SEPULUH MISKONSEPSI TERHADAP GEREJA KATOLIK

Posted by mochihotoru | Posted in , , , | Posted on 8:43:00 PM

10

Larangan Membaca Alkitab

Kesalahpahaman: Gereja melarang pembacaan Alkitab

Alkitab, berupa kitab kumpulan tulisan yang dikanonisasi, pertama kali diproduksi (diredaksi) oleh Gereja Katolik (Barat)—disusun oleh sarjana-sarjana Katolik pada abad kedua dan ketiga, dan disetujui untuk penggunaan di gereja Kristen umum dalam Konsili Hippo (393) dan Kartago (397) yang diselenggarakan Gereja Katolik. Alkitab yang pertama kali dicetak diproduksi di bawah perlindungan Gereja Katolik—dicetak oleh penemu mesin cetak Katolik, Johannes Gutenberg. Lalu Alkitab pertama kali dibubuhi pasal dan nomer ayat diproduksi oleh Gereja Katolik—karya Stephen Langton, Kardinal dan Uskup Agung Canterbury.

Pada setiap Misa di dunia setiap hari, Alkitab dibaca dengan suara nyaring oleh imam gereja. Pada Misa tradisional, ada sekali bacaan dari Kitab Suci (termasuk Injil), dan dua dari Injil. Pada Misa Katolik modern, terdapat dua bacaan dari Kitab Suci dan satu daru Injil. Seluruh rumah keluarga Katolik memiliki Alkitab dan Alkitab diajarkan di sekolah-sekolah (sebagai sebuah tradisi yang sudah bertahun-tahun berjalan).

The image “https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiTaTm2F0VTHfjWezcp8CTEEM_HR8SZMRxYCDN0nY0bzMABqZZynfjS18QNYJ37KFACAitBwkmOSCxwa86Z9amGyjrVrqXbPk0GUv-VmxNmwc-qQfsCUjfoYVCgDp454UuaTIF540g6Q0c/s400/2008ChristmasMass.jpg” cannot be displayed, because it contains errors.


Mitos ini muncul karena Alkitab selalu tersimpan rapat di Gereja-Gereja di masa lalu, tetapi itu bukanlah supaya orang-orang tidak memiliki akses terhadapnya—tidakan itu agar mencegahnya dari tindak pencurian. Alkitab saat itu ditulis tangan sehingga menjadi barang yang luar biasa berharga karena kelangkaannya. Selain itu, orang-orang berpikir bahwa Gereja melarang orang-orang untuk membaca Alkitab dengan menetapkan Indeks Kitab-Kitab Terlarang, tetapi Alkitab yang dimasukkan dalam indeks tersebut adalah Alkitab versi Protestan (tanpa tujuh kitab Deterokanonika) atau versi terjemahan di luar Gereja Katolik yang dianggap salah—yang paling terkenal adalah Versi Raja James (KJV) yang tidak disarankan untuk dipakai umat oleh Katolik.

9

Penyembahan Berhala

Kesalahpahaman: Umat Katolik menyembah Bunda Maria dan jatuh ke dalam penyembahan berhala

Dalam teologi Katolik, terdapat tiga tipe penyembahan—yang salah satunya dikutuk dalam Alkitab jika ditujukan kepada selain Allah:

1) Latria, ini merupakan penyembahan yang diberikan kepada Allah semata—memberikan penyembahan ini kepada selain Allah dianggap sebagai dosa maut dan penyembahan seperti itu dikutuk menurut Alkitab.

2) Hiperdulia, ini merupakan bentuk penyembahan khusus yang ditujukan kepada Maria, bunda Yesus—penyembahan ini hanya diberikan kepada dia dan tidak dianggap sebagai penyembahan berhala karena memang bukanlah sebuah pemujaan, melainkan hanya penghormatan.

3) Dulia, ini merupakan penyembahan khusus yang ditujukan kepada para santo atau santa dan para malaikat [dan pada zaman dulu juga ditujukan kepada para nabi]—penyembahan ini juga tidaklah dianggap menyembah berhala, melainkan hanya bentuk penghormatan.

