Cari Ilmu atau Kurang Sarana?

Posted by mochihotoru | Posted in , , , | Posted on 7:43:00 PM

Kecenderungan merantau ke kota untuk mendapatkan hidup yang lebih baik kiranya bukan hal baru dan seakan telah menjadi fenomena di Indonesia. Bukan saja masyarakat yang mencari kerja, saat ini banyak para generasi muda yang merantau untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik, demi mewujudkan cita-citanya.

Pepatah yang mengatakan “Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina” bisa dijadikan motivasi bagi mahasiswa yang merantau. Namun apakah ada alasan lain yang membuat mahasiswa memilih merantau? Dan bagaimana mereka menghadapi permasalahan yang timbul saat merantau?

“Merantau ke Jogja memang menjadi keinginanku. Soalnya, kualitas pendidikannya jauh lebih baik dan variasi pendidikannya juga lebih banyak. Lagipula, dengan merantau memungkinkan dapat memberi banyak pengalaman dan juga banyak teman. Memang terkadang susah untuk mengatur segalanya sendiri, tapi, itu justru membuat aku bisa lebih mandiri dan bisa lebih dewasa,” ucap mahasiswi Jurusan Bimbingan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Ramadhona Pritama.

Mahasiswi asal Kota Surakarta ini mengaku sangat menikmati pilihannya untuk meninggalkan kota asalnya dan menempuh studi di kota lain. Walaupun memang masih dalam satu pulau dan bisa ditempuh dalam beberapa jam perjalanan, namun, menurutnya berada di kota orang bisa membuat Ia lebih baik.

http://karawanginfo.com/wp-content/uploads/2009/05/kuliah-ke-luar-wwwkarawang1.jpg

“Karena semua menjadi tanggung jawab sendiri, aku jadi lebih bisa menghargai sesuatu. Selain itu, aku juga lebih berhati-hati. Jadinya tidak terjerumus dalam hal-hal negatif. Toh tujuan kita merantau kan untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik, demi masa depan,” katanya.

Hal senada diungkapkan Wiwin, mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik (FT) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta. Menurutnya, keterbatasan jumlah Perguruan Tinggi di daerah asalnya, Sragen, membuat ia harus pindah ke Kota Solo untuk melanjutkan pendidikan tingginya.

“Kalau aku harus kuliah di daerah asalku, jelas cita-citaku nggak akan tercapai. Soalnya di Sragen hanya ada Perguruan Tinggi dengan jurusan Keperawatan. Makanya aku kuliah pilih merantau, karena di sini aku bisa mendapatkan ilmu sesuai cita-citaku. Meskipun awalnya stres dan seringkali homesick, yang terpenting sekarang, aku bisa ngejalanin semuanya dengan lebih mandiri,” katanya.

Kendala Budaya

Terpisah, dosen Jurusan Ilmu Komunikasi Budaya Fakutas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Slamet Riyadi Surakarta, Drs Buddy Riyanto MSi mengungkapkan, kendala utama yang kerap muncul ketika mahasiswa merantau adalah masalah adaptasi dengan lingkungan yang baru dan budaya yang ada. Menurutnya, jika mahasiswa tidak bisa meyesuaikan dan beradaptasi, hal ini akan menjadi hambatan tersendiri bagi mahasiswa.

“Mahasiswa yang merasa nilai-nilai daerah bahkan tingkat pendidikan yang berbeda, cenderung enggan menyesuaikan diri. Berbeda dengan mahasiswa yang daerahnya kurang dalam tingkat pendidikan, terlebih jauh tertinggal, mereka memiliki dorongan untuk menyesuaikan diri. Namun mahasiswa merantau tetaplah pendatang baru yang sewajarnya memahami kebiasaaan, nilai-nilai, dan cara yang berlaku di tempat dia merantau. Setelah semua itu mereka pahami, mereka akan lebih mudah beradaptasi,” katanya.

Minimnya sarana dan rendahnya kualitas pendidikan tinggi di banyak daerah juga dianggap merupakan penyebab mahasiswa merantau ke daerah lain untuk menuntut ilmu. Lambatnya perkembangan sarana pendidikan atau bahkan tidak adanya Perguruan Tinggi di sebuah daerah seharusnya menjadi perhatian tersendiri pemerintah.

“Selama pemerintah di daerah tidak memperhatikan hal ini, mahasiswa merantau akan tetap banyak. Bahkan, mungkin mahasiswa tersebut tidak akan kembali ke daerahnya. Semestinya, Pemerintah Daerah dapat menanggulangi masalah ini atau dapat memberikan program beasiswa mengikat.

Sumber: harianjoglosemar.com

Comments (0)

Post a Comment