AHMADIYAH MENJAWAB

Posted by mochihotoru | Posted in , , , | Posted on 9:03:00 PM

Oleh M.B. Shamsir Ali, SH, SHD

Telah lebih sebulan ini harian Republika sering kali memuat artikel tentang Jemaat Ahmadiyah dan pendirinya dalam berbagai judul. Sejauh yang kami ketahui, sangat sedikit sekali, bahkan boleh dikatakan tidak ada, upaya Republika untuk mengkonfrontasi isi artikel itu kepada pihak Jemaat Ahmadiyah Indonesia (Ahmadiyah Qadian), yang berpusat di Bogor, padahal hal itu sangat penting agar pembaca Republika memperoleh informasi yang benar, akurat dan berimbang. Sekedar contoh kelemahan akibat tidak dilaksanakannya amanat etika jurnalistik itu terjadi pada wawancara Rachmat Santosa Basarah dengan Ahmad Hariadi yang dimuat Republika tanggal 14 Mei 2008 yang lalu.


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhg30OmAIflnoXGahIsNP0n3nyHgeqHvEhyphenhyphentuutS14r3pIv7-g1LzUdOY5Pc4hh4sPRkWN1wffSX5QhULtgr9nqrSXYXx-vI2L5uxdUUN5Zp76JJYnJSb_8b_Ijv35uePVPjXok-Rp_PB0/s320/ahmadiyah+z.jpg

Dalam wawancara itu, Ahmad Hariadi ditanya: “Siapa pemimpin Ahmadiyah sedunia sekarang?”

Hariadi menjawab: “Mirza Ghulam Ahmad, lahir pada 1835 dan meninggal pada 1908. Dia mendirikan Ahmadiyah tahun 1889. Setelah meninggal, dia diganti oleh khalifah Ahmadiyah pertama. Kemudian, bertutur-turut diganti oleh khalifah kedua, ketiga, dan keempat. Khalifah keempat ini adalah cucunya Mirza Ghulam Ahmad, namanya, Tahir Ahmad.” (Tugas Saya Menyadarkan Jemaat Ahmadiyah, Republika, 14 Mei 2008, http://www.republika .co.id/koran_ detail.asp? id=333920&kat_id=505)

Semua orang yang meneliti secara langsung pasti tahu bahwa Hazrat Mirza Tahir Ahmad sudah wafat beberapa tahun yang lalu. Sekarang, Jemaat Ahmadiyah telah dipimpin oleh khalifahnya yang kelima, Hazrat Mirza Masroor Ahmad. Kekeliruan seperti ini sungguh sangat keterlaluan, sebab ini merupakan fakta yang terbuka dan jelas, setiap saat siapa saja dapat mengakses situs resmi Jemaat Ahmadiyah seperti: www.alIslam.org, www.mta.tv, atau situs-situs resmi Ahmadiyah di berbagai negara di dunia.

Begitu pula dalam Republika 16 April 2008 (‘Wahyu Cinta’ Mirza Ghulam) tertulis, “Ada 88 kitab—termasuk Tadzkirah—yang dikarang Mirza Ghulam Ahmad…” Padahal Tadzkirah bukan dikarang oleh Hazrat Mirza Ghulam Ahmad.

Bila hal-hal ‘sederhana’ semacam itu terjadi kekeliruan maka dapat dipastikan terjadi kekeliruan dalam tulisan-tulisan Republika lainnya yang berkaitan dengan Jemaat Ahmadiyah dan pendirinya, Hazrat Mirza Ghulam Ahmad yang kebanyakannya dikutip dari pihak-pihak yang berseberangan dengan Jemaat Ahmadiyah atau mantan penganut aliran Ahmadiyah seperti Hasan Aodah maupun Ahmad Hariadi yang dikeluarkan dari aliran Ahmadiyah—bukan “keluar” melainkan “dikeluarkan” dari Ahmadiyah. Republika hanya bertumpu kepada Hasan Bin Mahmud Aodah—seperti musuh-musuh Islam yang kebanyakan bertumpu pada Ali Sina (pendiri Faithfreedom) yang mengaku mantan penganut Islam—tentang asumsi bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah pelayan imperialis Inggris. Sepatutnya Republika menghubungi pihak pemerintah Inggris ataupun India untuk memastikan kebenaran klaim Aodah itu.

