INJIL ORANG IBRANI

Posted by mochihotoru | Posted in , , | Posted on 8:30:00 PM

Kata Yesus, “Tadi ibu-Ku, yaitu Roh Kudus, membawa-Ku dengan memegang sehelai rambut-Ku dan menjinjing Aku ke Tabor, gunung yang besar. (Injil Orang Ibrani 4a)

Sejumlah penulis Kristen yang hidup pada pertengahan abad ke-2 sampai awal abad ke-5 (yakni Klemen dari Aleksandria [abad ke-2 sampai abad ke-3]; Origenes [abad ke-3]; Cyrillus dari Yerusalem [abad ke-4]; Didimus [abad ke-4]; Epifanius [abad ke-4]; Eusebius [abad ke-4]; Hieronimus [abad ke-4 sampai abad ke-5]), dalam tulisan-tulisan mereka yang ditulis dalam bahasa Latin, menyebut adanya satu “Injil Ibrani” yang digunakan oleh orang-orang Kristen yang memandang diri mereka berakar dalam dan kuat pada Yudaisme. Para penulis Kristen ini mengacu kepada injil ini dan mengutip bagian-bagian daripadanya. Akan tetapi, kutipan-kutipan dari “Injil Ibrani” dalam tulisan-tulisan para penulis Kristen ini berisi perbedaan-perbedaan teologis yang sangat kentara dan ciri-ciri sastrawi yang beranekaragam. Hal ini membuat para ahli harus menyimpulkan bahwa kutipan-kutipan ini tidak berasal dari satu injil tunggal (yang bernama “Injil Ibrani”), melainkan dari lebih dari satu injil.

Setelah menganalisis semua kutipan yang ada dan mengumpulkan serta memadukan segala petunjuk dari semua sumber, para ahli tiba pada suatu konsensus bahwa ada tiga injil Yahudi-Kristen yang masing-masing memiliki kekhasan, yakni: 1) Injil Orang Ibrani yang berakar pada tradisi hikmat Yahudi (atau condong ke arah gnostik)—yaitu akar budaya Yesus Kristus dan kedua belas rasul—dan memiliki sedikit hubungan dengan injil-injil kanonik dalam Perjanjian Baru; 2) Injil Orang Ebion yang berdasar pada injil-injil sinoptik (Markus, Matius, dan Lukas); dan 3) Injil Orang Nazorean yang sangat mirip dengan Injil Matius.

Isi lengkap dan struktur utuh dari ketiga injil Yahudi-Kristen ini tidak kita ketahui; pengetahuan kita tentang ketiga injil ini sangat terbatas dan diperoleh hanya dari kutipan-kutipan yang diberi para penulis Kristen pada abad-abad pertama kekristenan dalam tulisan-tulisan mereka. Karena para penulis Kristen perdana [terutama dari gereja Paulus yang non-Yahudi] ini kerap memusuhi pandangan yang mereka temukan dalam injil-injil Yahudi-Kristen ini, dan menggolongkannya sebagai pandangan bidat, kutipan-kutipan yang mereka ajukan dengan demikian juga tidak bisa langsung dan begitu saja kita percayai. Hal yang juga ikut mempersulit kita dalam memahami injil-injil Yahudi-Kristen ini adalah kenyataan bahwa kutipan-kutipan dari para penulis Kristen perdana ini seringkali sangat pendek dan tidak lengkap. Selain itu, seringkali sulit bagi kita untuk menentukan injil Yahudi-Kristen mana yang para penulis Kristen perdana ini sedang sebut dan kutip.

Bagaimanapun juga, meskipun pengetahuan kita tentang ketiga injil Yahudi-Kristen ini tidak utuh, tanpa adanya kutipan-kutipan dari para penulis Kristen perdana itu, kita akan sama sekali tidak mengetahui adanya tiga injil Yahudi-Kristen ini. Berikut ini masing-masing injil Yahudi-Kristen ini, dalam bentuk dan isinya yang tentu saja tidak utuh, akan diketengahkan dalam terjemahan Indonesia. Sebelumnya, sebuah pengantar untuk masing-masing injil ini juga akan diberikan.