Pembedaan resmi dibuat dalam Konsili Nicea Kedua pada tahun 787 M. Konsili ini diselenggarakan untuk mengutuk orang-orang yang diklaim sebagai penyembah berhala yang memiliki patung-patung dan gambar-gambar para kudus. Kanon-kanon konsili tersebut dapat dibaca di sini.

Hanya untuk mengklarifikasi: “Latria adalah istilah Latin (dari kata Yunani λατρεια, latreia) yang digunakan dalam teologi Katolik dan Ortodoks, berarti pemujaan, yang merupakan bentuk penyembahan atau penghormatan tertinggi dan ditujukan oleh umat Kristen arus utama hanya kepada Allah, yaitu Trinitas Mahakudus.” – terdapat bentuk penyembahan yang lebih rendah (seperti yang dinyatakan di atas). Seorang Katolik yang berlutut di depan sebuah patung ketika berdoa bukanlah memuja patung tersebut atau memohon kepadanya, dianggap lebih tepat dibanding seorang Protestan yang berlutut dengan Alkitab di tangannya ketika berdoa karena juga bisa dianggap menyembah Alkitab atau memohon kepada Alkitab. Gambar-gambar para kudus (baik dalam bentuk patung atau lukisan) dihadirkan hanya sebagai pengingat atau pengenang kemuliaan orang yang digambarkan.

8

Orang-orang Non-Kristen

Kesalahpahaman: Umat Katolik bukanlah Kristen

Nyatanya, umat Katolik bisa dikatakan penganut Kristen pertama. Ketika membaca kembali kebanyakan tulisan-tulisan Kristen abad-abad awal, kamu akan melihat bahwa doktrin dan ajaran mereka hampir sama semua dengan Gereja Katolik hari ini. Kamu akan mendengar para Uskup, para perawan yang hidup dalam komuni (biarawati), para imam, pengakuan iman (syahadat), pembaptisan bayi, Uskup Roma bertindak seperti kepala gereja-gereja, dan penyembahan para kudus. Di bawah ini merupakan komentar-komentar dari para bapa Gereja yang, dalam banyak hal, dipercaya sebagai utusan dari para rasul Alkitab:

Keuskupan: Sebab tidak akan ada dosa api bagi kita, jika kita mengeluarkan mereka yang yang telah menawarkan hadiah berupa jabatan uskup tanpa cela dan dengan kudus. — Paus Santo Klementius, Surat kepada jemaat Korintus 1, 96 M.

Kepausan: “[Dari] Ignatius . . . kepada Gereja yang juga memegang kepemimpinan, yang berada di negeri orang-orang Roma, patut dikasihi Allah, patut mendapat kehormatan, patut mendapat berkat, patut mendapat pujian, patut mendapat hasil baik, patut mendapat pengudusan, dan, sebab engkau menjaga kursi kepemimpinan dalam kasih, dalam nama Kristus dan dalam nama Bapa” (Santo Ignatius, Surat kepada jemaat Roma 1:1 [110 M]).

Komuni Kudus: “Santapan ini kita sebut Ekaristi, dan tidak seorang pun yang diizinkan turut serta kecuali orang yang percaya bahwa ajaran-ajaran yang kami perintahkan adalah benar, dan telah menerima pencucian demi pengampunan dosa dan kelahiran kembali, dan yang hidup seperti Kristus yang mengulurkan tangan untuk kita. Sebab kita tidak menerima semua ini seperti halnya roti biasa dan anggur biasa; tetapi seperti Yesus Kristus yang lahir [ke dunia] sebab Firman Allah yang telah menjadi daging dan darah demi penyelamatan kita, jadi kita juga telah diajarkan bahwa santapan yang dikonsekrasi oleh Perkataan-perkataan doa yang datang dari Dia, dari mana daging dan darah kita diberi santapan oleh suatu perubahan, merupakan Daging dan Darah dari Yesus yang telah lahir [ke dunia].” — Santo Justin Martir, “Apologi Pertama”, 148-155 M.