Mengingat tidak mungkin semuanya dapat dikemukakan maka sebagai pemenuhan atas hak jawab. Berikut ini kami sampaikan pernyataan Pendiri Jemaat Ahmadiyah tentang keIslaman beliau dan kecintaan beliau kepada agama Islam dan Rasul Allah Muhammad—salawat dan damai sejahtera dari Allah semoga dilimpahkan baginya.

Jemaat Ahmadiyah

Ahmadiyah adalah sebuah Jamaah Islam yang didirikan oleh Hazrat Mirza Ghulam Ahmad pada tahun 1889 Masehi/ 1306 Hijriah, di Qadian India. Dia dipercaya mendakwakan diri sebagai Imam Mahdi dan Almasih yang dijanjikan kedatangannya oleh Muhammad.

Jemaat Ahmadiyah bukan sebuah agama baru. Jemaat Ahmadiyah bekerja untuk menghidupkan agama Islam dan menegakkan syariat Islam. Hazrat Mirza Ghulam Ahmad menulis, “Wahai kalian yang bermukim di muka bumi dan wahai jiwa semua yang ada di barat atau di timur, aku maklumkan secara tegas bahwa kebenaran hakiki di dunia ini hanyalah Islam, Tuhan yang benar adalah Allah sebagaimana yang terdapat di dalam Alquran, sedangkan Rasul yang memiliki hidup kerohanian yang abadi dan sekarang bertahta di atas singgasana keagungan dan kesucian adalah wujud terpilih Muhammad. ( Rukhani Khazain, vol. 15, hal. 141); Di bawah kolong langit ini hanya ada satu Rasul dan satu Kitab. Rasul itu adalah Hazrat Muhammad yang lebih luhur dan agung serta paling sempurna dibanding semua Rasul … Kitab tersebut adalah Alquran yang merangkum bimbingan yang benar dan sempurna.” (Rukhani Khazain, vol. 1 hal. 557

Jemaat Ahmadiyah berpegang teguh kepada Kitab Suci Alquran Alkarim. Hazrat Mirza Ghulam Ahmad menulis, “Keselamatan dan kebahagiaan abadi manusia adalah karena bisa bertemu dengan Tuhannya dan hal ini tidak akan mungkin dicapai tanpa mengikuti Kitab Suci Alquran.” (Rukhani Khazain vol. 10 hal. 442); “Apa yang termaktub di dalam Alquran merupakan wahyu utama dan mengatasi serta berada di atas semua wahyu-wahyu lainnya.” (Majmua Isytiharat, vol. 2 hal. 84); “Kitab Suci Alquran merupakan sebuah mukjizat yang kapanpun tidak ada dan tidak akan pernah ada tandingannya.” (Malfuzhat, vol. III, hal. 57)

Berkenaan dengan dua kalimat syahadat, beliau menulis, ““Inti dari kepercayaan saya adalah: Laa ilaaha illallahu, Muhammadur Rasulullahu (Tak ada ilah selain Allah, Muhammad adalah utusan Allah). Kepercayaan kami yang menjadi pergantungan dalam hidup ini, dan yang padanya kami, dengan rahmat dan karunia Allah, berpegang sampai saat terakhir dari hayat kami di bumi ini ialah: Sayyidina Maulana Muhammad adalah Khataman Nabiyyin dan Khairul Mursalin, yang termulia dari antara nabi-nabi. Di tangan beliau hukum syariat telah disempurnakan. Karunia yang sempurna ini pada waktu sekarang adalah satu-satunya penuntun ke jalan yang lurus dan satu-satunya sarana untuk mencapai ‘kesatuan’ dengan Tuhan Yang Mahakuasa.” (Hazrat Mirza Ghulam Ahmad, Izalah Auham, 1891: 137)

