inilah, muslim Indonesia mengkreasi budaya perayaan Idul Fitri sebagai hari raya terbesar dibanding hari-hari raya lainnya. Ada tradisi bedug, pemberian uang persen (angpao), maaf-maafan, halal bihalal, dan lainnya. Dalam berbudaya, muslim Indonesia dan juga muslim di Asia Tenggara tidak sepenuhnya hasil epigon Arab. Mereka tidak terpengaruh dari Arab. Mereka lebih menyesuaikan diri dengan iklim dan budaya mereka. Mereka mempunyai bentuk-bentuk manifestasi sendiri. Lagi pula budaya itu tidak perlu sama. Sebab budaya bukan agama, yang seharusnya satu.

http://www.pasarkreasi.com/dirmember/00001/ahm4d/content/content-1411-20081022-6-34-84/large/bersalaman_1411_l.jpg

Lalu mengapa perayaan Indonesia begitu ramai dan meriah? Mungkin, hal ini dipicu karena orang-orang Muslim di Indonesia menganggap telah berhasil puasa Ramadan sebulan penuh, maka itu harus dirayakan besar-besaran. Mereka ingin silaturahim dan bersenang-senang. Dari sinilah kreativitas budaya muncul dan budaya itu diwariskan secara turun temurun sehingga tetap lestari sampai saat ini.

Sumber: dody006.multiply.com

Comments (1)

Tapi Aidul fitri ritual dari agama Islam dan apakah ada pada agama lain ?

Post a Comment