Baptisme Bayi: Permadikanlah anak-anak dulu, dan jika mereka berbicara atas nama diri mereka sendiri, persilakanlah mereka. Atau, biarkan orang tua mereka atau kerabat mereka berbicara untuk mereka” (Santo Hipolitus, Tradisi Rasuli 21:16 [215 M]).

Pengakuan Dosa: “[Metode pengampunan], sekalipun sulit dan perlu banyak tenaga [merupakan] pengampunan dosa melalui pengakuan, sebab pendosa . . . tidak segan-segan menyatakan dosanya kepada seorang imam Tuhan dan tidak segan-segan mencari pengobatan, setelah dia after the manner of him who say, “Aku berkata, kepada Tuhan, diriku amat merasa bersalah karena dosa-dosaku.” (Origen, Homili pada Imamat 2:4 —248 M)

Dari kutipan-kutipan ini, jelas bahwa praktik-praktik yang dipelihara Gereja Katolik modern itu merupakan praktik-praktik, yang dipercayai umat Katolik sebagai, yang paling dekat dengan praktik para rasul dan Kekristenan awal (di wilayah Romawi). Perlu dikatakan pula bahwa mayoritas sejarawan menerima bahwa Gereja Katolik termasuk sebagai Gereja Kristen (Semesta) pertama—di samping Gereja Ortodoks dan gereja-gereja awal yang lain—berdasarkan dari naskah-naskah kuna yang ada.

7

Infalibilitas Total

Kesalahpahaman: Paus mutlak dalam segala hal

Umat Katolik Roma percaya bahwa hanya dalam kondisi-kondisi tertentu saja Sri Paus dianggap tidak mungkin melakukan kesalahan (infallible, maksyum). Gereja Katolik, seperti dalam Konsili Vatikan 1869-1870, menetapkan tiga kondisi di bawah infalibilitas atau ketidakbersalahan Paus:

I. Paus membuat ketetapan dalam perkara iman dan moral;

II. Pernyataan Paus bersifat mengikat atas seluruh Gereja;

III. Paus berbicara dengan kuasa Kepausan secara penuh, dan bukan dalam kapasitas pribadi.

Ini berarti bahwa ketika Paus, yang dianggap sebagai Wakil Allah (Pontifex Maximus), berbicara dalam perkara sains, dia mungkin sekali berbuat salah (seperti yang kita lihat pada masa lalu dalam hal yang berkaitan dengan teori Heliosentris). Namun, ketika dia mengajar perkara agama, iman dan moral, dan dua syarat lain dipertemukan, umat Katolik menganggap bahwa dekrit atau ketetapannya, yang dinyatakan dalam kondisi ex-cathedra, setara dengan Firman Tuhan. Hal ini tidak mungkin bertentangan dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya dan seluruh umat Katolik haruslah memercayainya. Umat katolik percaya bahwa jika seseorang menyangkal ketetapan-ketetapan serius ini, ia telah melakukan dosa maut—jenis dosa yang dapat mengirim seseorang ke Neraka. Di bawah ini adalah contoh sebuah ketetapan mutlak dari Konsili Trento (di bawah Paus Pius V pada Abad 16):

Jika siapapun menyangkal bahwa dalam sakramen Ekarisi Kudus terdapat Tubuh dan Darah bersama-sama secara nyata, secara benar-benar, dan secara hakikat dengan roh dan keilahian Tuhan Yesus Kristus, dan berikut kehadiran Kristus secara keseluruhan, lalu mengatakan bahwa Ia di dalamnya hanyalah dalam suatu simbol, atau gambar atau kuasa-Nya saja, maka terkutuklah ia.

Bagian akhir dari pernyataan tersebut, “terkutuklah ia” (anathema estō), merupakan frasa standar yang biasanya muncul pada akhir pernyataan mutlak atau infallible. Contoh pernyataan lain di bawah infalibilitas Paus baru-baru ini dapat kita lihat ketika Paus Yohanes Paulus II mengumumkan bahwa perempuan tidak dapat menjadi imam gereja.