Injil Orang Ibrani

Pengantar

Dari tiga injil Yahudi-Kristen, Injil Orang Ibrani adalah injil yang paling banyak disebut dan dikutip, sedikitnya oleh lima penulis Kristen (yang berbahasa Latin); dan ada tiga orang penulis Kristen lagi yang menyebut injil ini tanpa mengutipnya. Meskipun ada naskah kutipan yang ditulis dalam bahasa Kopti, dan sebagian besar dalam bahasa Latin, tidak diragukan kalau teks asli Injil Orang Ibrani ditulis dalam bahasa Yunani, bukan dalam bahasa Ibrani sebagaimana diklaim Hieronimus (abad ke-4 sampai abad ke-5). Dalam Injil Orang Ibrani 4c, 9, Hieronimus mengklaim bahwa dia telah menerjemahkan injil ini dari bahasa Ibrani ke dalam bahasa Yunani dan bahasa Latin. Tetapi kalau kita perhatikan bahwa kutipan yang diberi Origenes (abad ke-3) dalam bahasa Yunani pada Injil Orang Ibrani 4a sama persis (bahkan sampai pada urutan kata-katanya) dengan kutipan yang diajukan Hieronimus (dalam Injil Orang Ibrani 4c), kita harus meragukan klaim Hieronimus ini, dan hal ini mendorong kita untuk menyimpulkan bahwa Injil Orang Ibrani aslinya ditulis dalam bahasa Yunani dan Hieronimus mengutipnya dari Origenes. Karena tampak bahwa Injil Orang Ibrani mengenal injil-injil dalam Perjanjian Baru, dan karena injil ini sudah digunakan para penulis Kristen pada pertengahan abad ke-2, Injil Orang Ibrani pastilah sudah ditulis pada awal abad ke-2 M. Kita tidak tahu persis di mana injil ini ditulis. Namun, kebanyakan kutipan injil ini dapat ditelusuri sampai kepada orang Kristen-Yahudi yang hidup di Mesir; dan sejumlah ajaran dalam Injil Orang Ibrani memiliki kesejajaran dengan ajaran yang dianut kekristenan Mesir. Jadi, mungkin sekali Injil Orang Ibrani ditulis di Mesir.

Tidak mudah untuk menentukan apakah Injil Orang Ibrani tergolong sebagai injil naratif (narrative gospel) yang memuat kisah-kisah tentang kehidupan Yesus atau sebagai injil yang hanya memuat ucapan-ucapan Yesus (sayings gospel). Tidak terlalu jelas apakah Injil Orang Ibrani 1 adalah suatu kutipan dari Injil Orang Ibrani asli, atau merupakan sebuah ikhtisar seluruh pelayanan Yesus yang dibuat oleh orang lain, dalam hal ini oleh Cyrillus dari Yerusalem (abad ke-4). Jika Injil Orang Ibrani 1 adalah kutipan, ini adalah suatu petunjuk bahwa injil ini merupakan suatu injil naratif yang melaluinya si penulisnya mengetengahkan pandangan dan tafsiran teologisnya melalui narasi tentang kehidupan Yesus; jika halnya demikian, jenis (genre) Injil Orang Ibrani lebih dekat dengan jenis Injil Yohanes ketimbang dengan jenis injil-injil sinoptik (Markus, Matius, Lukas). Dukungan tambahan terhadap kesimpulan ini didapat dari fakta bahwa dalam Injil Orang Ibrani 4 Yesus digambarkan mengisahkan sendiri (dengan memakai kata ganti orang pertama tunggal “Aku”) suatu peristiwa yang sudah terjadi pada dirinya (bahwa ibu-Nya, yaitu Roh Kudus, membawa-Nya ke Gunung Tabor dengan menjinjingnya pada sehelai rambut-Nya, barangkali untuk Dia di gunung itu dicobai). Cara pengisahan seperti ini sejajar dengan cara pengisahan “wasiat terakhir” Yesus dalam Injil Yohanes 17 di mana Yesus mengungkapkan hubungan dan kesatuan-Nya dengan Allah, Bapa-Nya, di dalam doa-Nya dengan menyebut diri-Nya sebagai “Aku”.

