MENGAPA DINAMAKAN HARI JUMAT?

Posted by mochihotoru | Posted in , , | Posted on 5:09:00 PM

Oleh: Purnomo

Hari Jumat merupakan nikmat karunia dari Tuhan Yang Maha Esa yang selalu dijadikan lahan kedengkian musuh-musuh Allah. Hari Jumat merupakan karunia dari Allah untuk umat ini yang telah dijadikan sebagai umat terbaik yang dikeluarkan di tengah-tengah manusia. Allah mengutamakan hari ini di atas hari-hari dalam satu pekan, lalu Dia mewajibkan kepada bangsa Israel, yaitu umat Yahudi—dan juga Kristen yang memegang Taurat dan Injil, agar mereka menguduskannya. Tapi, tanpa banyak orang tahu, mereka menolak dan memilih hari terakhir penciptaan, yaitu hari Sabtu—dan Allah mengabulkan. Kemudian Allah menunjukkan kepada umat Muhammad sang Nabi terakhir hari yang mulia ini dengan mengagungkannya.

Dari Abu Hurairah, beliau mendengar Rasul Allah bersabda:

نَحْنُ الآخِرُونَ السَّابِقُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ، بَيْدَ أَنَّهُمْ أُوْتُوْا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِنَا، ثُمَّ هذَا يَومُهُمُ الَّذِي فُرِضَ عَلَيْهِمْ فَاخْتَلَفُوا فِيهِ فَهَدَانَا اللهُ، فَالنَّاسُ لَنَا فِيْهِ تَبَعٌ : اليَهُوْدُ غَداً ، وَالنَّصَارَى بَعْدَ غَدٍ

Kita adalah orang terakhir, namun yang pertama pada hari kiamat meskipun mereka telah diberikan kitab sebelum kita. Hari ini (Jumat) adalah hari yang telah Allah wajibkan atas mereka, namun mereka menyelisihinya. Maka Allah menunjuki kita akan hari itu sehingga orang-orang mengikuti kita dalam hari ini, sementara orang-orang Yahudi besok (Sabtu, Sabat) dan orang-orang Kristen besoknya lagi (Ahad, Minggu).” (Hadis Bukhari, Muslim, Ahmad, Nasai, dan lainnya)

Maksud “kita sebagai orang terakhir” adalah sebagai umat nabi terakhir keberadaannya di dunia. Namun di akhirat akan mendahului mereka. Yaitu menjadi umat pertama yang dihimpun di Tempat Penghakiman di Mahsyar, umat pertama yang dihisab, umat pertama yang diadili, dan umat pertama yang akan masuk ke dalam kerajaan surga.

Dalam riwayat Muslim dari hadis Huzaifah, “Kami umat terakhir dari penduduk bumi, namun menjadi umat pertama pada hari kiamat yang diadili sebelum umat-umat lain.”

Dan dalam riwayat Muslim lainnya, “Kita adalah orang terakhir, namun yang paling awal pada hari kiamat. Dan kita adalah orang yang pertama kali masuk surga.”

Sedangkan maksud diwajibkan adalah wajib memuliakan hari tersebut. Menurut Ibnu Battal, mereka tidak diperintahkan dengan jelas untuk memuliakan hari Jumat yang kemudian mereka tinggalkan. Alasannya, seseorang tidak boleh meninggalkan kewajiban yang Allah tetapkan atasnya sementara masih berstatus sebagai orang percaya. Lalu beliau berkata, “diwajibkan atas mereka (untuk memuliakan) satu hari dalam seminggu. Lalu mereka diberi pilihan untuk menegakkan hukum yang dibebankan atas mereka pada hari itu. Kemudian mereka berselisih tentang hari itu dan tidak mendapat petunjuk untuk memuliakan hari Jumat.” demikian juga yang dinyatakan oleh al Qadli Iyadh. (Lihat Fathul Baari: 2/355)

Imam Nawawi berkata, “Mungkin juga mereka telah diperintah dengan jelas, lalu mereka berselisih pendapat apakah wajib menentukan hari itu saja atau dibolehkan untuk menggantinya dengan hari lain. Kemudian mereka berijtihad dalam hal itu, lalu salah.” (Lihat Fathul Baari: 2/355)

Dalam Fathul Baari, Ibnu Hajar menyebutkan sebuah hadis penutup terhadap masalah ini yang diriwayatkan Ibnu Abi Hatim dari jalur Tariq Asbat bin Nasr, dari al Sudi dengan bunyi yang sangat jelas bahwa mereka diwajibkan untuk memuliakan hari Jumat saja lalu mereka menolak sebelum akhirnya Musa menyampaikan Sepuluh Perintah Allah. Lafaz hadisnya sebagai berikut:

