APOLOGETIKA KATOLIK
Posted by mochihotoru | Posted in Christianity, Holy Books, Myth, Protestant, Religions, Roman Catholic | Posted on 9:43:00 PM
Oleh: dr. PY Kusuma T, SpOG (K)
PENDAHULUAN
Apologetika dapat diartikan sebagai konsep mempertahankan kebenaran sebuah ajaran atau pendapat, sehingga dapat diartikan sebagai pemahaman atau penjelasan atas kebenaran sebuah ajaran atau pendapat yang diyakini. Dalam hal ini terkait dengan dogma atau doktrin atau ajaran gereja Katolik.
Masih banyak orang non-kristiani maupun kristiani non-katolik yang mempertanyakan kebenaran suatu dogma atau doktrin atau bahkan kebiasaan ritual dalam Agama Katolik, apakah mempunyai dasar Alkitabnya. Berikut adalah tulisan yang diambil dari sudut pandang Gereja Katolik.
POKOK BAHASAN
1. Jumlah Kitab/ Surat dalam Alkitab.
2. Salib (dengan Corpus)
3. Tujuh Sakramen
4. Kristen Katolik vs Kristen Protestan (Sola Scriptura, Sola Gratia, Sola Fides)
5. Cara Baptis Katolik Tidak Sah?
6. Ekaristi: Berhala?
7. Doa Arwah: Apa Dasar Alkitabnya?
8. Selibat Bertentangan dengan Kodrat Manusia?
Kedelapan pokok bahasan di atas untuk kelas Misi Evangelisasi. Sedangkan akan menyusul nanti tujuh pokok bahasan berikutnya yang ditujukan untuk kelas Permuridan.
9 Ada Keselamatan di Luar Gereja?
10 Api Pencucian.
11. Paus, Uskup, sebagai Pimpinan Gereja.
12. Apakah Pengakuan Dosa itu Alkitabiah?
13, Kebangkitan dan Pengangkatan.
14. Kiamat/ Akhir Zaman
15. Yesus Manusia Biasa?
16. Lain-Lain.
URAIAN SINGKAT POKOK BAHASAN
1. JUMLAH KITAB DI DALAM ALKITAB
Seringkali muncul pertanyaan: Berapa jumlah kitab di dalam Alkitab? Mengapa ada perbedaan antara Kristen Protestan dan Kristen Katolik?
Alkitab yang digunakan Gereja Kristen Katolik terdiri dari: 39 kitab dalam Perjanjian Lama, 7 kitab dalam Deterokanonika, dan 27 kitab dalam Perjanjian Baru. Jadi seluruhnya berjumlah 73 kitab. Sedangkan Alkitab yang digunakan Gereja Kristen Protestan terdiri dari 39 kitab dalam Perjanjian Lama dan 27 kitab dalam Perjanjian Baru. Mereka tidak memasukkan Deterokanonika sebagai bagian dari Alkitab. Perbedaan itu berdasarkan atas sejarah penetapan kanon.
Kanon sendiri berarti “batang gelagah”. Dalam perkembangannya berarti juga “tongkat pengukur”, akhirnya mendapat arti kiasan, yaitu “pedoman” atau “norma”. Kini pengertian kanon Alkitab adalah semua kitab resmi yang diakui Gereja sebagai kitab yang diwahyukan oleh Allah.
Kitab-kitab dalam Perjanjian Lama (PL) sudah ada sebelum zaman kehadiran Yesus. Kira-kira 250 tahun sebelum Kristus, PL yang dipakai gereja (sinagoga) zaman para rasul adalah PL dalam bahasa Yunani, dikenal sebagai Septuaginta (LXX). Septuaginta ini dipakai oleh orang orang Yahudi di luar Israel yang berbahasa Yunani. Septuaginta ini “lebih tebal” dari PL dalam bahasa Ibrani. Di dalam Septuaginta inilah terdapat ketujuh kitab yang disebut Deterokanonika.
Bangsa Yahudi pada tahun 90-100 M menetapkan kanon Kitab Suci mengikuti sekolah agama Yahudi yang mengikuti aliran Rabinik di Yamnia, dalam bahasa Ibrani. Pada akhir abad kedua atau awal abad ketiga, keputusan Konsili Yamnia itu diterima semua umat Yahudi.
Gereja Katolik menetapkan kanon Alkitab pada Konsili Trento, pada 8 April 1546. Mengingat banyak gereja lokal—dalam persatuan dengan dan ketaatan kepada Gereja Katolik Roma di Vatikan—mengakui Deterokanonika sebagai bagian dari PL, maka Deterokanonika pun resmi menjadi bagian Alkitab Katolik. Sesuai dengan Septuaginta.
Gereja Reformasi yang diawali Martin Luther awalnya menolak Deterokanonika dan empat kitab PB, yaitu Surat kepada orang-orang Ibrani, Surat Yakobus, Surat Yudas, dan Wahyu kepada Yohanes. Dan setelah melalui tiga kali “confessio”, pada tahun 1648 mereka akhirnya menerima ke-27 kitab sebagai PB. Sedangkan Deterokanonika tetap ditolak.
Jadi bukan masalah Gereja Katolik menambah jumlah kitab dalam Alkitab, atau Gereja Reformasi mengurangi jumlah kitab dalam Alkitab, melainkan sebagai keputusan menetapkan mana kitab yang diterima sebagai wahyu Allah sesuai penafsiran Gereja masing-masing.