Struktur dan isi teologis menyeluruh Injil Orang Ibrani tidak mungkin lagi dapat kita tentukan atau rekonstruksi. Berikut ini, dari teks yang kita miliki, gambaran ringkas mengenai apa yang menjadi isi teologi Injil Orang Ibrani dapat disajikan.

Injil Orang Ibrani 1 menuturkan pra-eksistensi Yesus, keberadaannya di kawasan adikodrati sebelum Dia turun ke bumi sebagai (atau dalam rupa) manusia melalui rahim Maria yang menurut injil ini adalah pengejawantahan “suatu kekuatan besar di surga” (atau Roh Kudus) yang bernama (malaikat) Mikhael. Dengan demikian, bunda Yesus, yakni Bunda Maria, juga memiliki pra-eksistensi. Dalam Injil Orang Ibrani 4, Mikhael/Maria disamakan dengan Roh Kudus. Dalam Injil Orang Ibrani 4c, 4d dan 4e diterangkan bahwa Roh Kudus, sebagai bunda Yesus, bergender feminin karena injil ini memakai tatabahasa Ibrani yang menggolongkan roh [Ibrani: ruach] ke dalam gender feminin. Tetapi sebenarnya ada alasan yang lebih dalam dari sekadar alasan gramatis. Penulis Injil Orang Ibrani sebetulnya menyamakan Roh Kudus dengan hikmat/ kebijaksanaan (Ibrani: hokhmah) yang dalam pandangan Yahudi dilihat sebagai suatu personifikasi feminin dari salah satu sifat Allah yang dipercaya mendiami atau rehat dalam “jiwa-jiwa yang kudus” (I. Ibr 3; bdk. Sirakh 24:6-7; Kebijaksanaan Salomo 7:27b, “Dari angkatan yang satu ke angkatan yang lain kebijaksanaan beralih masuk ke dalam jiwa-jiwa yang suci, yang olehnya dijadikan sahabat Allah dan nabi.”)

Injil Orang Ibrani 2-3 memuat tuturan tentang pembaptisan Yesus oleh Yohanes Pembaptis. Meskipun Yesus awalnya berkeberatan terhadap ajakan bunda dan saudara-saudara-Nya untuk pergi kepada Yohanes Pembaptis untuk dibaptis olehnya, Dia pada akhirnya membiarkan diri-Nya dibaptis. Berbeda dari tuturan dalam injil-injil sinoptik (Markus, Matius, dan Lukas), pada waktu Yesus dibaptis, dalam Injil Orang Ibrani Dia dipanggil sebagai “Anak” bukan oleh Allah, tetapi oleh Roh yang sebetulnya adalah ibu-Nya (Injil Orang Ibrani 3,4). Dalam Yakobus Apokrif 5:6, Yesus menyebut diri-Nya sendiri sebagai seorang “Anak Roh Kudus”; dalam Injil Tomas 101 bisa jadi Yesus menunjuk kepada Roh Kudus sebagai ibu-Nya ketika Dia mengatakan, “Ibuku yang sejati memberi aku kehidupan.” Dalam Injil Orang Ibrani Yesus bukan hanya dibimbing oleh Roh Kudus (seperti dituturkan Lukas 4:1b), tetapi Dia sepenuhnya menyatu dengan Roh Kudus, seperti dikatakan dalam Injil Orang Ibrani 3, bahwa “seluruh curahan Roh Kudus turun ke atas-Nya dan berdiam pada-Nya” (bdk. Lukas 4:1a). Dengan demikian, Injil Orang Ibrani mau menyatakan bahwa dalam seluruh kehidupan-Nya, Yesus menyatu dengan ibu-Nya yang adalah Roh Kudus.

