Yahudi Bangsa Pilihan Tuhan
Posted by mochihotoru | Posted in Islam, Religions, World, Zionism | Posted on 8:37:00 PM
Oleh Amir Saipudin
Bangsa Yahudi sejak zaman dulu merupakan bangsa yang tersisihkan, diperbudak, dan kerap tersingkirkan. Untuk sejarah lengkapnya silahkan Anda baca sendiri, penulis yakin sejarahnya banyak bertebaran di sana-sini.
Tulisan kali ini tidak akan mengupas banyak tentang sejarahnya, akan tetapi penulis mencoba untuk melihat dari sudut pandang yang lain yang mudah-mudahan memperkaya Anda dengan pemikiran dan pemahaman baru tentang keyahudian.
Anda kesal dengan judul di atas?
Penulis berani bilang bahwa Yahudi memang bangsa pilihan Allah—bangsa kudus, diberkati, terpilih. Mau tau sebabnya? Mari kita bahas itu dengan hati tenang dan kepala dingin.
Kita tahu, bangsa Yahudi sejak dulu merupakan kaum yang selalu tertindas dan tersingkirkan. Ada di antara mereka sendiri yang bilang bahwa ini adalah hukuman dari Allah, dan tidak seharusnyalah mereka mendirikan Negara Israel, karena itu melanggar perintah Allah, karena mereka merupakan kaum yang diasingkan di dunia ini. Kurang lebih begitulah kata mereka.
Kata “Yahudi” pun sebenarnya lebih merujuk kepada nama sebuah kepercayaan (Yudaisme) daripada nama sebuah bangsa, karena secara geografis mereka tidak memiliki sebuah tempat (baca: negara). Yaitu kepercayaan orang-orang Kerajaan Yehuda (Yahudi) pada zaman dahulu yang disusun setelah mereka kembali dari Babilonia bersama Ezra dan Nehemia.
Kata “Israel” sendiri sebenarnya adalah kata “Yisra’el” (Ibrani) atau “Israail” (Arab) yang merupakan julukan bagi Yakub bin Ishak, seorang nabi Israel. Namun mengapa kelakuan orang Israel yang kita lihat saat ini “sungguh sangat terpuji” dengan membantai ribuan orang yang tidak berdosa?
Mari kita jabarkan di bawah ini:
Israel (Bani Israil, B’nei Yisra’el) sejak dulu kala adalah bangsa yang terbuang dan tersisihkan. Mereka menyadari betul akan hal ini. Mereka pun berdiaspora (menyebar) ke berbagai negara. Jadilah mereka—yang selanjutnya lebih senang dengan disebut “orang Yahudi” ketimbang “orang Israel” lantaran agama yang mereka pegang pada awalnya—akhirnya “menumpang” di negara-negara lain, bertahan, berjuang untuk melayakkan diri, dan di sela himpitan ekonomi yang begitu tinggi, mereka rela melakukan apapun. Mental mereka terbentuk hebat. Pikiran mereka terkuatkan dengan berbagai pembelajaran berharga. Mereka menjadi orang-orang yang sadar, bahwa hidup mereka tidak bisa selamanya seperti ini. Mereka harus berjuang jika mereka ingin survive. Mereka harus berjuang jika mereka ingin hidup layak. Mungkin tak ada kata lelah dalam benak mereka hingga apa yang mereka cita-citakan tercapai. Penulis patut acungkan jempol atas mental ini. Penulis harus bersikap objektif. Anda tidak suka? Mungkin penulis harus meminta maaf. Tapi, bolehkah penulis lanjutkan?
Bagaimanapun, sikap mental yang tertempa itu akhirnya membawa hasil. Bukankah Allah menyukai sikap mental seperti itu: berjuang untuk menaikkan harga diri, martabat, dan keluarganya? Kita harus berani mengakui bahwa mereka tangguh, cerdas, dan adaptif terhadap situasi dan kondisi apapun. Mungkin itu yang membuat mereka survive. Lalu bagaimana dengan umat Islam sekarang ini? Anda yang jawab.
Bangsa Yahudi (orang Ibrani modern) kebanyakan kuat secara ekonomi, dan itu merebak masuk ke berbagai bidang kehidupan, termasuk masuk ke lini politik dan akhirnya mengambil alih kebijakan publik dan lainnya. Semua itu sudah menjadi rahasia umum—siapapun tahu. Pertanyaannya, adakah yang mengambil pelajaran dari hal itu? Adakah yang mau belajar bagaimana mereka akhirnya bisa menguasai senat AS misalnya? Adakah?