6

Anti-Sains

Kesalahpahaman: Gereja Katolik bertentangan dengan sains

Faktanya, kemajuan ilmu pengetahuan telah menyebar melalui pendidikan dan kesarjanaan Katolik. Kasus menarik yang paling baru adalah ketika Monsignor Georges Lemaître, seorang imam di Belgia, mengemukakan teori Big Bang. Ketika dia mengusulkan teorinya, Einstein menolak, sebab itu Monsignor Lemaître menulis surat kepadanya: “Matematikamu memang baik, tetapi fisikamu buruk sekali.” Pada akhirnya, Einstein pun menerima teori itu.

Selain itu, tidak seperti kebanyakan Protestan atau agama-agama evangelis, Gereja Katolik tidak menolak teori evolusi. Semenjak munculnya teori ini mula-mula, Gereja hanya diam dalam menanggapi isu tersebut. Pernyataan publik pertama yang spesifis berkenaan dengan evolusi datang dari Paus Pius XII yang mengatakan: “Gereja tidak melarangnya—penelitian dan diskusi-diskusi itu, oleh orang-orang memiliki pengalaman dalam bidang tersebut, biarlah berlangsung berkenaan dengan pengajaran teori evolusi, sejauh penelitian dan diskusi itu mempertanyakan asal muasal tubuh manusia yang datang dari sesuatu yang telah ada dan hidup lebih dulu.”

Pada tahun 2004, Komisi Teologi yang diawasi Kardinal Ratzinger (sekarang Paus Benediktus XVI) mengeluarkan pernyataan ini: “Menurut catatan sains yang secara luas diterima, alam semesta meledak 15 milyar tahun yang lalu dalam sebuah ledakan bernama ‘Big Bang’ lalu berkembang dan mendingin sejak saat itu. [...] Bukti-bukti yang berpusat dari berbagai studi dalam bidang biologi dan fisika semakin melengkapi dukungan atas beberapa teori evolusi yang berkaitan dengan perkembangan dan penggolongan kehidupan di atas dunia, sementara kontroversi berlanjut atas langkah dan mekanisme evolusi.”

Sekolah Katolik di seluruh dunia (termasuk Amerika Serikat) mengajarkan evolusi ilmiah sebagai bagian dari kurikulum sainsnya.

5

Indulgensi

Kesalahpahaman: Indulgensi yang telah dibayar membuat dosa-dosa diampuni

Pertama kita harus mengerti dulu apa itu indulgensi. Gereja Katolik mengajarkan bahwa ketika seseorang berdosa, mereka akan mendapatkan dua hukuman: hukuman kekal (neraka) dan hukuman sementara (hukuman di bumi ketika hidup, atau api penyucian setelah mati). Untuk melepakan hukuman kekal di neraka, seseorang haruslah mengakui dosa-dosa (secara formal di gereja) dan diampuni. Tetapi hukuman sementara tetap tinggal. Untuk membuang hukuman sementara, seseorang dapat menerima indulgensi, yaitu pengurangan hukuman untuk dosa yang sudah diampuni. Ini merupakan “berkat” khusus saat hukuman sementara dihilangkan jika seseorang mekakukan perbuatan khusus seperti melakukan perbuatan baik atau melakukan doa tertentu.

The image “http://catholic.podcast.cyberlusion.com/images/2009-07-04_seven_sacraments_of_the_catholic_church.jpg” cannot be displayed, because it contains errors.


