SIAPA BILANG MUSLIM MENOLAK DAN MEMBENCI YESUS KRISTUS?
Posted by mochihotoru | Posted in Christianity, Holy Books, Islam, Myth, Religions | Posted on 8:28:00 PM
Banyak non-muslim terkejut ketika pertama kali mengetahui bahwa menurut kepercayaan umat muslim, Yesus anak Maria, adalah salah satu dari nabi besar yang diutus Allah. Bagaimanapun juga, umat muslim diajarkan untuk mengasihi Yesus. Seseorang tidak dapat dikatakan sebagai muslim (orang yang berserah diri sepenuhnya kepada Allah Yang Satu) apabila tidak memercayai kelahiran perawan dan mukjizat-mukjizat Kristus Yesus, anak Maria—atau mereka sebut Almasih Isa bin Maryam. Umat muslim percaya hal-hal mengenai Yesus tersebut bukanlah karena Alkitab atau ajaran agama lain, tetapi semata-mata karena Alquran—dan juga Hadis—mengatakan semua yang mengenai Yesus tersebut.
Namun, umat muslim selalu menekankan bahwa mukjizat-mukjizat Yesus Kristus, dan juga mukjizat yang dilakukan nabi-nabi lain—disebutkan secara langsung atau tidak, merupakan sesuatu yang “dengan kehendak Allah” atau “atas izin Allah”. Telah dikatakan, banyak umat umat muslim merasa tidak percaya bahwa Yesus adalah “Anak Allah” (dalam tafsiran Gereja: salah satu dari tiga jalan Allah menyingkapkan diri-Nya kepada manusia), “Inkarnasi Allah”, atau “Pribadi Ketiga” dari Tritunggal Mahakudus. Ini karena Alquran dengan jelas mengatakan bahwa Allah Yang Mahakuasa, Satu, dan Sejati sama sekali tidak memiliki seorang “anak” (secara biologis, atau sebagai Sosok lain untuk menyingkapkan diri kepada manusia). Namun kebanyakan umat muslim memang menolak mentah-mentah sebutan “anak Allah” bagi Yesus atau yang lainnya baik secara alegoris, fisis, metaforis, atau metafisis. Monoteisme Islam, secara umum, menolak gagasan—yang berasal dari Tanakh Yahudi dan Alkitab Kristen—mengenai “pelukisan” apapun terhadap Allah, perkataan bahwa seseorang merupakan “rupa” Allah atau setara dengan Allah, atau berdoa kepada orang lain di samping Allah walaupun sebagai pengantara doa.
Selain itu, pandangan umum umat Islam diajarkan oleh guru-guru agama mereka bahwa gelar seperti “Tuhan” (Lord, lihat Asal Usul Kata Tuhan) atau “Juruselamat” (Penolong, Saviour) adalah milik Allah semata—padahal Abraham (Ibrahim) dan Muhammad pun sering disebut dengan gelar “Sayyidina” yang berarti Tuan kami (our Lord, sama seperti panggilan kepada seorang raja atau pangeran) di samping “Rabb” (The LORD (God), Tuan Satu-satunya Yang Sejati: Allah), dan Almaidah 5:55 menyebutkan bahwa para utusan Allah pun merupakan penolong bagi umatnya, yang lebih kecil daripada Penolong Yang Sejati (Allah).
Itulah mengapa kebanyakan umat Islam menentang (dan terkadang salah paham terhadap) istilah-istilah khusus itu. Selain itu, Muhammad sang Nabi memang tidak pernah mengajarkan penggunaan istilah-istilah seperti itu—dan mungkin juga karena kesusastraan dan budaya Arab yang dipakai Alquran dengan Ibrani atau Yunani yang dipakai Alkitab memang memiliki perbedaan dalam hal ini. Namun, secara umum, hal itu bisa dimengerti karena umat Islam sebenarnya hanya ingin menghindari kesalahpahaman yang lebih besar akibat istilah-istilah yang digunakan oleh bangsa Yahudi sejak zaman para nabi Perjanjian Lama itu—yang belum tentu dimengerti oleh bangsa-bangsa non-Yahudi.
