KERAGUAN TERHADAP PAULUS

Posted by mochihotoru | Posted in , , , , | Posted on 10:19:00 PM

Banyak yang berpendapat bahwa Paulus adalah penyesat ajaran Kekristenan seperti mengajarkan bahwa Taurat sudah tidak berlaku lagi. Ajarannya dianggap bertentangan dengan murid-murid Yesus lainnya. Benarkah klaim ini?

Sebenarnya Yahudi dan Muslim memiliki pandangan yang sama terhadap Paulus yaitu sama-sama menolak orang yang dulunya bernama Saulus ini sebagai rasul (baca: utusan). Namun kalau mengenai Yesus mereka berbeda: Yudaisme (Rabinik) menolak Yesus sebagai seorang Mesias (Juruselamat) bahkan menyebut Yesus nabi palsu, sedangkan Islam sudah menerima Yesus sebagai seorang Nabi, Tuan, dan Mesias (Juruselamat), tapi menolak keilahiannya seperti yang diyakini umat kristiani Trinitarian.

Tuduhan terhadap Paulus didasarkan pada perbedaan ajaran Paulus dengan ajaran Yesus, Yohanes Pembaptis dan Yakobus. Namun jika memperhatikan konteks sejarah jemaat mula-mula, sebenarnya banyak persoalan yang diungkap saat itu menyangkut perbedaan pandangan terhadap orang non-Yahudi, apakah harus menjalankan Taurat atau tidak? Persoalan ini kemudian diselesaikan oleh para rasul itu sendiri dalam sidang di Yerusalem (Kis 15).

“Setibanya di Yerusalem mereka (Paulus & Barnabas) disambut oleh jemaat dan oleh rasul-rasul dan penatua-penatua, lalu mereka menceritakan segala sesuatu yang Allah lakukan dengan perantaraan mereka” (Kis 15:4).

Mereka disambut oleh para rasul (kedua belas murid Yesus) dan setelah mendengar kesaksian Paulus, mereka kemudian berunding dan mengambil keputusan. Petrus sebagai pemimpin sidang tersebut, lalu berpidato untuk meyakinkan para rasul lain agar menerima Paulus dan Barnabas yang telah berjasa mempertobatkan orang-orang non-Yahudi kafir.

http://www.lasvegasorthodox.com/images/St._paul.jpg http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/9/92/Execution_of_st_paul-400.jpg

“Sesudah beberapa waktu lamanya berlangsung pertukaran pikiran mengenai soal itu, berdirilah Petrus dan berkata kepada mereka: “Hai saudara-saudara, kamu tahu, bahwa telah sejak semula Allah memilih aku dari antara kamu, supaya dengan perantaraan mulutku bangsa-bangsa lain mendengar berita Injil dan menjadi percaya” (Kis 15:7).

“Kalau demikian, mengapa kamu mau mencobai Allah dengan meletakkan pada tengkuk murid-murid itu suatu kuk, yang tidak dapat dipikul, baik oleh nenek moyang kita maupun oleh kita sendiri? Sebaliknya, kita percaya, bahwa oleh kasih karunia Tuhan Yesus Kristus kita akan beroleh keselamatan sama seperti mereka juga” (Kis 15:10-11).

Dari perkataan Petrus, salah satu murid yang dikasihi Yesus, ini sangat jelas bahwa ia menyatakan bahwa keselamatan didapat melalui kasih karunia Tuhan Yesus. Ini sejalan dengan pengajaran Paulus tentang keselamatan hanya oleh kasih karunia Yesus.

“Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah [melalui Yesus Kristus]” (Ef 2:8).

Rasul Yohanes juga menuliskan pengajaran Yesus bahwa keselamatan didapat melalui percaya kepada-Nya.

“Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah” (Yoh 3:18).

Ajaran Paulus ini sama sekali tidak menyalahi ajaran Yakobus, yang merupakan murid Yesus langsung, dalam Yak 2:14-26 yang menekankan bahwa iman harus disertai dengan perbuatan.

Jika dilihat dari situasi kala itu, jelas sekali Paulus dalam Rm 3:19-31 dan Ef 2:4-10 itu bermaksud untuk mengingat orang-orang percaya di sana agar tidak ikut-ikutan seperti orang-orang kafir yang selalu memegahkan diri karena iman mereka (lihat Kis 19:23-40). Sebab kemegahan akan perbuatan itulah yang akan membuat orang percaya hina kembali (1 Kor 5:6, Yak 4:16).

