KONFLIK ISRAEL-PALESTINA: (MASIH) SEBUAH PENANTIAN AKAN MESIAS

Posted by mochihotoru | Posted in , , , , , , , | Posted on 9:19:00 PM

http://desertpeace.files.wordpress.com/2009/08/palestine20tortured20by20israel20ben20heine.jpg

Masalah Israel-Palestina adalah masalah perebutan teritori yang telah berlangsung sejak ribuan tahun yang lalu, ketika Islam masih belum eksis sebagai sebuah agama.

Amat disayangkan apabila sentimen agama harus diangkat sebagai alat untuk memperoleh dukungan dari negara-negara lain. Hamas sebagai pemegang kendali politik Palestina seharusnya tidak ikut bertindak seperti pengecut, dengan bangga meluncurkan misil ke Israel demi membalas ketidakadilan otoritas Israel, namun ketika diserang balik berteriak-teriak seperti ibu tua yang dianiaya preman pasar. Hamas menabur misil, maka misil pula yang akan mereka tuai. Perilaku sembunyi-sembunyi seperti itu sama saja dengan perilaku Israel Zionis yang nyata-nyata pengecut seperti anjing kecil nakal yang mengganggu tetangganya tetapi selalu dilindungi tuannya.

Ini perang bukanlah agama. Bukan juga perang antara Islam dan Yahudi. Bukan hanya umat muslim Palestina yang menderita, karena di sana umat Kristen pun mengalami penderitaan yang sama akibat perang ini. Rakyat sipil Israel yang tidak tahu apa-apa dan yang menentang perang ini pun sama-sama menderita. Bagaimanapun, perang ini murni perang perebutan wilayah yang berlangsung dengan memanfaatkan dalil agama. Kita boleh bersimpati dan mendukung yang manapun, namun jangan sampai terjebak oleh berbagai sentimen agama yang bisa memperparah keadaan.

Sekilas Sejarah Palestina

Bangsa Filistin (Palestina) adalah suatu bangsa pelaut, campuran berbagai macam etnis dari Turki dan Yunani (pulau Kreta) yang berlayar dari Laut Aegea menuju wilayah Laut Mediterania timur. Bangsa Filistin yang asli sudah punah lebih dari 2.500 tahun yang lalu!

Satu kelompok Filistin tiba di Tanah Kanaan pada masa sebelum tahun 1600 SM dan menetap di selatan dari Bersyeba di Gerar di mana mereka jatuh ke dalam konflik dengan Abraham, Ishak, dan Ismael.

Satu kelompok Filistin yang lain, datang dari Kreta setelah dipukul mundur oleh Firaun Ramses III setelah mencoba menginvasi Mesir pada tahun 1194 SM, menguasai area pantai selatan, di mana mereka membangun lima kota-kota pemukiman (Gaza, Asdod, Askelon, Ekron, dan Gat).

Bangsa Filistin tersebut yang menjadi musuh bebuyutan bangsa Israel (Yahudi) yang juga pada masa itu tiba dan tinggal di tanah tersebut. Mereka bukanlah bangsa Arab. Mereka adalah bangsa keturunan Yunani. Jadi, Delilah dan Goliat yang disebut sebagai bangsa Filistin di dalam cerita agama (Kitab Suci) bukanlah bangsa Arab Palestina, melainkan bangsa Eropa.

Bangsa Filistin bahkan bukanlah bangsa Semitis. Mereka tidak berbahasa Arab. Mereka tidak ada hubungan etnis, bahasa, atau sejarah dengan Jazirah Arab atau bangsa Arab (keturunan Ismael).

Pada zaman purbakala (tahun 1600 SM) wilayah ini disebut sebagai Tanah Kanaan karena bangsa asli yang ada di sana adalah bangsa Kanaan (yang sekarang sudah punah).

Setelah bangsa Israel sampai di sana, membuat komunitas dan mendirikan kerajaan di sana (tahun 1020-586 SM), maka Tanah Kanaan dikenal sebagai Tanah Israel.

Mengapa Tanah Israel sekarang bernama Tanah Palestina?

Nama “Palestina” diberikan oleh penjajah Romawi kepada Tanah Israel kuna sebagai hukuman atas pemberontakan orang-orang Yahudi di Tanah Israel.

Nama “Palestina” ditemukan pada masa penjajahan Romawi di Tanah Israel (tahun 63 SM-13 M). Pada saat itu wilayah itu dikenal sebagai Yudea, suatu kerajaan selatan dari Israel kuno.

Penguasa Romawi yang bertanggung jawab atas daerah Yudea-Israel begitu marah atas pemberontakan orang-orang Yahudi sehingga mencari tahu siapa musuh bebuyutan dari bangsa Yahudi di masa lalu mereka. Para ahli sejarah Romawi menyebut bangsa “Filistin” (Palestina). Maka, penguasa Romawi menyatakan bahwa seluruh Tanah Yudea-Israel selanjutnya bernama Tanah “Philistea” atau dalam bahasa Yunani-Romawi (Latin) diucapkan “Palastina” untuk menjengkelkan bangsa Yahudi. Pada saat yang sama nama ibukota Yerusalem milik bangsa Yahudi diubah menjadi Aelia Capitolina.

Nama “Falastin” (Palestina) yang dipakai bangsa Arab modern untuk “Palestina” bukanlah nama Arab asli. Ini merupakan pengucapan bunyi Arab dari nama Latin “Palastina”.