Perlu diklarifikasi juga bahwa ketika umat muslim mengkritik Alkitab atau ajaran Gereja (secara umum mereka sebut “Kristen”), mereka yang mengerti sama sekali tidak bermaksud menyerang atau menghujat “Firman Tuhan” maupun Yesus Kristus. Dari sudut pandang muslim, mereka tetap mempertahankan Yesus Kristus dan Firman Tuhan—yang mereka dapat dalam bentuk Alquran. Kritik muslim biasanya ditargetkan kepada tulisan-tulisan atau ayat-ayat yang mereka anggap palsu—biasanya karena mereka anggap tidak sesuai Alquran secara literal—yang diklaim sebagian orang (seperti para pemimpin Yahudi atau Kristen) sebagai Firman Tuhan. Muslim tidak mau menerima klaim mereka bahwa Alkitab adalah benar-benar Firman Tuhan seluruhnya. Apalagi, doktrin-doktrin yang ditetapkan para petinggi Gereja sesuai penafsiran mereka, seperti doktrin Tritunggal Mahakudus atau penebusan dosa dikritik oleh banyak muslim, tepatnya karena mereka tidak mengambil gagasan itu murni dari perkataan langsung dari Yesus Kristus—tapi kebanyakan dari penafsiran dan pemikiran mereka sendiri atas Alkitab. Namun, karena pengetahuan yang minim, orang Islam yang tidak mengerti akan meneriakkan bahwa “Alkitab dipalsukan”, “Alkitab itu karangan Paulus”, “tidak ada lagi Taurat, Zabur (Mazmur), atau Injil yang asli”, dan lain-lain. Di samping itu, penyerangan langsung terhadap nama Yesus itu terjadi kebanyakan, salah satunya, karena mereka tidak mengetahui bahwa Isa adalah sosok yang sama dengan Yesus.
Hanya saja, perbedaan kepercayaan muslim berbeda dengan kepercayaan kristiani umum mengenai peristiwa penyaliban. Umat kristiani secara mutlak meyakini seperti bahwa Yesuslah yang mati di kayu salib, sesuai dengan apa yang dilihat dan didengar oleh para pengikut Yesus, termasuk kedua belas muridnya, dan penafsiran atas kitab-kitab kuna Yahudi. Banyak umat muslim yang mengerti memang mengakui bahwa penyaliban itu ada dan tercatat dalam sejarah, namun tetap meyakini bahwa orang yang disalib itu bukanlah Yesus sang Guru yang sebenarnya, melainkan seseorang yang diserupakan dengan Yesus, seperti yang dikatakan Alquran beberapa abad kemudian. Perlu diketahui, menurut kepercayaan muslim, dalam rentang waktu antara Yesus dan Muhammad, tidak ada seorang manusia pun yang diutus oleh Allah secara langsung, sehingga tidak ada wahyu ilahi yang dapat memberi informasi mengenai peristiwa penyaliban itu yang sebenarnya. Mengenai siapa yang disalibkan, menjadi perdebatan panjang di kalangan muslim. Sebagian muslim memercayai apa yang disebut dengan Injil Barnabas, yang sebagai injil asli (?), di mana di dalamnya tertulis bahwa Yudas Iskariot-lah yang menjadi pengganti. Padahal, bukti-bukti yang valid dari para ahli menunjukkan bahwa injil itu ditulis oleh seorang Yahudi yang menjadi Katolik pada zaman Inkuisisi abad Pertengahan, kemudian berpindah kepercayaan menjadi orang Islam. Dengan sedikit ilmu mengenai Kekristenan, dia menulis injil itu dengan disesuaikan dengan kepercayaan barunya.
Selain itu, umat Islam tidak percayai doktrin Tritunggal Mahakudus (Trinitas) dan dogma-dogma gereja sejenis yang merupakan tafsiran Gereja terdahap Alkitab dan diresmikan melalui konsili-konsili ekumenis jauh setelah naiknya Yesus Kristus kepada Allah. Umat muslim tidak bisa menerima pandangan Gereja arus utama yang mengajarkan bahwa Yesus adalah Allah (elohim) yang sama dengan Allah Sejati Yang Satu. Sebab, mengenai siapa Yesus sebenarnya itu sudah dijelaskan dalam Alquran dengan sangat baik dan tentu saja berbeda dengan ajaran Gereja saat ini.