Dalam Injil Orang Ibrani 4 kita baca suatu tuturan yang unik, berbeda dari tuturan dalam injil-injil sinoptik, tentang pencobaan Yesus, namun dikisahkan dengan sangat pendek dan tidak lengkap. Sebagaimana sudah ditulis di atas, Yesus sendiri (dengan memakai kata ganti orang pertama tunggal “Aku”) mengisahkan bahwa diri-Nya dibawa oleh ibu-Nya, yakni Roh Kudus, ke Gunung Tabor, tampaknya untuk dicobai. Dalam Matius 6:8 dituturkan bahwa adalah Iblis yang membawa Yesus ke gunung yang sangat tinggi.

Dalam Injil Orang Ibrani 5, Lewi disamakan dengan Matias, rasul yang dipilih setelah kematian Yesus untuk menggantikan Yudas Iskariot (Kisah Para Rasul 1:15-26). Pengidentifikasian ini sama sekali berbeda dari yang kita temukan dalam Matius 9:9; dalam bagian Injil Matius ini Lewi si pemungut cukai dari Markus 2:14 disamakan dengan Matius. Bisa jadi perbedaan pengidentifikasian ini timbul karena kata Yunani untuk nama Matius dan nama Matias hampir serupa (Matthaios dan Matthias). Kisah tentang Lewi ini mungkin ada pada bagian awal Injil Orang Ibrani.

Perintah untuk jangan berhenti “mencari” sampai orang “menemukan”, sebab ketika dia menemukan, dia akan “terpana” dan ketika terpana dia akan “memerintah” dan ketika dia memerintah, dia akan “rehat” (atau mencapai “perhentian”), mengisi Injil Orang Ibrani 6a dan 6b. Pesan semacam ini pada Injil Orang Ibrani 6 diungkap paling lengkap dan paling penuh jika dibandingkan dengan ungkapan-ungkapan serupa yang ditemukan dalam teks-teks lain seperti Injil Tomas 2 (juga Papyrus Oxyrhynchus 654.8-9); Injil Tomas 50:3; 51:1; 60:6; 90; 92:1; 94; Matius 7:7-8; 11:28-29; Lukas 11:9-10; Injil Maria 4:7; Dialog Sang Penyelamat 11:5. Ungkapan-ungkapan semacam ini berasal dari tradisi hikmat Yahudi (lihat Sirakh 6:23-31; 51:26-27; Kebijaksanaan Salomo 6:20), dan dalam Injil Orang Ibrani ungkapan-ungkapan ini dipakai untuk menggambarkan tahap-tahap pencapaian keselamatan akhir (= “rehat”), sekaligus untuk mendorong kaum mukmin untuk mengimitasi sifat-sifat hikmat surgawi dan dengan demikian ambil bagian dalam sifat-sifat ilahi hikmat sebagai suatu personifikasi Allah. Dalam Kebijaksanaan Salomo 6:20 ditulis, “Keinginan mendapatkan hikmat membuat orang dapat memerintah [atau: masuk ke dalam kerajaan].” Dan dalam Sirakh 6:27-28 dikatakan bahwa penyelidikan dan pencarian akan kebijaksanaan atau pengajaran akhirnya akan membuat orang “rehat” (juga Sirakh 51:27).

Jadi, bagi komunitas Yahudi-Kristen yang memakai Injil Orang Ibrani, keselamatan akan dicapai jika orang mengejar hikmat; atau bagi mereka keselamatan (“rehat”/ “istrirahat”) adalah pencapaian dan penguasaan tertinggi dan terakhir atas hikmat ilahi, yang juga dipercaya orang Yahudi mengejawantah di dalam Taurat sebagai “pengajaran” dan “jalan yang lurus” (lihat Sirakh 51:13-30, khususnya ayat 15b dan ayat 19). Pengejaran dan pencarian keselamatan akhir ini (yaitu penguasaan hikmat) tidaklah membosankan, melainkan terus-menerus akan, dari tahap ke tahap, membawa si pencari pada pengalaman-pengalaman “terpesona” atau “terpana”. Seperti bersambungan dengan Injil Orang Ibrani 6, dalam Injil Orang Ibrani 7 dan 8 Yesus menegaskan bahwa tanda dari orang yang sudah mencapai keselamatan, dan bergembira karenanya, adalah bahwa orang itu “mencintai” saudara dan saudarinya dan “tidak mendukakan roh” mereka. “Saudara-saudari” di sini mengacu pada sesama anggota komunitas/ jemaat (lihat juga Injil Orang Nazorean 5; Matius 18:21-22), yang di dalam Injil Orang Nazorean 6:4 mengacu kepada sesama orang Yahudi.