Jemaat Ahmadiyah berkeyakinan bahwa Nabi Muhammad adalah khataman nabiyyin. Pendiri Jemaat Ahamdiyah menulis:

“Tuduhan yang dilontarkan terhadap diri saya dan terhadap Jamaah saya bahwa kami tidak mempercayai Rasul Allah Muhammad sebagai Khataman Nabiyyin merupakan kedustaan besar yang dilontarkan kepada kami. Kami meyakini Rasul Allah Muhammad shallallahu alaihi wasallam [salawat dan damai sejahtera dari Allah semoga dilimpahkan baginya] sebagai Khatamul Anbiya dengan begitu kuat, yakin, penuh makrifat, dan bashirat, yakni seperseratus ribu dari yang itu pun tidak dilakukan oleh orang-orang lain. Dan memang tidak demikian kemampuan mereka. Mereka tidak memahami hakikat dan rahasia yang terkandung di dalam Khatamun Nubuwat Sang Khatamul Anbiya. Mereka hanya mendengar sebuah kata dari tetua mereka, tetapi tidak tahu menahu tentang hakikatnya. Dan mereka tidak tahu apa yang dimaksud dengan Khatamun Nubuwat—yakni apa makna mengimaninya. Namun kami, dengan penuh bashirat (Allah Mahatinggi yang lebih tahu) meyakini Rasul Allah Muhammad shallallahu alaihi wa sallam sebagai Khatamul Anbiya. Dan Allah Taala [Allah Mahatinggi] telah membukakan pintu hakikat Khatamun Nubuwwat kepada kami sedemikian rupa, yakni dari serbat irfan yang telah diminumkan kepada kami itu kami mendapat suatu kelezatan khusus yang tidak dapat diukur oleh siapapun kecuali oleh orang-orang yang memang telah kenyang minum dari mata air ini juga.” (Hazrat Mirza Ghulam Ahmad, Malfuzhat, jld. I, halaman 342)

“Dengan sungguh-sungguh saya percaya bahwa Nabi Muhammad adalah Khatamul Anbiya. Seorang yang tidak percaya pada Khatamun Nubuwwah beliau, adalah orang yang tidak beriman dan berada di luar lingkungan Islam.” (Hazrat Mirza Ghulam Ahmad, Taqrir Wajibul I’lan, 1891)

“Martabat luhur yang diduduki junjungan dan penghulu kami, yang terutama dari semua manusia, nabi yang paling besar, Hazrat Khatamun Nabiyyin SAW [salawat dan damai sejahtera dari Allah semoga dilimpahkan baginya] telah berakhir dalam diri beliau yang di dalamnya terhimpun segala kesempurnaan dan yang sebaliknya tak dapat dicapai manusia.” (Hazrat Mirza Ghulam Ahmad, Taudhih Maram, 1891 hal. 23)

“Yang dikehendaki Allah supaya kita percaya hanyalah ini, bahwa Dia adalah Esa (Tunggal) dan Muhammad adalah Nabi-Nya, dan bahwa beliau adalah Khatamul Anbiya dan lebih tinggi dari semua makhluk.” (Hazrat Mirza Ghulam Ahmad, Kisti Nuh, tahun 1902, halaman 15)

“Untuk sampai kepada-Nya semua pintu telah tertutup, kecuali sebuah pintu yang dibukakan oleh Alquran Almajid [yang mulia] dan semua kenabian dan semua kitab-kitab yang terdahulu tidak perlu lagi diikuti, sebab kenabian Muhammad, mengandung dan meliputi semuanya itu. Selain ini semua jalan tertutup. Semua jalan yang membawa kepada Tuhan terdapat di dalamnya. Sesudahnya tidak akan datang kebenaran baru, dan tidak pula sebelumnya ada suatu kebenaran yang tidak terdapat di dalamnya. Sebab itu, di atas kenabian ini habislah semua kenabian. Memang sudah sepantasnya demikian sebab sesuatu yang ada permulaannya, tentu ada pula kesudahannya.” (Hazrat Mirza Ghulam Ahmad, Al Wasiyat, JAI 2006, hal. 24)