Kesimpulannya, umat muslim, secara tidak langsung, sebenarnya mengaku sebagai pengikut Yesus yang sejati (baca: orang Kristen atau Nasrani yang sejati). Seperti yang mereka yakini, mereka hanya berusaha membela Yesus dari suatu fitnah dan pernyataan yang berlebih-lebihan dari kebanyakan umat kristiani, serta mengikuti Monoteisme Murni yang diajarkan oleh Yesus sendiri. Menurut ajaran Islam, mereka pun berusaha mengikuti teladan yang diajarkan Yesus—bukan mengikuti perintah Gereja yang dilabeli “meneladani Yesus Kristus”—seperti berdoa kepada Allah semata, menyembah Allah Yang Sejati dengan jasmani dan rohani, berpuasa, memberi sedekah dan persembahan, memuliakan Bait Suci yang ada (saat ini umat Islam menjadikan Bait Suci Kaabah di Mekah sebagai alat pemersatu dalam salat mereka, sama seperti Bait Salomo di Yerusalem yang dijadikan alat pemersatu bangsa Yahudi dan Kristen awal pada masa lalu), juga ajaran kasih yang lain. Dengan demikian, dengan perbedaan istilah dan bahasa, ajaran Islam bisa dikatakan sama seperti ajaran monoteisme Yahudi rohani yang sejati, sesuai yang diajarkan nabi-nabi Perjanjian Lama; dan juga, seperti Kristen, percaya kepada Yesus sang Mesias sebagai Tu(h)an dan Juruselamat yang lahir dari Perawan Maria—sanak dari Zakharia (Zakariya), Elisabet (Il-Yashabat), serta Yohanes Pembaptis (Yahya), dan percaya pada ajaran dan teladan yang diberikannya—tidak seperti umat Yahudi jasmani saat ini yang menolak Yesus sebagai Mesias dan berusaha menyalibkannya dengan bantuan pemerintah Romawi.
Yah itu umumlah nggak percaya Trinitas, karena nggak ngerti aja .Memang menerangkannya agaka susah sih... karena Allah itu Roh, sedangkan Islam kebanyakkan mempelajari hal-hal yang bersifat jasmani daripada yang rihani, makanya jadi susah mengerti tentang Trinitas ini .
Manusia ketika mula-mula diciptakan pastinya bukan laki-laki dan bukan perempuankan? Karena keduanya baik laki-laki dan perempuan menyatu di dalam dirinya . Lalu Tuhan mengeluarkan tulang rusuk manusia itu dan menjadikannya perempuan .Perempuan ini adalah bagian dari diri manusia, maka perempuan itu juga manusia . Dari SATU MANUSIA, keluar MANUSIA lagi, sehingga yang permulaan di sebut LAKI-LAKI yang keluar disebut PEREMPUAN , dan ketika laki-laki dan perempuan bersatu lagi, maka di sebut SATU PASANG MANUSIA .
ALLAH ITU SATU, di dalam DIRI ALLAH , ADA FIRMAN ALLAH dan ROH ALLAH . Ketika Allah menciptakan sesuatu, maka Allah berkata: "Jadilah" Firman Allah keluar dari Allah dan mengerjakan apa yang di kehendaki Allah itu, sehingga "Terjadilah sesuai yang di katakan-Nya", Setelah selesai melakukan pekerjaan-Nya, Firman Allah kembali lagi kepada Allah . Begitu juga Roh Allah, keluar dari Allah dan akan kembali lagi kepada Allah . Firman juga Roh yang keluar dari Allah, bukankah di sebut Allah juga ? Dan ketika ketiganya kembali bersatu di sebut ALLAH YANG ESA, dalam keberadaannya yang TIGA YANG MENYATU, TRINITAS .
Al Quran mengatakan bahwa di dalam al Quran kalau ada pertentangan artinya al Quran bukan berasak dari Allah . Sehingga ayat mengenai penyaliban dan ayat yang menyatakan Allah menyampaikan 'Isa pada akhir ajalnya lalu mengangkat Dia kepada-Nya, dan ayat yang mengatakan 'Isa di berkati ketika lahir, mati, bangkit dan hidup kembalidan perkataan 'Isa itu adalah perkataan yang benar, yang orang-orang berbantah-bantahan tentang kebenarannya; tidak boleh bertentangan satu dengan yang lain, apabila bertentangan itu artinya al Quran memang benar buatan manusia seperti yang banyak di tuduhkan orang-orang dan yang tertulis di dalam al Quran, bahwa al Quran itu buatan Muhammad saja .Dan bahwa pengikut Muhammad itu di tipu oleh agamanya .
Mengapa orang ketika melihat Yesus waktu di salibkan banyak yang meragukan nya sebab wajah-Nya sudah bukan seperti Yesus lagi, karena wajah-Nya bengkak akibat siksaan serdadu romawi, sehingga bukan seperti wajah manusia lagi .Tidak heran kalau orang yang banyak berprasangka, dan menduga-duga apakah benar itu Yesus atau bukan ?