إِنَّ اللَّه فَرَضَ عَلَى الْيَهُود الْجُمُعَة فَأَبَوْا وَقَالُوا : يَا مُوسَى إِنَّ اللَّه لَمْ يَخْلُق يَوْم السَّبْت شَيْئًا فَاجْعَلْهُ لَنَا

Sesungguhnya Allah telah mewajibkan (untuk menguduskan) hari Jumat atas umat Yahudi, lalu mereka menolaknya dan berkata, “Hai Musa, sesungguhnya Allah tidak menciptakan apa-apa pada hari Sabtu, maka jadikan hari itu untuk kami.” (Fathul Baari: 3/277 dari Maktabah Syamilah)

Makna Jumat dan Sebab Dinamakan Jumat

Jum’at atau Jumu’ah secara bahasa bermakna satu pokok yang menunjukkan berkumpulnya sesuatu. Disebut hari Jumat (Jumu’ah) karena orang-orang yang jumlahnya banyak berkumpul (ber-jama’ah atau berjemaah) pada hari itu. (al Nihayah: 1/297)

http://bvibeacon.com/main/images/stories/islam.jpg

Sedangkan secara istilah, Jumat adalah nama dari salah satu hari dalam sepekan, yang pada hari itu dikerjakan salat khusus yang diwajibkan berjemaah di masjid, yaitu salat Jumat. Sedangkan dikatakan salat khusus karena pelaksanaannya berbeda dengan salat liwa waktu, khususnya salat zuhur. Pada salat Jumat bacaannya jahr (keras bunyinya), jumlah rakaatnya hanya dua, diawali dengan khotbah, dan memiliki beberapa keistimewaan pahala.

Hari Jumat pada masa Jahiliyah, yaitu zaman Kegelapan Bangsa Arab kuna, dikenal dengan nama الْعَرُوبَة (Al 'Arubah, Arubat), karena mereka mengagungkannya. Orang pertama yang menyebut Yaum al-‘Arubah adalah Kaab bin Luay. Pada hari itu, orang-orang Quraisy biasa berkumpul pada hari itu lalu Kaab menyampaikan suatu khotbah seraya memberikan nasihat dan memerintahkan mereka untuk mengagungkan Tanah Haram. Dia juga mengabarkan kepada mereka dari sana Nabi yang akan datang segera bangkit di sana. Ketika sudah diutus kelak, dia memerintahkan kepada kaumnya untuk taat dan beriman kepadanya saja.

Dari sini semakin jelaslah bahwa hari Jumat belum masyhur pada masa Jahiliyah. Maka tepatlah yang diungkapkan oleh Ibnu Hazm , “bahwa Jumat adalah nama Islami yang tidak dikenal pada masa Jahiliyah. Pada masa itu, hari Jumat dinamakan dengan Yaum al ‘Arubat.” (Fathul Baari: 3/275 dari Maktabah Syamilah)

Tentang sebab dinamakan hari tersebut dengan Jumat, banyak pendapat yang memberikan alasan, di antaranya:

  • Karena berkumpulnya (berjemaah dalam komunitas) banyak orang pada hari itu;
  • Karena Adam dan Hawa bertemu kembali setelah diusir dari ‘Adn dan terpisah bertahun-tahun pada hari itu;
  • Karena di dalamnya berkumpul berbagai kebaikan;
  • Karena pada hari itu kesempurnaan makhluk dikumpulkan;
  • Karena manusia berkumpul pada hari itu untuk salat, lebih banyak mengingat Allah, dan menjauhi perbuatan keji;
  • Karena penciptaan Adam berlangsung pada hari itu.

Menurut Ibnu Hajar, pendapat yang paling tepat mengenai sebab dinamakannya hari Jumat adalah pendapat terakhir, yaitu karena penciptaan Adam berlangsung pada hari itu. Dengan ini maka hikmat dipilihkannya hari Jumat untuk umat Muhammad karena pada hari itu terjadinya penciptaan Adam. Sedangkan manusia diciptakan hanya untuk ibadah, menyembah, serta memuliakan Alah; karena itu layaklah kalau pada hari itu dia hanya disibukkan dengan ibadah dan memuliakan nama Allah Yang Satu dan Sejati. Selain itu juga karena Allah Mahatinggi menyempurnakan penciptaan makhluk-makhluk pada hari itu dan menciptakan manusia pada hari itu juga sehingga bisa memanfaatkannya. Maka tepatlah jika pada hari itu umat yang benar-benar berserah diri kepada Sang Tuhan semata menggunakannya untuk bersyukur kepada Allah dengan beribadah kepada-Nya secara jasmaniah dan rohaniah sebagai perwujudan iman yang teguh.

Sumber: voa-islam.com, dengan perubahan

(www.sammy-summer.co.cc)

Comments (0)

Post a Comment