“Sesudah Nabi Muhammad, tidak boleh lagi mengenakan istilah ‘nabi’ bagi seseorang, kecuali bila ia lebih dahulu menjadi seorang umat dan pengikut dari Nabi Muhammad.” (Hazrat Mirza Ghulam Ahmad, Tajalliyati Ilahiyah, 1906, hal. 9)

“Semua pintu kenabian telah tertutup kecuali pintu penyerahan seluruhnya kepada Nabi Muhammad dan pintu fana seluruhnya ke dalam beliau.” (Hazrat Mirza Ghulam Ahmad, Ek Ghalti ka Izalah, 1901, hal. 3)

Hazrat Mirza Ghulam Ahmad sangat mengasihi Rasul Allah Muhammad, berkenaan dengan kecintaan dan kesediaan beliau mengorbankan jiwa raga demi kemuliaan Rasul Allah Muhammad beliau menulis:

“Saya katakan dengan sejujur-jujurnya bahwa kami dapat berdamai dengan ular berbisa dan srigala buas, tetapi kami tak dapat berkompromi dengan orang yang melakukan serangan-serangan keji terhadap Nabi Muhammad yang kami cintai, orang yang lebih kami hargakan dari kehidupan kami dan orang tua kami.” (Hazrat Mirza Ghulam Ahmad, Paighami Sulh, 1908 hal. 30)

“Sekiranya orang-orang ini menyembelih anak-anak kami di depan mata kami dan mencincang apa-apa yang kami cintai sampai berkeping-keping dan membuat kami mati dengan hina dan malu dan merampas semua harta dunia kami, maka demi Tuhan, semua itu tidak akan begitu menyakitkan hati kami seperti yang kami alami atas cacian dan hinaan yang dilancarkan kepada Nabi kami, Muhammad.” (Hazrat Mirza Ghulam Ahmad, Aina Kamalati Islam, 1893, hal. 52)

“Aku menyaksikan suatu kehebatan dalam wajahmu yang bersinar cemerlang, yang melebihi semua sifat manusia lain. Pada wajahnya tampak Tuhan Muhaimin [Yang Mengaruniakan Keamanan] dan seluruh keadaannya bagaikan cermin. Yang menampakkan keindahan sifat ilahi dan kebesarannya sungguh menyilaukan. Ia mengungguli seluruh manusia dengan kemampuan, kesempurnaan dan keelokannya dan kehebatan serta dalam kesegaran jiwanya. Sedikitpun tidak diragukan lagi, Muhammad shallallahu alaihi wa sallam adalah terbaik di antara seluruh makhluk. Paling mulia di antara yang mulia dan inti orang-orang yang terpilih. Segala sifat yang terbaik dan terpuji, pada diri beliaulah puncaknya. Anugerah nikmat yang ada pada setiap zaman, telah berakhir dalam dirinya. Dia adalah yang terbaik dari semua orang yang mendapat Qurb Ilahi [kedekatan ilahi] sebelumnya. Keunggulan beliau karena kebaikan-kebaikan, bukan karena zaman. Wahai Tuhanku, turunkanlahh berkat-berkat kepada Nabi-Mu abadi selamanya, di dunia ini dan di hari kebangkitan kedua.” (Hazrat Mirza Ghulam Ahmad, Aina Kamalaati Islam, halaman 594-596)

Dalam usia lebih dari 100 tahun, Jemaat Ahmadiyah telah berkembang dan berada di hampir 200 negara di dunia dengan jumalah anggota lebih dari 200 juta jiwa.

Dalam upaya menegakkan agama Islam dan menyebarkan syiar Islam keseluruh dunia. Jemaat Ahmadiyah mendapat dana dari pengorbanan para anggota yaitu infak/ iuran setiap anggota wajib membayar infak/ iuran tiap bulannya sebesar 1/16 sampai dengan 1/3 dari pendapatan perbulan.

Jemaat Ahmadiyah tidak pernah meminta atau menerima satu sen pun dana/ biaya dari luar: baik dari perorangan/ organisasi/ pemerintah/ negara.