Karena takut oleh apa yang di katakan Yesus bahwa seperti nabi Yunus berada 3 hari, 3 malam di perut ikan ; demikian juga Dia akan berada di perut bumi 3 hari, 3 malam dan akan bangkit pada hari ke 3 . Maka kubur Yesus di jaga . Dan benar pada hari ketiga Yesus bangkit, malaikat datang membuka tutup kubur yang di meterai oleh para serdadu, dan ketika malaikat datang serdadu-serdadupun kabur ketakutan. Lalu mereka pergi melapor dan oleh mahkamah agama mereka dibayar untuk berbohong bahwa Yesus tidak bangkit, dan bahwa murid-murid Yesus telah mencuri mayat-Nya. Dan kebohongan ini, atau dusta mahkamah agama ini lah banyak di percayai orang bahkan sampai sekarang .
Jadi ayat-ayat yang menuliskan mengenai reaksi orang yang melihat penyeliban itu dan meragukan bahwa itu benar Yesus atau bukan, mereka sendiripun tidak dapat memastikannya . Dan berpegang apa yang dikatakan 'Isa yang merupakan perkataannya yang benar bahwa Ia mati, artinya di kuburkan, lalu bangkit hidup kembali dan kemudian di angkat kepada Allah . Kesimpulannya. 'Isa benar mati di salib, bangkit , hidup kembali dan naik ke surga . Ya kan ? Maka ayat -ayat tersebut satu sama lain tidak saling bertentangan tetapi saling melengkapi, dalam memberikan keterangan .
Salam,
Terima kasih sebelumnya atas komentarnya. Mm, saya sendiri sudah menjelaskan mengenai Tritunggal kok dalam tulisan lain. Silakan Anda coba menyimak http://www.sammy-summer.co.cc/2010/06/apakah-orang-kristen-percaya-pada-tiga.html dan http://www.sammy-summer.co.cc/2010/05/mengapa-allah-dipanggil-bapa.html.
Mm.. Penjelasan Anda cukup baik. Pernah ada juga yang menjelaskan seperti Anda. Tapi ada seorang pendeta yang menganggap penjelasan seperti ini terlalu banyak celahnya.
Percaya kepada Trinitas atau tidak itu adalah sebuah pilihan. Di kalangan Kekristenan sendiri, Tritunggal/ Trinitas yang sedikit demi sedikit mulai ditinggalkan lantaran tidak berdasarkan Alkitab. Semakin berkembang denominasi Kekristenan, terutama di Amerika serikat, seperti Pantekostal Keesaan, Unitarian, atau Universalisme, yang menyadari bahwa Trinitas hanyalah sebuah kumpulan filsafat dan retorika yang mengatasnamakan “iman” (sebagai alasan). Mungkin jemaat awam yang tidak mengerti Alkitab atau masalah teologi lain secara mndalam memang semakin banyak seiring penginjilan yang semakin gencar, terutama di Indonesia. Jumlah orang yang dibaptis di berbagai denominasi gereja semakin meningkat dari waktu ke waktu. Tapi semakin banyak kalangan teolog berpemikiran bebas yang mau menggunakan akal budinya dan belajar sejarah lebih dalam berpendapat bahwa Tritunggal tidak ditopang dengan landasan yang kuat dari Alkitab. Ia lebih disandarkan pada kemampuan retorika dan filsafat dari kaum Trinitaris, terutama dari kalangan gereja seperti pastor/ pendeta—bukannya dalil yang jelas dari Alkitab sendiri. Karena itu Anda sendiri merasa sulit untuk menerangkan apa itu Trinitas dengan memakai dalil-dalil yang jelas dan tidak ambigu dari Alkitab, terutama PB, sendiri untuk mmbuat non-Trinitaris mengerti apa itu Trinitas (2Tim 3:16). Kaum Mesianik trinitaris, secara tidak langsung memang percaya pada Tritunggal. Tapi mereka menolak istilah Tritunggal/ Trinitas dan istilah-istilah lain yang disusun Gereja Semesta (terutama dari kalangan Katolik) pada konsili-konsili ekumenis karena mereka menganggap Trinitas dan dogma lain hanya bualan orang-orang Roma (yang lalu diikuti Protestan) dan tidak ada dalam ayat Alkitab manapun. Jadi, hak setiap untuk memilih Trinitas atau tidak. Silakan Anda memercayai dengan iman Anda. Silakan Anda hidup secara rohani (istilah Islam: zuhud) seperti yang diajarkan Kristus.
