MODEL-MODEL LITURGI GEREJA MASA KINI
Posted by mochihotoru | Posted in Analysis, Christianity, Organisations, Protestant, Religions, Roman Catholic | Posted on 1:41:00 AM
Akhir-akhir ini, banyak gereja mulai memerhatikan “cara-cara beribadah” yang bervariasi supaya ibadah itu benar-benar bersemangat dan tidak terkesan kaku. Banyak gereja yang telah mengubah liturgi ibadah. Bahkan banyak pula jemaat yang merasa bosan dengan liturgi ibadah yang dianggap sudah kuno (khususnya bagi para pemuda dan remaja). Dampaknya ialah banyak yang mencari gereja lain yang menyajikan pujian-pujian dengan menggunakan perangkat alat musik keras. Barulah mereka merasakan apa ibadah itu.
Ada gereja yang mengutamakan khotbah dalam ibadah. Ada pula yang mengutamakan puji-pujian. Tetapi, ada juga gereja yang mengutamakan sakramen. Perdebatan akibat perbedaan ini membuat gereja (terutama gereja Barat) tidak benar-benar memerhatikan makna ibadah itu.
Arti Ibadah
Ada beberapa arti ibadah dalam Alkitab di antaranya:
a. Sembah sujud (Kej 18:2). Kata ini paling utama muncul dalam Alkitab, di mana Abraham sembah sujud kepada tiga orang yang dilihatnya.
b. Mencium (Yoh 4:20-24). Artinya rasa hormat dan taat kepada Tuhan. Ada satu perasaan ingin dekat dan mendengar serta menghormati Firman Tuhan.
c. Liturgi (Mat 4:10 dan Ibrani 9:9 & 14) mempunyai arti pelayanan dalam ibadah dan satu tata cara ibadah yang tersusun
Dari kesimpulan di atas, bagaimanapun kita beribadah, kita harus mempunyai satu liturgi yang tersusun dan mempunyai rasa rindu ingin dekat kepada Tuhan, rasa hormat serta taat pada Firman Tuhan. Setiap jemaat dalam beribadah harus sopan dan hormat kepada Tuhan kita.
Mengapa Kita Harus Beribadah?
Dalam konteks ini, yang dimaksud ibadah di sini yaitu berkumpul bersama-sama untuk beribadah kepada Tuhan.
Tuhan menginginkan bangsa Israel ke luar dari tanah Mesir dengan satu maksud yaitu beribadah kepada-Nya. Melalu ibadah ini, bangsa Israel bisa mengetahui siapa Tuhan yang mereka sembah dan percaya itu. Demikan juga kita. Kita beribadah bukan hanya satu formalitas saja, tetapi karena panggilan Tuhan, bahwa setiap orang yang sudah percaya untuk beribadah kepada-Nya.
a. Suatu perintah Tuhan (Kej 27),
b. Hanya Tuhan yang layak disembah (Why 4:11; 5:12).
Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan Sang Pencipta yang Mahakuasa. Dalam 10 Hukum Taurat dengan jelas Tuhan tidak ingin ada tuhan lain yang mengganti-Nya. Dengan demikian, orang yang percayalah baru bisa beribadah.
Unsur-Unsur dalam Satu Ibadah (Kebaktian Umum)
Di dalam Alkitab, kita tidak mendapatkan unsur-unsur apa saja yang membawa bangsa Israel beribadah kepada Tuhan. Tetapi, di bagian depan tulisan ini kita mengetahui bahwa dalam ibadah (kebaktian umum) harus ada satu liturgi yang jelas yang menuntun kita untuk beribadah dari awal sampai selesai.
Dalam kitab Yesaya 6:1-9a kita akan memperoleh unsur-unsur apa saja yang harus ada dalam satu ibadah.