Bagaimana dengan umat Islam sekarang ini? Anda yang jawab.
Anda marah kepada penulis? Bagus.
Bangsa Yahudi tahu bahwa untuk menguasai dunia maka mereka harus menguasai si pemegang kebijakan dunia dulu, siapakah para pemegang kebijakan itu? Itulah para pemimpin dunia. Melalui apa? Melalui ekonomi.
Apakah hanya melalui ekonomi? Tentu tidak. Anda pasti lebih tahu yang lainnya. Penulis tidak akan membahas itu di sini.
Kembali ke jalan yang benar…
Bangsa yahudi—penulis biasa menulis dengan huruf “y” kecil untuk menunjukkan “hormat” penulis pada orang Yahudi modern yang mendukung Negara Israel (Zionis)—mulai mempersatukan seluruh kaumnya yang tersebar di berbagai negara untuk kembali ke “tanah yang telah dijanjikan”, katanya. Lalu mereka pun berbondong-bondong pergi ke tanah itu (Eretz Yisra’el) yang kini berdiri Negara Israel. Mereka datang bukan tanpa sebab. Mereka dijanjikan pekerjaan, penghidupan yang lebih baik, dan hebatnya semua itu selalu didasarkan oleh pandangan agama mereka, dan para pemimpin Israel pandai betul memainkan peran ini, walaupun ada rencana lain di balik semua itu. Apa itu? Ada banyak kepentingan negara lain yang berperan di tanah Israel ini. Mungkin Anda sudah tahu maksud penulis.
Bangsa Yahudi mulai maju di berbagai bidang. Mereka menguasai perdagangan. Menguasai perekonomian negara-negara maju. Menjadi pelopor dalam berbagai sains dan teknologi dewasa ini. Pandai membungkam “mulut” PBB. Cerdik mengatur strategi untuk mengatur kebijakan negara adidaya Amerika dan menguasai media dan hiburan. Luar biasa bukan? Hebat sekali mereka ini. Apakah dulu ada yang menyangka bahwa kaum kecil yang tertindas dan berdiaspora itu kini menjadi “sutradara” di balik layar film yang berjudul “dunia di bawah genggaman Israel” itu? Adakah dulu yang menyadarinya? Hebat ya, pelan-pelan, diam-diam, mereka mulai membangun “kerajaan” mereka di dunia ini, mengencingi negara-negara lain yang cuma gede-gede ubi tapi tidak punya nyali.
Negara Israel, yang mayoritas terdiri dari orang-orang Yahudi pro-Zionisme, tahu bahwa tanpa militer yang kuat negara mereka akan lenyap dalam hitungan hari. Maka mulailah mereka fokus juga dalam bidang pertahanan. Mereka mulai membuat pabrik senjata yang mempunyai dua tujuan, yaitu untuk pertahanan dan untuk bisnis. Semua tahu bisnis senjata itu sangat menggiurkan, dan semua juga tahu bisnis senjata tidak akan berjalan tanpa ada perang!
Pemimpin-pemimpin Zionis sungguh brilian. Mereka menjadi pemasok alutsista agar semua negara yang mereka pasok menjadi tergantung dengan mereka. Apakah ada yang berpikir seperti ini?
Kemandirian suatu bangsa adalah vaksin ampuh untuk menetralisasi racun ini.
Bangsa yahudi semakin di atas angin ketika mereka berhasil membuat senjata nuklir. Mereka pun tipikal orang nekat. Bila mereka berkata A maka yang terjadi adalah A. Mereka tidak akan segan-segan untuk mengeluarkan segala daya upaya agar tujuan mereka berhasil, lalu berlindung di balik kemanusiaan itu sendiri. Sungguh bangsa yang sangat “terpuji”.
Tapi penulis pun harus objektif, bahwa penulis pun melihat ada segolongan mereka yang baik dalam sebenar-benar kata baik. Karena dalam Kitab Suci penulis, surga itu pun tidak hanya melulu dihuni oleh orang dari satu agama (baca: Islam), agama lain pun ada.
Terbersit pada benak penulis tentang keadaan umat Islam sekarang ini.
Penulis menghela nafas.
Begitu besar umat Islam dewasa ini, tapi layaknya seperti buih, tidak berpengaruh apa-apa, kalah sama umat Yahudi. Mereka kecil tapi kuat. Mereka kecil tapi bisa mengatur yang besar-besar. Mereka kecil tapi menyeramkan bila dilihat dari kekuatan militernya. Ada yang berani menghancurkan mereka? Anda yang jawab.