Sekedar pelurusan, teman-teman kita umat muslim juga berusaha agar kehidupan mereka secara rohani dan mempelajari hal bersifat rohani sejalan dengan kehidupan mereka secara jasmani dan pembelajaran atas hal jasmani yang sesuai hukum Allah karena memang itulah perintah dari Nabi besar mereka, Muhammad—walaupun banyak yang melanggarnya. Sebagian dari mereka ada yang berusaha menyeimbangkan kehidupan jasmani dan rohani mereka seperti yang dicontohkan Muhammad dan para sahabat, atau mengikuti cara hidup Daud dan Salomo (yang menyeimbangkan kepentingan dunia dan akhirat) yang tertulis dalam Alquran; dan sebagian lain lagi ada yang meniru hidup zuhud seperti yang diajarkan Yesus Kristus dan para pengikutnya, atau mengikuti kehidupan Ayub. Jadi anggapan Anda dan imam Anda bahwa mereka hanya hidup secara jasmani saja, juga tidak didukung oleh Alquran dan Hadis yang dengan jelas mengajarkan—bahkan mengharuskan—mereka yang muslim hidup secara rohani, di samping secara jasmani.
Sedikit menyimpang dari topik mengenai laki-laki dan perempuan. Awalnya memang hanya ada kata “manusia”, yaitu Adam (artinya “manusia”, “debu”). Setelah istrinya, Hawa (artinya “yang hidup”), muncul, istilah “laki-laki” (zakar) dan “perempuan” (neqebah) diterapkan kepada “manusia”, yaitu Adam dan Hawa. Sebelumnya, istilah ini dipakai oleh Adam untuk mengklasifikasikan semua jenis binatang yang dinamainya ke dalam dua jenis: laki-laki dan perempuan (Kej 2:19-20). Tetapi, jauh sebelum penamaan binatang itu, dalam Kej 1:27, kata “zakar” dan “neqebah” yang merupakan kata umum untuk “male” (laki-laki, jantan) dan “female” (perempuan, betina) sudah terlebih dulu digunakan untuk manusia. Untuk apa? Karena Allah Yang Maha Perencana memang sudah sejak awal merencanakan hadirnya “perempuan”. Dan di saat wktu yang tepat, yaitu saat Adam yang berkelamin “zakar” merasa kesepian, Allah pun menghadirkan seorang perempuan “neqebah”. Maka, kata “zakar” dan “neqebah” pun benar-benar dipakai untuk dua jenis manusia ini. Selain itu, sudah ada kata “ish” (laki-laki, suami) yang lebih dulu dinisbatkan kepada Adam. Karena itu, sepertinya kurang tepat jika Anda menafsirkan bahwa “manusia mula-mula diciptakan bukan laki-laki atau perempuan”. di samping itu, dalam Alkitab berbahasa asli, Ibrani, Hawa diketahui dinamakan “ish-shah” (perempuan). Kenapa? “Sebab ia diambil dari ish (laki-laki)” (Kej 2:23). Kata ish-shah yang dterjemahkan sebagai “perempuan” dalam Alkitab LAI, secara umum berarti “istri”. Dalam bhs Ibrani, kata untuk “istri” dan “perempuan” adalah sama, yaitu “ish-shah”. Sedangkan kata untuk “laki-laki” atau “suami” adalah “ish”. Siapa “ish”? Tentu saja Adam. Dan, mnyambung pmbicaraan Anda, Adam adalah MANUSIA. Jadi, benar bahwa awalnya hanya ada SATU MANUSIA. Dari satu “manusia” ke luar manusia lain, yang juga disebut “manusia”. Keduanya sama-sama manusia. Satu kaum. Satu jenis. Lalu bersatu menjadi SEPASANG MANUSIA. Namun, jika analogi seperti ini dipakai untuk berapologetika, bisa-bisa orang percaya pun malah berpikir ada “SEPASANG ALLAH”, padahal ALLAH ITU SATU kan? Dengan memakai kata “sepasang” itu sudah berarti “dua”. Memang kita tidak membahas tentang “bilangan matematika”, tapi sepertinya Anda memerlukan istilah lain yang lebih tepat untuk itu.
Lalu, kita tahu bahwa Yesus dan Bapa adalah Pribadi yang berbeda tapi satu substansi (Arab: dzat). Anda mungkin bisa mngatakan “Allah” saja untuk menunjuk Keduanya. Tapi jika Anda katakan “manusia”, bisa-bisa malah menunjuk enam miliar umat manusia yang pribadi berbeda saat ini. Lalu, akan ada yang bertanya: kalau memang begitu, “Allah” juga harusnya tidak merujuk hanya pada Tiga (pribadi) dong! Anda pun katakan “sepasang Allah”; mereka akan bertanya: Berarti Allah harusnya hanya ada dua pribadi!