Dalam dokumen-dokumen Perjanjian Baru, saksi pertama kebangkitan Yesus adalah Maria Magdalena (Matius 28:1-10; Markus 16:9; Lukas 24:10; Yohanes 20:11-18) atau Rasul Petrus (1 Korintus 15:5; Yohanes 20:1-10). Tetapi, menurut Injil Orang Ibrani 9 Yakobus Yang Adil, saudara pria Yesus (Injil Orang Ibrani 9; Galatia 1:19; Markus 6:3; Yosefus, Antiquities 20.200), adalah saksi pertama kebangkitan Yesus (bdk. 1 Korintus 15:7).

Dalam tradisi Kristen, Yakobus saudara Yesus dikenang dan dicatat sebagai pemimpin atau sokoguru utama komunitas Yahudi-Kristen perdana [beberapa menyebutnya Gereja Rasuli, untuk membedakannya dengan Gereja Paulus yang non-Yahudi] yang berdiri di Yerusalem (lihat Galatia 2:9; Kisah Para Rasul 15:13; 21:18; Injil Tomas 12) dan, dibandingkan dengan 2 pemimpin lainnya, yakni Petrus dan Yohanes, Yakobus adalah seorang penganut dan pengamal Taurat yang sangat ketat, yang dengan taat diikuti murid-muridnya atau anggota-anggota gerejanya (lihat Galatia 2:12). Dalam Injil Orang Ibrani 9:2, Yakobus, dengan kurang lebih mengikuti sumpah Yesus (lihat Markus 14:25; Matius 26:29; Lukas 22:16-18), tampil bersumpah tidak akan makan roti sejak dia minum dari cawan Yesus sampai dia melihat Yesus, saudaranya, dibangkitkan dari antara orang mati.

Jelas, komunitas Yahudi-Kristen yang memakai Injil Orang Ibrani memberi tempat penting dan utama pada Yakobus sebagai saudara Yesus. Hal ini mengindikasikan bahwa pemakai Injil Orang Ibrani (yang ditulis pada awal abad ke-2) mempunyai hubungan historis dan teologis dengan Gereja Induk Yerusalem pra-tahun 70 yang dipimpin Yakobus, seorang penganut keras Taurat Yahudi. Seperti telah ditulis di atas, pencarian dan pengejaran hikmat dalam komunitas Yahudi-Kristen yang memakai Injil Orang Ibrani identik dengan pemahaman, pendalaman dan pengamalan Taurat yang mereka pandang sebagai hikmat dan pengajaran.

Kutipan-kutipan Injil Orang Ibrani

1 [Naskah dalam bahasa Kopti; diparafrasiskan oleh Cyrillus dari Yerusalem (abad ke-4), Wacana tentang Maria sang Bunda Allah]

Di dalam Injil Orang Ibrani tertulis bahwa: 1 ketika Kristus mau datang ke bumi, Bapa yang Baik memanggil suatu kuasa besar di surga yang dinamakan Mikhael, dan memercayakan Kristus ke dalam pemeliharaannya. 2 Sang kuasa ini turun ke dalam dunia, dan dia dinamakan Maria, dan Kristus berada dalam rahimnya selama tujuh bulan. 3 Maria melahirkannya dan dia tumbuh dewasa [bdk. Lukas 2:52] dan dia memilih rasul-rasul yang berkhotbah tentangnya di segala tempat. 4 Dia menggenapkan waktu yang telah ditentukan, yang ditetapkan baginya. 5 Orang Yahudi iri hati terhadapnya dan mulai membencinya. Mereka mengubah adat-istiadat hukum mereka dan mereka bangkit melawan dirinya dan memasang sebuah perangkap dan menangkapnya. 6 Mereka menyerahkannya kepada gubernur [bdk. Matius 27:2], yang kemudian menyerahkannya kembali kepada mereka untuk disalibkan [bdk. Yohanes 19:6]. 7 Dan setelah mereka menggantungnya pada kayu salib, sang Bapa meninggikannya ke surga kepada diri-Nya sendiri [bdk. Filipi 2:8-9].