Setiap umat Tuhan seharusnya datang beribadah karena menyadari Kemuliaan Tuhan sudah ada di dalam rumah Allah (II Taw 5:14). Kita beribadah bukan karena acaranya enak atau tidak, beribadah bukan karena memandang pengkhotbahnya bermutu atau tidak, beribadah bukan karena lebih “menggelegar” atau tidak. Tetapi, kita ingin datang menghadap ke hadirat Allah, memuji kemuliaan-Nya (II a & b). Jika demikian, bagaimana sikap kita menghadap Kemuliaan Allah? Beranikah kita terlambat datang? Bagaimana penampilan kita? Bagaimana pula persiapan kita dalam beribadah?
Kita harus jelas kepada siapa kita memuji, dengan begitu pujian itu baru berarti bagi kita. Di mana ada Kemuliaan Allah di situ pujian terjadi. Hal ini dapat kita lihat dalam kitab Wahyu. (Wahyu 15:1-4). Jangan memaksakan diri memuji Tuhan, kalau kita belum tahu bahwa Tuhan sudah hadir (Kemuliaan Tuhan). Jika kita tahu bahwa Tuhan sudah hadir, maka dengan sendirinya pujian itu muncul dari hati dan mulut kita.
Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan yang Mahakudus sehingga kita tidak layak datang kepada-Nya dengan penuh keberdosaan kita. Kita perlu minta pengampunan dosa terlebih dahulu supaya hati dan pikiran kita bisa berkonsentrasi penuh pada ibadah itu dan mengikutinya dari awal sampai akhir dengan baik.
Tuhan itu setia dan adil. Jika kita mengakui dosa kita dengan jujur di hadapan-Nya, maka Tuhan akan menyucikan kita dari segala kejahatan (1Yoh 1:9).
a. Penglihatan (Yes 6:1).
b. Pemujaan (Yes 6:3).
c. Pengakuan dosa (Yes 6:4-5).
d. Pengampunan dosa (Yes 6:6-7).
e. Panggilan Tuhan (Proklamasi) (Yes 6:8a). Dalam ibadah kita mendengar suara Tuhan, bukan suara manusia. Artinya setiap Firman Tuhan yang disampaikan, haruslah kita terima. Setelah itu kita harus menaati-Nya (I b).
f. Dedikasi (Yes 6:8b). Kita harus memiliki sikap bahwa Firman Tuhan itu berbicara kepada setiap pribadi kita, bukan kepada orang lain. Setelah itu tindakan apa yang harus kita lakukan setelah mendengarnya? Firman Tuhan bukan untuk “enak didengar”. Tetapi, harus ada respons yang jelas terhadap Firman Tuhan yang kita dengar.
g. Tugas dan Pelayanan (Yes 6:9a). Jika kita memiliki sikap yang baik mendengar Firman Tuhan, maka kita akan mengetahui tugas dan pelayanan apa yang dapat kita lakukan untuk Tuhan. Ini yang Tuhan inginkan kita beribadah.
Cara Beribadah yang Baik
Tuhan Yesus mengajarkan kepada kita untuk beribadah dalam Roh dan Kebenaran. Untuk mencapai ibadah yang berkualitas kita harus meningkatkan kualitas Roh dan Kebenaran terlebih dahulu. Dulu bukan hanya tata cara saja.
Matthew Simpson mengatakan ibadah orang Kristen buruk bukan karena acaranya yang buruk, tetapi hubungan diri pribadi kita dengan Tuhanlah yang buruk. Saat ini jemaat beribadah, mereka inginkan tata caranya terlebih dulu. Kalau seleranya cocok, ibadah itu cocok dengan saya. Kalau seleranya tidak cocok, ibadah itu tidak cocok. Ibadah tidak berbicara soal selera. Ibadah berbicara tentang kerohanian seseorang.
Dengan cara apapun, jemaat harus tetap bersikap hormat dan takut akan Allah. Ibadah melibatkan semua jemaat yang hadir, bukan hanya bagi sekelompok orang yang memimpin ibadah saja.