ALLAH ITU TETAP SATU (ECHAD). Benar bahwa ada logos dan pneuma di dalam-Nya (Anda mndasarkan pada Yoh 1:1 dan Yoh 4:23, 2Kor 3:17 trjemahan LAI). Dan Firman itu ada dalam Allah. Begitu pula Roh. Tapi, ada yang akan bertanya dengan menggunakan analogi: Apakah suara Anda itu pribadi Anda yang lain? Apakah Anda dan roh Anda adalah pribadi yang berbeda? Apakah Anda dan pikiran Anda adalah suatu substansi yang sama dengan pribadi yang brbeda? Apakah suara, perkataan, roh, dan Anda sendiri masing-masing bisa bercakap-cakap dengan pribadi Anda masing-masing yang brbeda? Lalu, bagaimana dengan kasih yang Anda miliki? Jika Anda menganggap “perkataan” Anda dan “roh” Anda sebagai sebuah pribadi dalam diri Anda, maka bagaimana dengan kasih Anda (lihat 1Yoh 4:16)? Apa “kasih” juga tidak Anda anggap sebagai pribadi padahal Anda mengaku bahwa Anda adalah kasih? Lalu, ada berapa sebenarnya pribadi Anda? Anda berkepribadian ganda ya? Mm.. Itu hanya contoh-contoh pertanyaan yang harus Anda jwb jika memakai apologetika seperti itu. Allah memang serba bisa—apapun yang tidak manusia bisa pasti Allah bisa lakukan, tapi jangan menjadikan itu sebagai pembenaran atas keyakinan pribadi. Bagaimanapun, jangan sampai “Anda yang satu” menjadi dianggap banyak oleh penggemar Anda. Jangan sampai Anda dianggap gila karena perkataan Anda yang menyatu dengan Anda itu malah tidak mengakui Anda.
Benar, memang sulit untuk menjelaskan Trinitas. Karena itu, para pendeta atau pastor selalu menekankan kepada yang digembalakannya, “percayalah dengan iman kalian!” Doktrin selanjutnya adalah bahwa hanya iman (kepada Tritunggal) itu yang menyelamatkan. Sola fide? Pastor di Gereja Katolik pun ternyata memegang “sola fide” dalam hal Tritunggal. Walau Alkitab menyuruh manusia untuk menggunakan akal budi untuk mngenal Allah, tapi dalam hal Tritunggal, para imam di gereja-gereja lebih berharap para jemaat hanya memakai “iman” saja agar tidak tersesat dan dicap bidat (diekskomunikasi) dari ajaran gereja mereka. Umat Islam dan Kristen tidak beda jauh dalam hal Ketuhanan: walaupun dalam Alkitab dan Alquran manusia diperintahkan untuk mengenal Allah dengan akal budi dan Allah memperkenalkan dirinya dengan jelas siapa dirinya, baik umat Islam atau Kristen saat ini kebanyakan menolak memakai akal, dan hanya mau menggunakan “iman”. Walaupun dengan “akal”, keduanya hanya menggunakan sebatas apa yang diperbolehkan oleh aliran mereka—dengan metode yang telah ditetapkan masing-masing.
Oya, mengenai Yesus dalam Alquran. Yang dibangkitkan setelah mati itu bukan hanya Yesus (Isa Almasih) saja lho (Anda mengambil ayat Maryam 19:33)! Musa (Albaqarah 2:55-57), Adam dan Hawa (Al-araf 7:25), Yohanes (Maryam 19:15), dan bahkan semua manusia (Alhajj 22:7, Annahl 16:38) juga mati dan dibangkitkan kok! Konsep kebangkitan hidup kembali setelah mati bukanlah hal yang aneh dalam ajaran Islam—juga dalam Yudaisme dan Kekristenan. Semua nabi, tak terkecuali Yesus, juga akan meninggal dan dibangkitkan Allah. Pembelaan apolog kristiani dengan memakai ayat Maryam 19:33 sama sekali tidak berdasar karena: (1) hal itu sama dengan orang-orang Yahudi yang mencari pembelaan terhadap agamanya dari ajaran setelahnya yang merupakan pengkritiknya, seperti Kekristenan, dan hal itu akan terasa sangat aneh; (2) di dalam Alquran dan Hadis bertaburan ayat yang menceritakan tentang orang mati dibangkitkan dan semua pengikut ajaran Muhammad diajarkan untuk selalu berdoa demi kesejahteraannya pada hari mereka meninggal dan dibangkitkan kembali seperti yang dilakukan para nabi, sehingga aneh jika Anda hanya melihat ayat Maryam 19:33 untuk mencari pembelaan terhadap yang Anda yakini; (3) ada tertulis dengan jelas dalam Annisa 4:157 tentang penolakan Alquran terhadap kematian Yesus di kayu salib dan kebangkitannya. Dan ayat-ayat tersebut itu selaras tanpa pertentangan—kecuali jika Anda memaksakan bahwa dalam Alquran HANYA Yesus saja yang mati dan dibangkitkan. Jadi, jenis apologetika seperti yang Anda sebutkan bahkan seharusnya tidak lagi pakai (seperti 1Yoh 5:7 yang jarang dipakai untuk pembelaan atas doktrin Trinitas karena merupakan ayat tambahan gereja) karena malah akan menjadi bumerang karena menunjukkan ketidaktelitian.