Konflik Wilayah, Bukan Agama

Jauh sebelum orang Israel menguasai wilayah konflik tersebut, Palestina dikenal dengan nama “Kanaan” dan didiami oleh banyak suku bangsa: Kanaan, Amori, Hewi, Yebus, dan sebagainya. Selang sekian waktu setelah orang Israel merebut tanah Kanaan, mereka mendirikan kerajaan Israel raya di wilayah tersebut yg mencapai masa keemasan di bawah kepemimpinan Raja Salomo (Sulaiman). Tapi setelah Salomo mangkat, kerajaan itu akhirnya pecah menjadi kerajaan Israel dan Yehuda.

Ketika Asyria melakukan ekspansi, Israel takluk di tangan mereka dan dimusnahkan. Yehuda menyusul saudaranya kira-kira dua abad kemudian ketika Babilonia di bawah kepemimpinan Nebukadnezar menguasai wilayah selatan Palestina tersebut. Setelah lewat beberapa waktu, kerajaan Persia bangkit sebagai kekuatan baru.

Babilonia ditaklukkan, kemudian orang Yehuda diizinkan kembali ke tanah air mereka dan diberi otonomi walaupun secara administratif masih berada di bawah otoritas kerajaan Persia. Setelah itu, berturut-turut wilayah itu jatuh ke tangan kekuasaan Yunani, Romawi, Romawi Timur, Islam, Tentara Salib (Kristen Barat), Islam lagi, dan terakhir Inggris Raya. Jadi, praktis tidak pernah lagi ada negara berdaulat yg berdiri di wilayah itu sejak kerajaan Israel dan Yehuda ditaklukkan—kecuali fakta bahwa pada masa pra-kekuasaan Romawi sempat berdiri kerajaan Yahudi di bawah kepemimpinan dinasti Hasmonea.

Nama Palestina sendiri baru resmi dan populer digunakan untuk menyebut kawasan itu setelah meletusnya pemberontakan Simon bar Kokhba tahun 130 M. Kaisar Hadrianus sengaja memberi nama Palestina untuk menekan sentimen nasionalisme Yahudi.

Akibat pemberontakan Bar Kokhba, bangsa Yahudi diusir keluar dari tanah air mereka sendiri dan hidup sebagai pelarian. Baru setelah Islam menguasai wilayah tersebut di bawah kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab, orang-orang Yahudi diizinkan kembali ke Palestina.

Lama setelah Islam berkuasa di sana, kekaisaran Ottoman (Usmaniyah) sebagai otoritas Islam yg berkuasa atas Palestina saat itu pecah. Wilayah itu lalu jatuh ke tangan Kerajaan Inggris. Tahun 1917, Menlu Inggris, Arthur Balfour mengeluarkan Deklarasi Balfour yang tersohor itu yang isinya merupakan janji untuk membentuk negara Yahudi di Palestina—karena bangsa Yahudi diaspora tetap tidak bisa diterima oleh bangsa Eropa. Deklarasi ini kemudian diikuti oleh rentetan peristiwa yang cukup pelik. Inggris akhirnya malah lepas tangan dan menyerahkan perkara ini ke PBB.

Tahun 1947 PBB mengajukan rencana pembagian wilayah Palestina menjadi dua negara yang terpisah: negara Yahudi dan negara Arab. Para pemimpin Yahudi, yaitu para penganut Zionisme, menyambut positif usulan ini, tapi para pemimpin Arab menolak mentah-mentah disusul oleh reaksi kekerasan dari komunitas Arab. Pada bulan Mei 1948, Israel mendeklarasikan kemerdekaannya yang kemudian menyulut perang Arab-Israel dan terus berbuntut konflik sampai saat ini.

Menantikan Mesias Sang Pembebas

Berita tentang datangnya Juruselamat yaitu Mesias, telah lama dikabarkan sejak Musa. Semua orang Israel menantikan Mesias (Almasih) datang sebagai Juruselamat. Sebelum Yesus Kristus (Isa Almasih) datang, bangsa Israel berharap Mesias datang untuk menyelamatkan Israel dari penjajahan bangsa-bangsa lain.

Bahkan murid-murid Yesus pada awalnya juga menyangka demikian, tersirat dalam pertanyaan murid-murid dalam Kisah Para Rasul 1:6, Maka bertanyalah mereka yang berkumpul di situ: “Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?”

Tetapi Tuhan datang sebagai Juruselamat, bukan untuk menyelamatkan Israel—yang sudah melanggar perjanjian (kontrak sebagai bangsa terberkati) dengan Allah dan membunuh para nabi—dari penjajahan bangsa-bangsa lain, bukan pula datang untuk mendirikan kerajaan Israel, melainkan untuk menyelamatkan manusia dari dosa dan untuk menyatakan datangnya Kerajaan Allah (Lukas 4:43), yang bukan berupa kerajaan jasmani di dunia (Lukas 17:20-21).

Kabar keselamatan telah lama dikabarkan, bangsa Israel sampai detik ini masih menanti-nantikan datangnya Juruselamat yaitu Mesias, yang mereka anggap akan muncul dari Tanah Terjanji Israel dan membuat mereka bangsa mereka berjaya di Akhir Zaman atas goyim (bangsa non-Yahudi), seperti bangsa Palestina yang banyak memeluk Islam maupun Kekristenan.

(Sumber: In-Christ.net, dengan perubahan)

Comments (0)

Post a Comment