Selanjutnya mengenai Taurat, Petrus menekankan bahwa orang non-Yahudi (goyim, gentiles) tidak benar-benar harus dibebankan untuk menjalankan aturan Taurat seperti bersunat (yang digambarkan dengan “kuk”)—karena orang-orang kebanyakan orang non-Yahudi yang menerima Injil sudah telanjur ketakutan dengan aturan bersunat. Hal ini pun sejalan dengan pengajaran Paulus tentang Taurat.

“Jadi hukum Taurat adalah penuntun bagi kita sampai Kristus datang [parousia], supaya kita dibenarkan karena iman” (Gal 3:24).

Yakobus, murid yang juga dikasihi Yesus, pun berbicara dalam sidang itu yang intinya selaras dgn Petrus dan Paulus.

“Sebab itu aku (Yakobus) berpendapat, bahwa kita tidak boleh menimbulkan kesulitan (menjalankan Taurat dengan terlalu kaku) bagi mereka dari bangsa-bangsa lain yang berbalik kepada Allah” (Kis 15:19).

Dari sidang Yerusalem ini, kita bisa mendapatkan beberapa hal bahwa Paulus tidaklah bertentangan dengan para rasul lainnya! Ajaran Paulus secara prinsip selaras dengan ajaran para rasul (Petrus, Yakobus, dan lainnya). Selain itu, sebenarnya tidak ada bukti bahwa Paulus meninggalkan (tidak mengerjakan) hukum Taurat itu, termasuk aturan soal makanan (lihat Kis 28:17). Semua pemahaman bahwa ia tidak mengerjakan hukum Taurat hanya berdasarkan tafsiran belaka atas ayat seperti Rm 2:1-29, 6:15—tanpa didukung fakta-fakta sejarah.

“Jika demikian, adakah kami membatalkan hukum Taurat karena iman? Sama sekali tidak! Sebaliknya, kami meneguhkannya” (Rm 3:31).

Walaupun dalam surat-surat Paulus ada hal-hal yang memang agak sulit dipahami, namun Tuhan memakai dia karena latar belakangnya sebagai sarjana Yahudi murid Imam Besar Gamaliel. Ia juga diduga pernah menjadi salah satu anggota Sanhedrin (Mahkamah Agama Yahudi) yang terdiri dari 71 ahli Taurat dan sejarawan Yahudi. Tidak heran dia bisa bersoal jawab dengan para filsuf di Atena. Petrus sendiri mengakui hal ini.

“Anggaplah kesabaran Tuhan kita sebagai kesempatan bagimu untuk beroleh selamat, seperti juga Paulus, saudara kita yang kekasih, telah menulis kepadamu menurut hikmat yang dikaruniakan kepadanya. Hal itu dibuatnya dalam semua suratnya, apabila ia berbicara tentang perkara-perkara ini. Dalam surat-suratnya itu ada hal-hal yang sukar dipahami, sehingga orang-orang yang tidak memahaminya dan yang tidak teguh imannya, memutarbalikkannya menjadi kebinasaan mereka sendiri, sama seperti yang juga mereka buat dengan tulisan-tulisan yang lain” (2 Pet 3:15-16).

Poin terakhir yang cukup penting, yaitu dari kehidupan Paulus itu sendiri:

“Lima kali aku disesah orang Yahudi, setiap kali empat puluh kurang satu pukulan, tiga kali aku didera, satu kali aku dilempari dengan batu, tiga kali mengalami karam kapal, sehari semalam aku terkatung-katung di tengah laut. Dalam perjalananku aku sering diancam bahaya banjir dan bahaya penyamun, bahaya dari pihak orang-orang Yahudi dan dari pihak orang-orang bukan Yahudi; bahaya di kota, bahaya di padang gurun, bahaya di tengah laut, dan bahaya dari pihak saudara-saudara palsu” (2 Kor 11:24-26).

Apakah mungkin Paulus dari Tarsus menjalankan misinya dengan dasar kebohongan—seperti tuduhan yang berdasarkan Rm 3:7? Jelas tidak mungkin! Karena tidak ada orang yang mau mati untuk suatu kebohongan. Dan dia mati seperti murid-murid lainnya yg mati syahid, kecuali Yohanes. Mereka semua melakukannya karena iman yang teguh kepada Juruselamat mereka, Yesus Kristus!

(www.sammy-summer.co.cc)

Comments (0)

Post a Comment