Jenis-Jenis Liturgi
Basden mencatat bahwa tahun 1990-an di Amerika terklafikasi lima jenis gaya ibadah (di luar Ortodoks), yaitu: Liturgis, Tradisional, Kebangunan (Revivalist), Pujian dan Penyembahan (Praise and Worship), “Pencari Jiwa” (Seeker). Kelima gaya ibadah yang digunakan Katolik dan Protestan ini mengklaim mendapat inspirasi dari topangan sumber Alkitab sekalipun Alkitab tidak memberikan satu pilihan cara ibadah yang paling benar, namun Alkitab memberikan informasi tentang kebiasaan beribadah umat. Identifikasi kelima gaya ibadah itu adalah:
1. Liturgis
Liturgis memiliki keteraturan dan persiapan yang sudah terwarisi secara turun temurun. Kelompok liturgis ini mengklaim sebagai pewaris tradisi asli dari zaman Perjanjian Baru dan sejarah gereja. Oleh karenanya seringkali bertahan (status quo) dengan alasan “patuh pada tradisi” menjadi pembenaran untuk menghadapi berbagai macam jenis ibadah. Teratur, terencana, dan persiapan yang matang merupakan gambaran umum dari gaya ibadah liturgis ini (lihat 1Kor.14: 33, 39). Warna ibadah yang agung dan kontemplatif mendapat penekanan utama. Roma Katolik, Luteran, dan Anglikan berada pada gaya ini.
2. Tradisional
Tradisional memiliki ciri formal, namun tidak terlalu formal. Perilaku ini terjadi karena tidak adanya pegangan pelaksanaan ibadah sekalipun ada kesepakatan bersama. Gaya ibadah tradisional ini terkadang disebut non-liturgis dan kadang disebut semi-liturgis. Pada satu pihak gaya ibadah tradisional ini adalah cangkokan dari induk liturgis, pada pihak lain terbuka pada gaya kebangunan. Perubahan dimungkinkan terjadi apabila ada kesepakatan bersama. Kolose 3:16 dan Efesus 5:19-20 adalah salah satu aspirasi yang mendasari gaya ibadah tradisional ini. Reformed dan Menonit berada pada kelompok ini.
3. Kebangunan (Revivalist)
Kebangunan memiliki ciri informal, meluapkan kegembiraan, khotbah yang agresif dan bersemangat. Motivasi yang sering ditekankan adalah mencari yang terhilang dan membawa sebanyak mungkin kepada anugerah Allah (lihat Kisah 2). Pada gilirannya umat diarahkan untuk bersaksi bagi orang-orang yang belum percaya. Membakar semangat berdampak langsung kepada emosi, sehingga umat mengkaim merasakan kehadiran Allah dalam ibadah. Quaker, Metodis, dan Frontier (Baptis, Disciples of Christ, Churches of Christ) berada dalam kelompok ini.
4. Pujian dan Penyembahan (Praise and Worship)
Pujian dan Penyembahan ini memiliki ciri informal, suara tidak terlalu keras namun menggunakan pengeras suara. Umat mengungkapkan pengalamannya menemukan kehadiran Allah dengan meluapkan ekspresi melalui doa, nyanyian, dan kata-kata. Kadang-kadang menggunakan bahasa lidah, penyembuhan dan umat sering menjawab: “Oh Yesus”, “Amin”, “Halleluya”. Ibadah adalah keterlibatan seluruh tubuh, bertepuk tangan, menari, angkat tangan, dan berseru nyaring. Mazmur 150 dan 1Korintus 12-14 menjadi aspirasi tentang gaya ibadah ini. Pantekosta berada dalam kelompok ini.
5. “Pencari Jiwa” (Seeker)
“Pencari Jiwa” memiliki ciri ketergantungan kepada satu atau dua orang pemimpin yang dinilai memiliki karisma. Tidak ada ciri yang seragam di antara gaya-gaya ibadah ini. Yang satu mengindahkan musik kontemporer, yang lain menarik jiwa melalui baptisan; yang satu mengarahkan gaya hidup kudus setiap individu, yang lain pada minyak urapan. Kis.17:16-34 menjadi salah satu inspirasi gaya ibadah ini.
Sumber:
Comments (0)
Post a Comment