Orang Cina

Posted by mochihotoru | Posted in , , , , | Posted on 5:08:00 PM

Terinspirasi dari artikel di Kompas, kalau tidak salah, Kompas edisi hari Minggu, 7 Maret 2010, mengenai hubungan antara orang Cina di Kampung Melayu. Penulis sudah lama sekali ingin menulis tentang ini, tapi takut dianggap menyinggung SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan), akhirnya selalu tertunda. Setelah nonton film MILK, tentang kaum minoritas homoseksual, tekad penulis jadi menulis soal orang keturunan Cina (Tionghoa) kembali muncul.

Kalau boleh jujur, penulis sendiri berasal dari keluarga yang sangat rasis dan egois. Menurut keluarga penulis, semua suku bangsa di dunia ini sama sekali tidak ada yang bagus. Setiap suku bangsa pasti ada saja kejelekannya sehingga pantas untuk dicela. Tapi, tentu saja yang memegang ranking paling tinggi di antara suku bangsa yang paling banyak dicela oleh keluarga penulis adalah suku bangsa Cina.


http://i632.photobucket.com/albums/uu42/ricky_3a4/IMG_0006.jpg

Banyak sekali sindiran dan “pujian” yang ditujukan bagi orang-orang etnis Cina yang bermula sejak zaman penjajahan, khususnya dari orang-orang daerah yang memang jarang berhubungan akrab dengan mereka. Ketika melihat pengemudi mobil yang suka egois, mereka berujar, “Pasti yang nyetir orang Cina!” Ketika melihat rumah makan yang dekorasinya didominasi oleh warna merah, “Pasti yang punya orang Cina!” Ketika melihat toko yang paling laku sekota, “Pasti usahanya orang Cina!” Dan masih banyak lagi yang lainnya. Hampir semua komentar mereka selalu negatif.

Penulis masih ingat ketika kecil pernah bertanya pada ayah dan ibu, “Apa sih yang menyebabkan orang Cina banyak dibenci orang?” Ayah dan ibu lalu menjawab, “Karena orang Cina banyak yang sukses, dan efek kesuksesan mereka itu biasanya menjatuhkan saingan mereka, yang biasanya orang pribumi.” Penulis lalu bertanya lagi, “Memangnya kenapa orang Cina bisa sukses banget?” Mereka menjawab dengan bijaksana, “Orang Cina adalah orang yang sangat mau bekerja keras dan rela berkorban demi kesuksesan. Seandainya saja lebih banyak orang yang mau belajar dari orang-orang Cina itu.”

Jadi, berbeda om dan tante, bahkan ompung-ompung dan sepupu-sepupu penulis yang sepertinya sangat antipati terhadap orang Cina, ayah dan ibu penulis bersikap lebih positif. Ya, kecuali pada saat-saat tertentu, seperti pada saat waktunya buka puasa di Bulan Ramadan di mana restoran justru dipenuhi oleh orang-orang Cina beragama non-muslim yang tidak berpuasa. Mereka terkesan hanya ingin sekedar mendapatkan momentum perayaan buka puasa itu, sedangkan orang-orang muslim lainnya harus mengantre lebih lama. Di saat itulah ayah dan ibu penulis bersikap negatif pada orang Cina.

Dibesarkan dengan dua perspektif yang sedikit berbeda tentu saja penulis berkembang dengan dua pandangan tersebut bergabung dalam pikiranku. Beberapa pandangan umum masyarakat mengenai sifat-sifat orang Cina di antaranya:

1. Orang Cina itu selalu kaya,

2. Orang Cina itu selalu malas bergaul dengan orang bukan Cina.

Pandangan umum tentang orang Cina yang penulis dapatkan itu penulis uji coba dengan pengalaman-pengalaman sendiri.

1. Orang Cina itu TIDAK Selalu Kaya Raya

Sampai menginjak kelas XI SMA, bahkan saat masih sekolah di Kanada, penulis masih merasa bahwa orang Cina itu selalu kaya. Namun ketika mulai bekerja paruh waktu, penulis akhirnya menemukan kenyataan yang jelas bahwa orang Cina tidak selalu kaya. Lumayan kaget juga saat pertama kali atasan penulis yang adalah orang Indonesia asli berkata bahwa dua orang yang penulis kenal, dan banyak orang Cina yang bekerja di tempat penulis bekerja paruh waktu adalah tipe-tipe orang Cina yang BU (Butuh Uang). Dibesarkan dengan mitos bahwa “orang Cina selalu kaya”, penulis tentunya kaget dengan kenyataan ini. Mana mungkin orang Cina bisa tidak kaya? Bukannya mereka selalu getol berusaha? Bukannya apa pun usaha mereka, mereka mau berkorban untuk jadi sukses hingga akhirnya sukses besar? Bukannya mereka tidak mau terima untuk jadi orang yang tidak kaya? Walaupun masih kadang kaget hingga sekarang, namun penulis sudah bisa menerima kenyataan bahwa tidak semua orang Cina itu memang kaya. Banyak juga kok orang Cina yang tidak kaya dan sangat membutuhkan bantuan finansial. Tidak semua orang Cina yang punya usaha selalu berhasil, ada juga yang gagal dan tidak sukses. Orang Cina bukan orang yang sempurna juga.