Bagaimana dengan umat Islam?
Tidakkah Anda lihat para multimilioner yang mengaku beragama Islam itu sibuk membangun kemewahan dengan para yahudi yang tidak mereka sadari?
Tidakkah Anda lihat betapa lemahnya umat Islam sekarang ini? Apa yang bisa dibanggakan?
Anda marah? Bagus.
Bangsa Yahudi hampir menguasai segala bidang. Bagaimana dengan umat Islam? Apa yang sudah diperbuat para pemimpin Islam itu demi kejayaan Islam? Anda yang jawab.
Cobalah lihat sistem pendidikan Islam sekarang, lalu renungkanlah. Cobalah lihat mentalitas dan inteligensi umat Islam sekarang, lalu renungkanlah. Cobalah lihat sistem ekonomi umat Islam sekarang, lalu renungkanlah. Cobalah tengok ukhuwah Islamiyah umat Islam, lalu renungkanlah. Cobalah lihat sikap umat Islam dalam menghadapi tekanan dunia dan berbagai fitnah saat ini, lalu renungkanlah. Cobalah lihat kemampuan militer umat Islam, lalu renungkanlah. Cobalah perhatikan banyak hal lainnya dari umat Islam, lalu renungkanlah.
Lalu bandingkanlah dengan Zionis Israel yang—konon—hebat itu.
Anda marah? Bagus.
Itu artinya Anda berpikir.
Bangsa yahudi dengan kepintarannya telah berjalan tegak di muka bumi ini, membuat negara lain bak pelayannya.
Bagaimana dengan umat muslim?
Dengan kekuatan militernya mereka membungkam PBB. Dan kenakalan mereka terhadap mayat-mayat yang bergeletakan pun seperti sebuah dongeng di siang bolong, terdengar keras lalu kembali sunyi lagi dengan cepatnya tanpa ada yang berani berbuat apa-apa.
Semua takut dengan negara kecil itu.
Semua takut dengan Israel, sang anak “teladan” itu yang membuat ibu-ibu di Palestina mengucurkan airmata dan ayah-ayah meratapi kehilangan anak-anaknya.
Dunia membisu. Hanya mengecam. Tapi lagi-lagi Israel menang, toh dia memang anak kesayangan. Bagaimana dengan Islam? Anda yang jawab.
What should we do?
Think smart, do hard!
Jangan hanya terlena oleh kejayaan Islam pada masa lalu dan hanya menggembar-gemborkan kebesaran Islam itu secara sia-sia tanpa usaha. Jangan pula hanya memegahkan diri dan mengutuki dengan kata-kata kasar—yang hanya menunjukkan ketidakberdayaan.
Sebagai seorang muslim, tidak ada cara lain selain mengikuti jejak mereka menempuh kejayaan duniawi tanpa melupakan iman di hati.
Hopely you’ll think deeply about what I said back there.
Hanya ada satu vaksinasi untuk virus yang disebarkan Zionis Israel, yaitu:
“We have to think like they think. But we have to act like the Quran tought us to do. Grow faster in economic, in military, and have strong aqida, strong ukhuwa, brilliant generation more than before, and let God decide what will happen next.”
Bangsa Yahudi memang bangsa pilihan Allah.
Bangsa pilihan yang akhirnya dikutuk karena kesombongannya.
Dan kelak menuai hukuman yang pedih untuk kesekian kalinya di dunia.
Let us wait and see…
udahh anda anggap jelek,, jangan di jelek2 kin mas...
walaupun aq orang islam... aq ga setega itu mengecam orang...
Penulisnya terlalu pintar hingga kelicikan dia tidak diketahui. Bagaimana bisa Allah memuji bangsa ini ? Bani Israel adalah bangsa yang dipilih dan ditinggikan dari umat lain namun pada masa itu ( pada zaman Nabi Musa A.S yang menyelamatkan para bani israil dari ancaman dan kejaran Raja Fir'aun ). Dalam Al-qur'an pun ada bahwasanya bani israel itu juga telah ditagih janjinya mengenai beribadah kepada Allah
Namun, Allah juga tahu bahwa bani israel yang kafir telah mencampur adukan yang hak dengan yang batil
ayat dalam alqur'an mengenai peringatan Tuhan kepada Bani Israel
Al-Baqarah (1:40) "Hai Bani Israil, ingatlah akan ni'matk-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu dan penuhilah janjimu kepada-Ku, niscaya Aku penuhi janji-Ku kepadamu; dan hanya kepada-Ku-lah kamu harus takut ( tunduk ).
