Apakah Kejadian 12:3 Memerintahkan Orang Kristen Harus Mendukung Zionisme?
Posted by mochihotoru | Posted in Christianity, Holy Books, Zionism | Posted on 9:44:00 PM
Banyak kaum Kristen fundamentalis menafsirkan ayat Kejadian 12:3 bahwa mereka harus mendukung negara Zionis, atau akan menghadapi kemurkaan Allah Mahasuci dan Mahatinggi. Propaganda ini sangat berbahaya mengingat hal itu berarti juga Allah itu mendukung ketidakadilan dan kedustaan, yang kita semua tahu bahwa itu tidaklah mungkin. Terkadang sulit untuk menyadarkan orang dengan keyakinan semacam ini—apalagi jika telah menjadi suatu dogma.
Kita lihat ayat tersebut:
“Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat [And I will bless those who bless you, and those who curse you I will curse, and all the families of the earth will be blessed through you].” (Kejadian 12:3)
Ini merupakan pemberkatan Allah kepada Abraham dan keturunannya, khususnya orang-orang Yahudi. Ini berarti bahwa semua orang di dunia harus memberkati dan berteman dengan orang Yahudi jika mereka ingin mendapatkan kasih Allah. Tetapi tidak ada hubungannya dengan kaum Zionis, yang tidak mencerminkan orang Yahudi. Mendukung bangsa Israel sejati, yaitu orang-orang Yahudi rohani, adalah hal yang baik. Negara yang didirikan pada tahun 1948 dan mencatut nama “Israel” ini sama sekali bukan Israel yang sebenarnya. Ini hanya merupakan suatu negara yang dibangun oleh orang-orang Yahudi tidak beriman yang tidak mengerti takdir historis dan sistem kepercayaan orang-orang Yahudi (bangsa Israel sejati).
Dua ayat sebelumnya dari pasal 12 Kejadian menggambarkan perintah Allah kepada Abraham untuk pergi ke Tanah Kanaan. Namun, hal itu tidak berarti bahwa orang-orang Yahudi harus memiliki Kanaan di sepanjang sejarah. Taurat menubuatkan dalam Imamat 26 dan Ulangan 28 tentang masa pembuangan yang sangat panjang saat bangsa Israel berada di luar tanah mereka, dan akan diharuskan untuk menanti Allah sendiri yang memberikan kembali tanah itu kepada mereka. Bahkan Abraham sendiri tidak diizinkan untuk memiliki tanah itu; ia terus dijanjikan bahwa keturunan-keturunannya akan mendapatkannya setelah pembuangan di Mesir. Ketika ia ingin sebidang tanah untuk menguburkan Sarah, ia harus membelinya dengan harga yang tinggi (Kejadian 23). Para rabbi Talmud mengisahkan bahwa Abraham memberangus ternaknya sehingga mereka tidak makan dari ladangnya orang-orang Kanaan. Ia sangat berhati-hati untuk tidak mengambil apa yang bukan miliknya, karena, ia sadar, waktu penggenapan janji Allah belum datang.
Inilah pelajaran yang harus kita ambil dari ayat yang sebenarnya sangat penting itu. Selain itu, penting untuk diingat bahwa kehendak kaum Zionis itu adalah mencampuradukkan antara politik (baca: kekuasaan) dan agama. Dan mereka sangat membutuhkan dukungan—atau bahkan kutukan—dari banyak pihak agar bisa meyakinkan dunia bahwa apa yang kaum Zionis, yang mengaku sebagai “Yahudi”, lakukan selama ini memiliki landasan agama. Jadi, tidak ada alas an bagi kita menyatakan dukungan kepada mereka dengan alasan Tanakh atau Alkitab yang menyuruh kita.
Comments (0)
Post a Comment