2 [Naskah dalam bahasa Latin; dikutip Hieronimus (abad ke-4-abad ke-5), Melawan Para Pengikut Pelagius 3]

Dalam Injil Orang Ibrani [bdk. Injil Orang Nazorean 2] … kisah berikut dituturkan: 1 Sang bunda Tuhan dan saudara-saudaranya berkata kepadanya, “Yohanes Pembaptis membaptis bagi pengampunan dosa. Marilah kita datang kepadanya dan dibaptis olehnya.” [bdk. Markus 1:4; Lukas 3:3] 2 Tetapi Dia berkata kepada mereka, “Apakah Aku telah berbuat dosa? Jadi mengapa Aku harus pergi kepadanya dan dibaptis olehnya? Sekiranya Aku tidak tahu apa yang sedang Aku katakan.” [bdk. Matius 3:14; Ibrani 4:15]

3 [Naskah dalam bahasa Latin; dikutip oleh Hieronimus, Tafsiran atas Yesaya 4 (menafsirkan Yesaya 11:2)]

Dalam Injil Ibrani yang dibaca orang Nazorean, dikatakan [Bdk. Markus 1:9-11 dan paralel; Injil Orang Ebion 4], 1 Roh Kudus seluruhnya tercurah ke atas diri-Nya [bdk. Yesaya 11:2]. Sebab Tuhan adalah roh dan di mana ada roh, di situ ada kebebasan. [bdk. 2 Korintus 3:17] Kemudian, dalam injil yang sama, kita temukan hal berikut: 2 Maka ketika Tuhan keluar dari air, seluruh curahan Roh Kudus turun ke atas-Nya dan berdiam pada-Nya [bdk. Yesaya 11:2]. 3 Dikatakan kepada-Nya [oleh Roh Kudus], “Anak-Ku, Aku menanti-nantikan Engkau dalam seluruh Nabi, menunggu-Mu datang sehingga Aku dapat rehat di dalam diri-Mu [bdk. Kebijaksanaan Salomo 7:27; Sirakh 24:6-7; bdk. juga Kejadian 2:3]. 4 Sebab Engkaulah rehat-Ku; Engkau adalah Anak sulung yang Kulahirkan, yang memerintah selamanya.” [bdk. Mazmur 2:7; 132:14; Ibrani 1:6; Kolose 1:15; Lukas 1:33]

4a [Naskah dalam bahasa Yunani; dikutip dan dijelaskan oleh Origenes (abad ke-3), Tafsiran atas Yohanes 2] [bdk. Markus 1:12-13 dan par.; Yehezkiel 8:3]

Orang yang memercayai Injil Orang Ibrani, yang di dalamnya sang Penyelamat berkata, “Tadi ibu-Ku, yaitu Roh Kudus [bdk. Injil Orang Ibrani 1:1-3; Yakobus Apokrif 5:6; Injil Tomas 101], membawa-Ku dengan memegang sehelai rambut-Ku dan menjinjing Aku ke Tabor, gunung yang besar,” [bdk. Matius 4:8] harus menghadapi masalah untuk menjelaskan bagaimana mungkin sang “bunda” Kristus adalah Roh Kudus yang menjadi ada melalui sang Firman. Tetapi hal ini tidak sulit untuk dijelaskan. Sebab jika “barangsiapa melakukan kehendak sang Bapa surgawi, dialah saudara-Nya dan saudari-Nya dan ibu-Nya,” [bdk. Markus 3:35; Matius 12:50; Lukas 8:21; Injil Tomas 99:2; Injil Orang Ebion 5:3-4] dan jika nama “saudara Kristus” berlaku bukan hanya untuk manusia, tetapi juga untuk semua hakikat dari jenjang yang lebih ilahi, maka tidak ada sesuatu yang tidak masuk akal jika Roh Kudus adalah ibu-Nya, ketika setiap orang yang melakukan kehendak sang Bapa surgawi disebut sebagai “bunda Kristus.”