Pada Abad Pertengahan, para pemalsu yang bekerja kepada uskup-uskup yang tidak patuh akan menulis indulgensi yang menawarkan pengampunan dosa-dosa (penghilangan hukuman kekal) sebagai ganti uang-uang sumbangan yang sering dipakai untuk pembangunan gereja-gereja. Para paus telah sejak lama mencoba mengakhiri pemyalahgunaan itu tetapi butuh waktu tiga abad untuk benar-benar menghentikan penjualan indulgensi itu. Indulgensi sebenarnya sudah ada sejak awal Kekristenan dan Gereja melanjutkan pemberian indulgensi hari ini. Wikipedia telah menjelaskan dengan baik mengenai penyalahgunaan indulgensi dari Abad Pertengahan itu. Anda dapat membacanya dalam bahasa Inggis di sini atau bahasa Indonesia di sini. Di sini artikel di BBC mengenai indulgensi terbaru yang diberikan Paus Benedict XVI pada tahun 2007.

4

Kaisar Konstantin

Kesalahpahaman: Kaisar Konstantin mendirikan Gereja Katolik pada 325 M

Pada 313 M, Kaisar Konstantin I mengumumkan tolerasi terhadap Kekristenan dalam Dekrit Milan, yang mencabut hukuman atas pernyataan iman Kristen. Pada usia 40 tahun, dia diyakini bertobat dan menjadi seorang Kristen [sedangkan sejarah menyebutkan bahwa ia sama sekali tidak pernah dibaptis hingga menjelang kematiannya], lalu pada tahun 325 M, dia menyelenggarakan Konsili Nicea pertama. Karena pentingnya konsili ini, banyak orang percaya bahwa Konstantinlah yang mendirikan Gereja, namun faktanya telah ada beberapa konsili (meskipun tidak besar) yang diselenggarakan lebih dulu sebelum Konsili Nicea ini dan struktur Gereja (Katolik) telah berdiri. Konstantin hadir dalam konsili ekumenis ini semata-mata sebagai pengamat dan para uskup serta wakil dari Paus (Uskup Roma) yang membuat semua keputusan. Sebelum Konsili Nicea, terutama di Gereja Barat, pembujangan para imam telah dianggap sebagai norma, pembaptisan bayi dipraktikan (sebagai bagian dari tujuh sakramen), dan struktur atau hierarki para imam dan uskup saat itu telah berlangsung selama 300 tahun!

3

Pembujangan Imam

Kesalahpahaman: Seluruh imam Katolik tidak boleh menikah

Ini dapat dikatakan sebagai salah satu dari fakta menakjubkan yang keliru. Untuk menjelaskan perkara yang satu ini, kita pertama kali perlu mengerti sifat dari Gereja katolik. Di dalam Gereja semesta, terdapat golongan-golongan (juga disebut gereja-gereja tetapi bukan dalam hal bahwa mereka terpisah)—yang paling umum adalah, tentunya, Gereja Katolik Roma (Latin). Lalu ada pula Gereja Katolik Timur (bukan Ortodoks Timur yang memang berbeda ajaran). Keduanya jatuh dalam yurisdiksi Kepausan dan memiliki doktrin yang sama. Terdapat banyak perbedaan di antara dua golongan ini, tetapi hanya dalam masalah tata peribadahan dan aturan-aturan tertentu. Di Gereja Timur, para imam diizinkan untuk menikah—tetapi seorang imam yang telah menikah tidak dapat menjadi uskup.

Hal ini pun adakalanya terjadi di Gereja Latin, para pastur yang beralih dari agama atau denominasi lain, seperti Gereja Inggris (Anglikan) tetap diizinkan menjadi imam meskipun mereka telah menikah, jadi imam yang menikah dapat kita temui pula di dalam Gereja Katolik. Tidak percaya? Inilah buktinya. Dan ini bukti lainnya.

