Hanya Mitos, Manfaat Minum Kopi di Pagi Hari

Posted by mochihotoru | Posted in , , | Posted on 3:47:00 PM

Banyak orang merasa bahwa mereka belum dapat melakukan aktivitas apapun sebelum minum secangkir kopi. Benarkah kopi dapat membantu mereka ‘terjaga’ atau malah ini hanyalah ilusi mereka?

http://farm1.static.flickr.com/149/339421331_5e455b7c99.jpg

Menurut para ahli dalam studi mereka yang diterbitkan dalam jurnal Neuropsychopharmacology edisi 2 Juni, sebenarnya mereka yang merasa belum bisa bekerja sebelum minum kopi itu harus mencari tahu mengapa mereka merasa seperti itu.

Para penggila kopi tampaknya memerlukan kafein untuk mengembalikan tingkat kewaspadaan mereka ke kondisi normal dan untuk menghindari efek samping dari tak mengonsumsi kafein seperti sakit kepala. Itu bertentangan dengan keyakinan yang sudah begitu popular bahwa minum minuman berkafein dapat meningkatkan kewaspadaan, kata para peneliti.

“Meskipun konsumen kafein merasa seperti ‘dibangunkan’ oleh kafein, efek ini sebenarnya hanya membawa Anda kembali dari kondisi akibat tak lagi mengonsumsi kafein, yaitu menurunnya tingkat kewaspadaan,” kata penulis studi, Peter Rogers, seorang profesor di fakultas psikologi eksperimental di University of Bristol di Inggris. Ia menegaskan bahwa para penggila kafein itu sebenarnya tidak mendapatkan apa-apa melebihi mereka yang mengonsumsi minuman non-kafein.

Kafein bekerja pada reseptor sistem saraf pusat untuk adenosine neurotransmitter. Adenosin berperan dalam mengatur tekanan darah, rasa kantuk dan terjaga, kewaspadaan dan respons kecemasan, kata Rogers.

Dalam studi tersebut, peneliti meminta 379 peserta studi untuk meninggalkan minuman berkafein selama 16 jam. Mereka kemudian memberikan 50% dari peserta studi 100 miligram kafein (setara dengan satu hingga dua cangkir kopi), dan satu setengah jam kemudian diberikan 150 miligram kafein. Sementara 50% partisipan lainnya diberi plasebo.

Para peserta studi juga ditanya mengenai konsumsi normal mereka untuk minuman berkafein. Konsumen kafein ringan adalah mereka yang minum kurang dari 40 miligram sehari, atau kurang dari jumlah kafein yang ditemukan dalam satu cangkir kopi. Secangkir kopi instan memiliki sekitar 54 mg kafein, menurut penelitian, meskipun jumlah yang tepat tergantung pada merek dan metode pengolahannya, selain juga faktor-faktor lainnya.

Sementara baik peminum kafein ringan dan penggila kafein menyatakan merasa lebih waspada setelah diberikan kafein, namun ada perbedaan nyata dalam respons mereka terhadap plasebo.

Mereka yang biasanya mengonsumsi sedikit minuman berkafein tidak terlihat banyak perbedaan dalam tingkat kewaspadaan mereka ketika diberi plasebo dibandingkan dengan kafein. Sementara untuk penggila kafein ketika diberikan plasebo, melaporkan terjadinya penurunan drastis tingkat kewaspadaan mereka.

Selain itu, konsumen berat kafein yang diberi plasebo mengaku mengalami sakit kepala.

“Apa yang dilakukan dalam penelitian ini adalah memberikan bukti yang sangat kuat bahwa kita tidak mendapatkan manfaat dalam hal kewaspadaan setelah mengonsumsi kafein. Meskipun kita merasa waspada, kafein itu sebenarnya hanya mengembalikan kewaspadaan kita ke keadaan normal,” papar Rogers.

Selanjutnya, bagi para pengonsumsi kafein yang meninggalkan kafein, dapat menyebabkan mereka ‘mabuk kafein’, kata Rogers. “Yang menyenangkan tentang ‘mabuk kafein’ ini adalah Anda dapat menyingkirkan kondisi ini dengan cepat dengan minum kopi.”

Para peneliti juga mengamati kecemasan yang disebabkan oleh konsumsi kafein, efek samping umum yang lebih menonjol pada orang yang memiliki varian khusus dari gen ADORA2A. Dalam studi itu, sekitar 20% peserta memiliki varian gen ADORA2A, sedangkan penelitian lain menyebutkan jumlah orang dengan varian itu paling banyak sekitar 30%.

Para peneliti menemukan bahwa mereka yang memiliki varian gen penghasil kecemasan ini memiliki kecenderungan untuk mengonsumsi kopi dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki varian gen itu, dan pada kenyataannya, kecenderungan minum kopi sedikit lebih banyak menggambarkan bahwa kecemasan yang disebabkan oleh kafein tidak selalu menyenangkan, kata Rogers.

Peserta studi yang biasanya mengonsumsi minuman berkafein tampaknya juga mengembangkan toleransi terhadap efek yang menghasilkan kecemasan. Di antara para peminum kafein rutin, ada sedikit perbedaan dalam perasaan cemas apakah mereka telah diberi plasebo atau hal yang nyata, sedangkan peminum kafein ringan melaporkan lebih merasa cemas setelah diberi kafein.

Dr. Peter Martin, seorang dosen psikiatri dan farmakologi di Vanderbilt University, mengatakan bahwa penelitian ini merupakana pengamatan menarik terhadap efek biologis kafein. Namun, tidak semua orang yang mengonsumsi banyak minuman berkafein mengalami efek seperti sakit kepala ketika mereka mengurangi atau berhenti minum kafein.

Dan dibandingkan dengan ‘obat’ yang lain, efek dari kafein ini ringan, dan kopi serta teh secara khusus memiliki manfaat kesehatan lainnya.

“Itulah perbedaan antara signifikansi statistik dan relevansi klinis,” kata Martin. “Tidak seorang pun akan mengubah apa yang mereka lakukan, dan tidak ada alasan untuk mengubahnya. Ada banyak data yang menunjukkan kafein meningkatkan kinerja motorik dan kinerja memori.”

Sebuah studi yang dirilis di The Cochrane Library edisi 12 Mei, menemukan bahwa kafein dapat membantu mencegah kesalahan di antara pekerja shift dan mereka yang bekerja pada malam hari.

Sumber: go4healthylife.com

Comments (1)

wahh, baru tahu saya... pengetahuan baru nih...

Post a Comment