Sepertinya Anda senang menonton The Passion of the Christ ya? Tahukah Anda bahwa sebelum film itu diputar, hampir tidak ada penggambaran Tuhan Yesus dengan luka-luka yang mengerikan seperti dalam film itu? Lebam dan bengkak pun tidak ada. Mengapa? Karena selama sekitar dua ribu tahun ini penggambaran seperti itu mrpkn hal yang tabu. Bahkan menurut sejarah, simbol salib (crucis) pun tabu bagi gereja mula-mula karena menggambarkan kengerian yang sangat mendalam—sebelum akhirnya Konstantinus I, setelah mimpinya mnjlang Pertempuran Milvian Bridge, mengusulkan agar Kekristenan scr umum memakai simbol salib tersebut. Lalu, dari mana Anda tahu bahwa orang-orang tidak mngenalnya karena wajah-Nya bengkak akibat siksaan sedangkan dalam Alkitab sendiri tidak dituliskan demikian dan rasanya tidak ada apokrifa yang menggambarkannya seperti itu? Tafsiran Anda sendiri terhadap Alkitab atau dari film The Passion of the Christ?
Kesaksian Alquran berbeda dengan kesaksian para penulis Injil Sinoptik mengenai penyaliban dan kematian serta kebangkitan Kristus. Dalam Perjanjian Baru, terutama dalam Injil (Besorah), yang dikanonisasi dalam Konsili Hippo (393 M) dan Kartago (397 M), banyak kesaksian mengenai kisah kesengsaraan Kristus. Semuanya selaras. Benar, bahwa Yesus Yesus mati di kayu salib, bangkit hidup kembali pada hari ketiga, jika melihat kesaksian para penulis Perjanjian Baru. Tapi mungkin Anda tidak tahu bahwa di kalangan jemaat mula-mula, banyak juga penafsiran mengenai “mati dan bangkit pada hari ketiga” ini. Para penulis apokrif ada yang menulis bahwa Ia tidak “mati dan bangkit” dalam arti fisik, dan ada pula yang menulis bahwa yang “disalibkan dan mati” itu bukan Yesus melainkan orang jahat yang sengaja dipermalukan Allah di hadapan orang-orang Yahudi. Semuanya, termasuk penulis PB, menulis sesuai apa yang mereka lihat dan dengar. Hanya saja, kristiani Barat, dengan mengikuti para Bapa Gereja, lebih memercayai tulisan yang menggambarkan Yesus “mati dan bangkit” secara fisik dbanding tulisan lain yang dipercayai umat Kristen-Yahudi (yang slnjutny dianggap bidat oleh gereja arus utama karena tidak sepemikiran).
Umat muslim sendiri percaya bahwa penyaliban Yesus itu benar-benar ada. Artinya, umat muslim sama sekali tidak tertipu oleh dusta Mahkamah Agama (Sanhedrin) yang digambarkan dalam Kisah Para Rasul. Yang banyak tertipu justru orang-orang yang tidak percaya kepada Yesus, seperti orang-orang Farisi, Saduki, atau orang-orang Romawi. Mereka bahkan memberi kesaksian bahwa penyaliban tu tidak pernah ada. Sehingga kebangkitan yang dipercayai para pengikut Kristus saat itu juga tidak pernah ada. Tapi para pengikut Kristus tetapi memercayai bahwa penyaliban itu ada. Mereka lantas mengumpulkan jejak rekam mengenai Guru mereka, Yesus Kristus, dan menuangkannya ke dalam tulisan—kedua puluh tujuh di antaranya menjadi Perjanjian Baru yang kita kenal sekarang—ditambah pandangan-pandangan mereka yang beragam mengenai “kematian dan kebangkitan hari ketiga”. Orang Kristen-Yahudi banyak yang prcaya bahwa penyaliban yang sungguh-sungguh terjadi itu hanyalah ilusi, seperti yang tadi saya katakan. Artinya, penyaliban dan kebangkitan, yang dikabarkan tidak ada oleh Mahkamah Agama, itu tetapi dipercaya ada oleh mereka namun Yesus Kristus yang mati itu sebenarnya orang jahat kebanggaan orang-orang Yahudi yang mau mempermalukan Allah tapi malah berbalik dipermalukan oleh Allah, yaitu dengan digantikannya posisi Tuhan Yesus Kristus di kayu salib itu.