4b [Naskah dalam bahasa Yunani; dikutip oleh Origenes, Khotbah Berdasarkan Yeremia 15]

Jika seseorang dapat menerima ini—“Tadi ibu-Ku, yaitu Roh Kudus, membawa-Ku dengan memegang sehelai rambut-Ku dan menjinjing Aku ke Tabor, gunung yang besar,”— orang itu dapat melihat bahwa Dia (Roh Kudus) adalah ibu-Nya.

4c [Naskah dalam bahasa Latin; dikutip dan dijelaskan oleh Hieronimus, Tafsiran atas Mikha 2 (menafsirkan Mikha 7:6)]

Barangsiapa telah membaca Kidung Agung akan mengerti bahwa firman Allah juga adalah mempelai pria bagi jiwa. Dan barangsiapa memercayai injil yang beredar dengan judul “Injil Orang Ibrani”, yang baru-baru ini kami terjemahkan (lihat Injil Orang Ibrani 9), yang di dalamnya sang Penyelamat sendiri mengatakan, “Tadi ibu-Ku, yaitu Roh Kudus, membawa-Ku dengan memegang sehelai rambut-Ku,” akan tidak ragu-ragu untuk mengatakan bahwa firman Allah keluar dari Roh, dan bahwa jiwa, yang adalah mempelai perempuan bagi firman, memiliki Roh Kudus (yang dalam bahasa Ibrani memiliki gender feminin, RUA) sebagai seorang mertua.

4d [Naskah dalam bahasa Latin; dikutip dan dijelaskan oleh Hieronimus, Tafsiran atas Yesaya 11 (menafsirkan Yesaya 40:9)]

Dalam Injil Orang Ibrani yang dibaca orang Nazorean, dikatakan,
“Tadi ibu
-Ku, yaitu Roh Kudus, membawa-Ku.” Seorangpun tidaklah perlu merasa diserang oleh hal ini, sebab “roh” dalam bahasa Ibrani adalah feminin, sementara dalam bahasa kita (Latin) roh adalah maskulin dan dalam bahasa Yunani netral. Dalam keilahian, bagaimanapun juga, tidak ada gender.

4e [Naskah dalam bahasa Latin; dikutip dan dijelaskan oleh Hieronimus, Tafsiran atas Yehezkiel 4 (menafsirkan Yehezkiel 16:13)]

Dalam Kitab Hakim-hakim, kita baca “Deborah” yang berarti “lebah”. Nubuat-nubuatnya adalah madu termanis dan menunjuk pada Roh Kudus yang disebut dalam bahasa Ibrani dalam bentuk suatu kata benda feminin. Dalam Injil Orang Ibrani yang dibaca orang Nazorean, sang Penyelamat menyatakan hal ini dengan mengatakan, “Tadi ibu-Ku, yaitu Roh Kudus, dengan cepat membawa-Ku.”

5 [Naskah dalam bahasa Yunani; dilaporkan oleh Didimus (abad ke-4), Tafsiran atas Mazmur 184 (menafsirkan Mazmur 33)]

Tomas juga disebut Didimus [bdk. Yohanes 11:16; 20:24; 21:2; prolog Injil Tomas dan Injil Tomas 32.11; Kitab Tomas Si Petarung 138.2,4)], dan ada banyak orang lain yang memiliki dua nama. Kitab Suci tampaknya memanggil Matius “Lewi” dalam Injil Lukas [?; bdk. Matius 9:9; Markus 2:14], tetapi keduanya bukanlah orang yang sama. Melainkan, Matias, yang menggantikan Yudas [lihat Kisah Para Rasul 1:15-26], dan Lewi adalah orang yang sama dengan suatu nama ganda. Ini kelihatan dalam Injil Orang Ibrani.