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhBJEQcfQOElxMHkdiWAaFp_jRCTNknCP0S6j1Riz-qApF6-Z8ZAl6JBJj-YmLl7-DbLtW9jiAdy5s35wPMrDHu_I5NFCZ_bb7V2OcQMF7n_ExbfcgXY9nlCnwpWdQL_TxTiFOWxbXCDD8/s400/a_051107_cibeng3+%281%29.jpg

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgwq3OgY_F_-2FRUBn5Mxlm97allB3e1hd2YiXMrMLoEp8x4nRm8ly1wMLHULP27mc4k2zkmTud1RpUyZ0xOvgf8WwaKxeykx-V37Nbk_5ycH8Y2Cii7EJaae_Rri8k2pjmD6F6VFkLtyo/s400/rumah_reot.jpg

2. Orang Cina TIDAK Selalu Malas Bergaul dengan Orang Bukan Cina

Bisa dikatakan bahwa orang Cina memang kebanyakan ingin selalu berteman dengan Orang Cina lainnya. Penulis yang hampir selalu bersekolah di sekolah negeri sebenarnya tidak banyak berinteraksi dengan orang Cina. Namun demikian, penulis memang pernah mengikuti les bahasa Inggris di tempat-tempat yang banyak orang Cinanya. Di tempat les yang memang muridnya sedikit, teman-temanku yang keturunan Cina ternyata mau saja bergaul dengan orang bukan Cina. Tapi, setelah penulis masuk ITB, barulah perbedaan itu terasa. Banyak orang Cina yang terkesan tidak mau bergaul dengan orang bukan Cina. Banyak orang Cina yang penulis rasa tidak peduli dengan teman sekelas, tidak peduli dengan kegiatan ekstrakurikuler, dan tidak peduli dengan acara hura-hura bersama orang bukan Cina. Pandangan itu kemudian berubah kembali setelah bertemu dengan teman-teman baru yang kebetulan adalah orang Cina. Jika tidak mengenal dekat, memang dia terkesan tidak mau berteman. Barulah ketika dia diajak bercanda dia ikut tertawa. Memang pada dasarnya aja dia cuek, tapi jika sedang mengobrol dan ditanyai, dia mau berbagi. Selain itu, dia juga mau membantu di himpunan. Teman Cina yang lain, diam-diam menghanyutkan. Nilainya bagus, walaupun orangnya cukup pendiam, orang tuanya punya usaha sendiri dan cukup sukses. Benar-benar kriteria orang Cina yang sesuai dengan pandangan penulis sebelumnya. Tanpa dinyana, penulis mendengar bahwa dia menjadi Ketua Kaderisasi di himpunannya.

Tentu saja teman dekat penulis tadi yang memang termasuk orang Cina sangat perhatian dengan keadaan sekitar, tidak ragu-ragu membantu orang, peka terhadap masalah-masalah sosial, dan sangat mau bergaul dengan orang bukan Cina. Bagaimanapun, dia dan orang Cina lain tetaplah memiliki sifat yang sama dengan warga bukan Cina: ada yang kaya, ada yang miskin, ada yang sombong, ada yang ramah, ada yang senang bergaul, ada yang penyendiri.


http://solothisweek.files.wordpress.com/2008/02/headline.jpg

http://www.theage.com.au/ffxImage/urlpicture_id_1044579942730_2003/02/07/08JAKARTA,0.jpg

Jika memang mau mengerti, tidak bisa dipungkiri bahwa manusia itu mirip dengan hewan. Kita juga lebih senang berkumpul dengan sesama jenis kita—yang memiliki persamaan dengan kita. Begitu pula yang terjadi dengan orang Cina, menurut penulis, dan hal itu adalah sesuatu yang wajar. Bukankah orang Minang yang bersekolah di Jawa pun kadang terlihat lebih senang dengan orang Minang? Bukankah sering ada paguyuban mahasiswa Sunda di luar Jawa Barat di mana orang Sunda terlihat lebih senang dengan teman seadat? Bukankah wajar minoritas orang Papua pun akan merasa lebih nyaman bersama sesamanya?

Jadi, tulisan ini penulis buat karena penulis berharap agar masyarakat, terutama orang-orang daerah, membuka pikirannya dan menutup pandangan-pandangan mengenai stereotipe orang Cina. Seperti yang penulis tulis sebelumnya, tidak ada suku bangsa yang sempurna. Semakin hari warga bukan Cina memang harus semakin pintar untuk beradaptasi dengan berbagai macam orang yang berasal dari suku bangsa yang berbeda-beda ini, terutama di zaman globalisasi ini. Orang keturunan Cina pun sebaiknya semakin mau bergaul dengan orang bukan Cina, tanpa peduli apa kepercayaannya. Keluar dari kerumunan Cina, berteman dengan orang bukan Cina agar tidak banyak cap stereotipe jelek yang biasa ditujukan kepada orang Cina. Sedangkan, orang bukan Cina juga seharusnya belajar banyak dari orang Cina yang mau susah dan mau berusaha demi mencapai kesuksesan, bukannya menjadikannya kambing hitam jika tidak sesukses orang Cina. Tidak semua hal dari orang Cina itu jelek, malah banyak sekali yang seharusnya bisa kita pelajari dari orang Cina. Semoga orang Cina dan orang bukan Cina bisa selalu hidup berdampingan di Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tercinta ini.

Sumber: namakualien.blogspot.com, dengan perubahan

Comments (0)

Post a Comment