Dengan melihat banyaknya perbedaan dalam Kekristenan sendiri, sepertinya tidak ada salahnya mereka (umat Islam memercayai kisah Yesus Kristus yang berbeda dalam roh mereka walau berbeda dengan kisah Yesus-resmi yang dikanonisasi gereja arus utama. Semuanya tetapi percaya dalam “iman” yang telah ditetapkan para pendahulu agama masing-masing sesuai kesaksian yang dipercayai. Tidak ada alasan untuk menuduh bahwa orang lain tidak memiliki iman.
Setiap orang biasanya hanya akan percaya kesaksian dari kalangan mereka sendiri. Anda pasti hanya akan mencari tahu dan percaya tentang Yesus dari pandangan gereja Anda sendiri (yang terkadang berbeda dengan gereja lain). Begitu pula orang-orang Islam. Pandangan setiap orang biasanya menjadi tertutup dari pandangan lain karena memegang teguh pandangan dari kalangannya (lingkungan) sendiri. Ia akan malas membandingkan atau mencari tahu mana yang lebih akurat antara pandangan yang dipegangnya dan pandangan orang lain di luar kalangannya. Dia hanya mncari pembenaran dari kalangannya sendiri dan takut untuk menguji secara kritis pandangannya itu dengan pandangan lain. Alasannya adalah takut dianggap plin-plan atau tidak berpendirian teguh dan dicap “sesat” oleh orang-orang terdekatnya. Pandangan yang saya maksud ini adalah tentang “iman”—termasuk iman tentang Tritunggal dan kisah penyaliban Yesus—yang dipegang dengan kukuh oleh setiap orang, terutama di kalangan Islam dan Kristen.
Bagaimanapun, seorang polisi yang hanya mncari bukti pembunuhan di kamar tmpt korban dibunuh akan mendapatkan kebenaran informasi berbeda dan penafsiran berbeda daripada seorang polisi yang berinisiatif menginvestigasi orang-orang terdekat korban dan menyelidiki smua tempat yang diduga akan mmberikan petunjuk. Ya kan? Artinya, seseorang yang hanya melihat dari satu sudut pandang akan memiliki kebenaran yang berbeda dari orang yang menguji banyak sudut pandang. Lalu, mana yang lebih baik?
Saya tidak memihak Islam, Kekristenan Barat (entah Katolik entah Protestan), ataupun Kekristenan-Yahudi (yang banyak dicap bidat atau gnostik). Saya di sini hanya bertugas untuk meluruskan kesalahpahaman, terutama antara Kristen-Islam, dan memberi Anda pengetahuan lain yang mungkin blm pernah Anda dapatkan dari lingkungan Anda. Pilihan Anda untuk tetapi menjadi fanatik atau berpikiran terbuka terhadap apapun. Pilihan Anda mau menguji diri sendiri apakah tetap tegak dalam “iman yang benar” atau “iman yang dibuat-buat”.
Sekali lagi, saya hanya berusaha meluruskan kesalahpahaman antara orang kristiani Barat (Katolik/ Kristen) dan orang Islam, sembari menguji klaim Anda di sini. Memang banyak perbedaan yang jelas di antara keduanya, terutama mengenai Trinitas dan kisah penyaliban Kristus, tapi masing-masing memiliki hak untuk hidup dalam perbedaan itu. Anda tetapi memegang Trinitas dan penyaliban Tuhan Yesus sesuai yang ada tertulis dalam Perjanjian Baru, sedangkan mereka yang muslim tetapi menolak Trinitas dan Yesus sesungguhnya yang tersalib sesuai yang ada tertulis dengan jelas di Alquran. Semuanya juga memahami dan meyakininya dengan “iman”. Anda juga SANGAT BERHAK tidak percaya dengan keyakinan mereka, seperti mereka yang juga SANGAT BERHAK tidak percaya doktrin gereja Anda. Asalkan Anda tidak menghujat kepercayaan lain yang mungkin tidak Anda senangi, tidak apa-apa. Tetaplah dalam damai sejahtera dan hidup rukun dalam perbedaan. Perbedaan itu indah, ya kan? Tuhan Yesus juga mengajarkan kasih dan melarang menghujat kepercayaan lain, ya kan?
Salam,
Mochihotoru
NB: Silakan Anda berkeliling di blog ini jika Anda ingin sedikit lebih mengetahui Kekristenan perdana yang sedang saya dalami (baru ada beberapa artikel dan terjemahan kitab kuna mengenai Kekristenan perdana di blog ini).