2

Alkitab Modifikasi

Kesalahpahaman: Gereja menambah kitab-kitab lain ke dalam Alkitab

Perjanjian Lama versi Katolik berbeda dari versi Protestan (maupun Restorasionisme) sebab dalam edisi Katolik terdapat tujuh kitab lebih banyak daripada Alkitab Protestan. Kitab-kitab ekstra ini menjadian suatu alasan bagi banyak orang untuk manganggap bahwa Gereja telah menambahkannya ke dalam Alkitab, namumn faktanya kitab-kitab ini dianggap sebagai kanon resmi (daftar kitab-kitab) oleh semua umat Kristen sampai terjadinya reformasi Protestan di mana Martin Luther (pemimpin revolusi tersebut) menghilangkannya karena tidak termasuk dalam kanon yang ditetapkan dalam Konsili Jamnia 90 M. Menariknya, beberapa dari kitab-kitab tersebut berisi penegasan mengenai doktrin-doktrin Katolik yang tidak diyakini oleh Luther. Alasan Gereja Katolik menggunakan edisi Yunani (Septuaginta) adalah karena para rasul juga dipercaya menggunakannya ketika mengajar.

Luther memutuskan untuk menggunakan kanon Masoret Yahudi (sekitar 700–1000 M) daripada, yang dianggap sebagai, kanon Rasuli. Tujuh buku, yang dinamakan Deterokanonika, yang dilepaskan dari Alkitab Katolik olehnya yaitu: Tobit, Yudit, 1 Makabe, 2 Makabe, Kebijaksanaan Salomo, Yesus bin Sirakh, dan Barukh. Sementara setelah pada awalnya menginginkan untuk membuang setidaknya satu kitab (Surat Yohanes, karena dianggap bertentangan dengan ajaran Luther bahwa iman semata, sola fide, yang dibutuhkan untuk beroleh keselamatan [1 Yoh 2]) dari Perjanjian Baru, Luther akhirnya memutuskan untuk menerima Perjanjian Baru Katolik secara penuh—seperti dia akhirnya menerima banyak hasil konsili ekumenis yang diselenggarakan Gereja Katolik.

Menariknya, Hanukah juga disebutkan hanya dalam 1 dan 2 Makabe, yang tidak termasuk ke dalam Perjanjian Baru versi Yahudi dan Protestan.

1

Kepausan Abad Pertengahan

Kesalahpahaman: Kepausan merupakan sebuah temuan Abad Pertengahan

Sri Paus adalah Uskup Roma, dan sejak awal Kekristenan dia dipercaya oleh umat Katolik sebagai kepala dari seluruh Gereja. Barulah sejak 538 M, Kaisar Yustinian melalui Undang-Undang Yustinian secara resmi mengumumkan bahwa Uskup Roma dinobatkan sebagai kepala dari seluruh Gereja, baik di Barat dan di Timur. Fakta bahwa kapausan sudah dimulai sejak awal Kekristenan disinggung dalam banyak dokumen Gereja awal dan bahkan diyakini ada dalam Alkitab sendiri: “Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus [Yunani untuk “batu karang”], dan di atas batu karang [Yunani: petra, Aram: kefas] ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku” (Mat 16:18). Petrus diyakini sebagai Uskup Roma pertama [di lain pihak, juga sebagai Patriark Antiokia pertama] dan dia memimpin Gereja hingga kematiannya pada tahun 64 M, di mana Santo Linus menlanjutkannya sebagai Sri Paus kedua. Santo Irenaeus menyebutnya di sini:

Para rasul yang diberkati, lalu, setelah mendirikan dan membangun Gereja, menyerahkan kepada tangan Linus jabatan keuskupan [jabatan sebagai Uskup Roma]. Dari Linus itulah, Paulus mengirimkan salam dalam Surat kepada jemaat Timotius [2 Tim 4:21]. Untuk dia Anakletus menjadi penerusnya [Paus ketiga]; dan setelah dia, di tempat ketika dari para utusan, Klementius [Paus keempat] diberikan tugas keuskupan. — Melawan Bidat, 180 M

Santo Irenaeus lalu menyebutkan enam paus lain dan berbagai pekerjaan berbeda yang mereka lakukan selama kekuasaan mereka—seperti pembebanan oleh Paus Linus atas perintah agar perempuan memakai menutup kepalanya (dengan kerudung) di Gereja (sebuah aturan yang, meskipun sering diabaikan, masih berlaku hingga sekarang).

(sumber: listverse.com)

Comments (1)

🙏🏼

Post a Comment