6a [Naskah dalam bahasa Yunani; dikutip oleh Klemen dari Alexandria (abad ke-2 sampai abad ke-3), Hal-hal Lain 2] [lihat Injil Tomas 2 (juga Papyrus Oxyrhynchus 654.8-9); Injil Tomas 50:3; 51:1; 60:6; 90; 92:1; 94; Matius 7:7-8; 11:28-29; Lukas 11:9-10; Injil Maria 4:7; Dialog Sang Penyelamat 11:5; Sirakh 6:23-31; 51:26-27; Kebijaksanaan Salomo 6:20]

Dalam Injil Orang Ibrani ada tertulis, “Barangsiapa terpana, akan memerintah, dan barangsiapa memerintah akan rehat.”

6b [Naskah dalam bahasa Yunani; dikutip oleh Klemen dari Alexandria, Hal-hal Lain 5]

“Barangsiapa mencari, haruslah tidak berhenti mencari sampai mereka menemukan; pada waktu mereka menemukan, mereka akan terpana. Ketika mereka terpana, mereka akan memerintah, dan ketika mereka memerintah, mereka akan rehat.”

7 [Naskah dalam bahasa Latin; dikutip oleh Hieronimus (abad ke-4 sampai abad ke-5), Tafsiran atas Efesus 3 (menafsirkan Efesus 5:4)]

Kita dapat membaca dalam Injil Orang Ibrani bahwa Tuhan, ketika berbicara kepada murid-murid-Nya, mengatakan, “Janganlah pernah bergembira kecuali ketika kalian memandang saudara dan saudari kalian dengan cinta.” [Matius 18:21-22; Injil Orang Nazorean 5; bdk. Injil Orang Nazorean 6:4]

8 [Naskah dalam bahasa Latin; dikutip oleh Hieronimus, Tafsiran atas Yehezkiel 6 (menafsirkan Yehezkiel 18:7)]

Injil Orang Ibrani yang biasa dibaca orang Nazorean mendaftarkan hal berikut di antara tindak kejahatan yang paling serius: Mereka yang telah mendukakan roh saudara atau saudari mereka.

9 [Naskah dalam bahasa Latin; dikutip oleh Hieronimus, Mengenai Orang Termashyur 2]

Aku baru-baru ini menerjemahkan ke dalam bahasa Yunani dan bahasa Latin injil yang dinamakan “Injil Orang Ibrani” (lihat Injil Orang Ibrani 4c), injil yang Origenes (abad ke-3) juga sering gunakan. Setelah kebangkitan sang Penyelamat, injil ini mengatakan, 1 Tuhan, setelah dia menyerahkan pakaian lenan kepada hamba sang imam [bdk. Injil Petrus 8:1-4], pergi kepada Yakobus dan menampakkan diri kepadanya [bdk. 1 Korintus 15:7; Injil Tomas 12]. 2 (Adapun Yakobus telah bersumpah untuk tidak makan roti sejak dia minum dari cawan Tuhan sampai dia melihat-Nya dibangkitkan dari antara orang yang tidur [bdk. dengan kaul/ sumpah Yesus dalam Markus 14:25; Matius 26:29; Lukas 22:16-18]). 3 Tidak lama setelah itu, Tuhan berkata, “Ambillah sebuah meja dan beberapa roti.” 4 Dan setelah ini langsung ditambahkan: Dia mengambil roti, memberkatinya, memecahnya [bdk. Markus 14:22 dan paralel; 1 Korintus 11:23-24], dan memberikannya kepada Yakobus Yang Adil [Injil Tomas 12] dan berkata kepada-Nya, “Saudaraku, makanlah rotimu, sebab Anak Adam telah dibangkitkan dari antara orang yang tidur.”

(sumber: ioanesrakhmat.com)

Comments (0)

Post a Comment