Allah tidak pernah tidur dan mengingatkan bani israel untuk tidak mencampur adukan Ayat2 Allah
(1:42)"Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang batil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu(*yang disembunyikan adalah Tuhan akan mengutus seorang Nabi dari keturunan Ismail dibelakangan hari yaitu Nabi Muhammad SAW) sedang kamu mengetahui.
memang bani israel dilebihkan dari segala umat, namun itu pada nenek moyang mereka pada masa Nabi Musa A.S.
(1:47)
Hai Bani Israil, ingatlah akan ni'mat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu dan ( ingatlah pula ) bahwasanya Aku telah melebihkan kamu atas segala umat
Pembalasan terhadap sikap Bani israil
(1:61)
Dan (ingatlah), ketika kamu berkata:" Hai, Musa, kami tidak bisa sabar (tahan) dengan satu macam makanan saja. Sebab itu mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu, agar Dia mengeluarkan bagi kami dari apa yang ditumbuhkan bumi, yaitu: sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya, kacang adasnya, dan bawang merahnya." Musa berkata :" Maukah kamu mengambil sesuatu yang rendah sebagai pengganti yang lebih baik? Pergilah kamu ke suatu kota, pasti kamu memperoleh apa yang kamu minta". Lalu ditimpakanlah kepada mereka nista dan kehinaan, serta mereka MENDAPAT KEMURKAAN DARI ALLAH. HAL ITU TERJADI KARENA MEREKA SELALU MENGINGKARI AYAT-AYAT ALLAH DAN MEMBUNUH PARA NABI YANG MEMANG TIDAK DIBENARKAN. DEMIKIAN ITU TERJADI KARENA MEREKA SELALU BERBUAT DURHAKA DAN MELAMPAUI BATAS.
dan ayat-ayat lain contohnya
(1:63), (!:64),
(1:65) "Dan sesungguhnya telah kamu ketahui orang-orang yang melanggar di antara kamu pada hari Sabtu, laluKami berfirman kepada mereka: " Jadilah kamu kera') yang hina ".
')=maksudnya hati mereka MENYERUPAI KERA, karena sama-sama tidak menerima nasihat dan peringatan.
kemunafikan bani israil
(1:76) "Dan apabila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka berkata :"Kamipun telah beriman," tetapi apabila mereka berada sesama mereka saja, lalu mereka berkata:"Apakah kamu menceritakan kepada mereka ( orang-orang mu'min) apa yang telah diterangkan Allah kepadamu, supaya dengan demikian mereka dapat mengalahkan hujjahmu di hadapan Tuhanmu; tidakkah kamu mengerti")
")= sebagian bani israil yang mengaku beriman kepada Nabi Muhammad SAW, itu pernah bercerita kepada orang-orang islam, bahwa dalam taurat memang disebutkan tentangkedatangan Nabi Muhammad SAW. Maka golongan lain menegur mereka dengan mengatakan: "Mengapa kamu ceritakan hal itu kepada orang-orang Islam sehingga hujjah mereka bertambah kuat ?".
boleh penulis bilang mereka bangsa terpuji, tapi nanti lihat di Hari kiamat, selamatkah mereka?? Anda mengatakan memang merekalah bani israil yang mulia dan terpuji, akan dibuktikan... ingat! israil yang sekarang berbeda dari nenek moyangnya di mana Nabi Musa A.S. ,, ah tapi sama saja, nenek moyang mereka sebahagian ada yang munafik, kafir, dan menyekutukan Allah ..
Sungguh, Allah murka kepada mereka tidak seperti bani israil yang dulu. Perbuatan mereka akan dipertanggung jawabkan di hari Kiamat dan setelah mati.
maksud dari bangsa pilihan tuhan itu tidak lain adalah dikarenakan oleh sifat-sifat mereka sendiri yaitu jahil,mau menang sendiri,sulit diatur,ingin bebas,dll.yaitu sifat-sifat yang menjurus ke sifat "ke-setan-an". ketahuilah sifat2 bani israel,terkenal lebih banyak kejelekannya ketimbang kebaikan yang ada.kesimpulannya mereka dipilih tuhan bukan karena mereka(cerdas,berakal dll) tapi karena kejahilannya untuk itulah tuhan ingin memperbaiki perangai mereka yg buruk. akan tetapi setiap nabi yang diutus tuhan selalu saja mereka ingkari dan pada akhirnya mereka bunuh.diutus lagi seorang nabi akhirnya mereka ingkari lagi.begitu seterusnya.