Jemaat Ahmadiyah Indonesia adalah bagian dari Jamaah Ahmadiyah Internasional yang didirikan oleh Hazrat Mirza Ghulam Ahmad Qadiani pada tahun 1889 di Qadian, India. Hazrat Mirza Ghulam Ahmad kami, penganut Ahmadiyah Qadian, yakini adalah Almasih dan Imam Mahdi yang kedatangannya telah dijanjikan oleh Nabi Muhammad sang Rasul Allah. Keyakinan tentang datangnya Imam Mahdi dan Isa Almasih di Akhir Zaman adalah keyakinan seluruh umat Islam dari golongan manapun. Tugasnya adalah menghidupkan kembali agama Islam dan menegakkan kembali syariat Islam.

Jemaat Ahmadiyah pertama kali datang ke Indonesia pada tahun 1925, diundang oleh Persatuan Mahasiswa Jawa Sumatra di India ketika itu, yang akhirnya Maulana Rahmat Ali Haot merupakan Muballigh pertama yang diutus ke Indonesia oleh Hazrat Al-Hajj Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad, Khalifah Ahmadiyah ketika itu.

Jemaat Ahmadiyah berperan aktif dalam proses pendirian NKRI dan salah seorang anggotanya, Sayyid Shah Muhammad adalah Ketua Panitia Pemulihan Pemerintahan RI. dia mendapat bintang jasa kehormatan dari pemerintah Republik Indonesia atas jasa-jasanya.

Jemaat Ahmadiyah Indonesia dikukuhkan ber-Badan Hukum sesuai bunyi Lembaran Berita Negara no. 26 tahun 1953 dengan penetapan Menteri Kehakiman RI No. JA 5/23/13 tanggal 13 Maret 1953.

Dalam upaya menyebarkan ajaran Islam, Jemaat Ahmadiyah mengirimkan ribuan dai (memberita Alquran) ke seluruh penjuru dunia; membangun ribuan masjid di berbagai penjuru dunia di antaranya Masjid Baitul Futuh, Morden London UK yang merupakan mesjid terbesar di Eropa Barat; menerjamahkan Alquran ke dalam 100 bahasa di dunia sehingga seluruh bangsa dapat mempelajari secara langsung Kitab Suci tersebut; Mendirikan stasiun televisi MTA Internasional (MTA 1; MTA 2 dan MTA 3 Al Arabiyya) yang dipancarkan ke seluruh penjuru dunia 24 jam nonstop menggunakan tujuh buah satelit; melaksanakan bakti kemanusiaan melalui Humanity First tanpa memandang ras, agama, keyakinan maupun bangsa, termasuk membantu menanggulangi Tsunami di Aceh;

Jamaah Ahmadiyah Internasional dipimpin oleh Hazrat Mirza Masroor Ahmad, Khalifatul Masih V yang saat ini berkedudukan di London, Inggris. Dalam rangkaian muhibah pimpinan tertinggi Jamaah Ahmadiyah Internasional, tanggal 17-19 April 2008 Khalifah Ahmadiyah, Hazrat Mirza Masroor Ahmad menghadiri pertemuan tahunan Ahmadiyah Ghana yang dihadiri oleh Presiden Ghana, Ageyaku Kufour, dan wakil Presiden, Alhaj Aliu Mahama dan pajabat-pejabat Negara lainnya.

Jemaat Ahmadiyah perpegang teguh kepada mottonya, “Love for All, Hatred for None” (Cinta kepada semua orang, dan tiada kebencian kepada siapapun).

Sumber: akucintaislam.blogspot.com

Comments (2)

200 Juta anggota 2005 menjadi 80 Juta 2009
http://www.alislam.org/London-Bombings-Resources/Press-Release-London-Bombings.pdf
http://www.alislam.org/egazette/press-release/muslim-leader-urges-peaceful-propagation-of-islam/

200 Juta anggota 2005 menjadi 80 Juta 2009
http://www.alislam.org/London-Bombings-Resources/Press-Release-London-Bombings.pdf
http://www.alislam.org/egazette/press-release/muslim-leader-urges-peaceful-propagation-of-islam/

Post a Comment