2. SALlB DENGAN TUBUH YESUS TERGANTUNG (CORPUS CHRISTI)
Umat Katolik dianggap menyembah patung, karena dalam salib yang digunakan terdapat area di mana Yesus yang tergantung.
Perlu diingat bahwa salib (saja) ditemukan juga di luar agama dan tradisi Kristen. Mereka menggunakan salib sebagai simbol kosmis, jagat raya. Salib juga sebagai simbol kehidupan (ankh). Keduanya sudah ada jauh sebelum Kekristenan muncul.
Penolakan Gereja Protestan terhadap salib dengan area Yesus, berdasarkan pertimbangan atas ayat Kel 20: 4-5: “Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu Yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya …” juga Ul 5:8-9 (persis sama dengan Kel 20:4-5).
Sedangkan salib yang digunakan umat Katolik, area Yesus yang dipercaya sebagai peringatan akan Yesus yang menderita dan wafat untuk menebus dosa umat manusia. Yang ditonjolkan adalah Yesus yang menderita dan wafat di kayu salib. Yesus yang wafat untuk menebus dosa umat manusia. Bukan salibnya saja yang ditonjolkan, melainkan seutuhnya: Yesus yang disalib. Atau salib di mana Yesus tergantung dan wafat. Jadi bukan menyembah patung yang terbuat dari kayu/ tanah liat, melainkan umat Katolik hanya ingin memvisualisasi peristiwa penebusan dosa umat manusia oleh Yesus yang disaIib,
3. TUJUH SAKRAMEN
Pengertian sakramen dapat dikatakan sebagai kejadian di mana Tuhan hadir dan rahmat Tuhan mengalir. Tidak semua peristiwa dikategorikan sebagai sakramen, melainkan yang ditafsirkan sebagai perintah Yesus Kristus maupun Allah sendiri menurut Alkitab. Ada tanda lahiriah yang tampak dan memberi kasih karunia/ rahmat (yang tak terlihat) yang menyertai.
Menurut beberapa penulis, umat kristiani non-Katolik kebanyakan mempunyai dua sakramen utama saja, yaitu sakramen Baptis dan sakrarnen Perjamuan Kudus.
Memang benar, istilah sakramen tidak ditemukan di dalam Alkitab, namun peristiwanya, ajarannya ada. Bandingkan dengan istilah Tritunggal (Trinitas) yang istilahnya tidak ada dalam Kitab Suci, namun ajarannya dipercaya jelas ada.
Ketujuh sakramen itu mengikuti peristiwa-peristiwa penting dalam hidup siklus manusia. Sejak lahir sampai meninggal dunia.
1. Sakramen Baptis, jelas Yesus sendiri yang memerintahkan (Mat.28: 19,Yoh 3:22-23).
2. Sakramen Penguatan/ Krisma, jelas ditunjukkan oleh Petrus (Kis 8:d14-l6).
3. Sakramen Ekaristi, Yesus sendiri yang memberi contoh pada perjamuan malam, dan memerintahkan untuk melakukannya (Mat 26:26-28, Mrk 14:22-25, Luk 22:17-20).
4. Sakramen Perkawinan, jelas dikatakan oleh Yesus: “Apa yang dipersatukan oleh Tuhan tidak boleh dipisahkan oleh manusia.” (Mat 19:5-6, Ef 5:22-33).
5. Sakramen Imamat, Yesus sendiri berkata: “Ikutlah Aku” (Mat 4:18-22, Yoh 12:26). Bukan kamu yang memilih Aku melainkan Akulah yang memilih kamu” (Yoh.15:16). Yesus menghembusi lalu berkata…(Yoh 20:21-22).
6. Sakramen Tobat, Yesus sendiri berkata: “Apa yang kamu ikat di bumi, terikat di surga, Apa yang kamu lepaskan di bumi terlepas di surga” sebagai formalisasi pertobatan (Mat 16:19, 18:18). Lebih jelas lagi: “Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni” (Yoh 20::22-23).
7. Sakramen Perminyakan/ Pengurapan orang sakit, sangat banyak teladan Yesus menyembuhkan orang sakit (baca Yak 5:14-15. Mrk 6: 131).
4. GEREJA KATOLIK VS KRISTEN PROTESTAN
Kristen Protestan muncul setelah reformasi yang diawali oleh Martin Luther pada abad XVI. Beberapa perbedaan yang menyolok dan prinsip adalah:
a. Sola Scriptura
Kristen Protestan hanya menerima Alkitab sebagai wahyu Allah. Sedangkan Kristen Katolik menerima Alkitab dan Tradisi Suci. Perhatikan ayat-ayat berikut ini: Kis 2:42; 1Kor 15:3; 2Tes 2:15 (…ajaran-ajaran yang kamu terima dari kami, baik itu secara lisan maupun secara tertulis…), 1Kor 11:12; 1 Tes 2:13, 2Tim 2:2; 2Ptr 3: 1-3;
b. Sola Gratia
Kristen Protestan percaya keselamatan hanya karena belas kasih Allah. Sedangkan Kristen Katolik: Di samping belas kasih Allah, ada perbuatan atau jasa manusia turut menentukan keselamatan.
c. Sola Fide
Gereja Kristen Protestan percaya manusia dibenarkan hanya karena iman saja. Kata “saja” ditambahkan pada surat Rasul Paulus kepada umat di Roma.
“…Manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat.” (Rm 3:28)
Sedangkan Kristen Katolik, di samping iman, ada perbuatan/ tindakan sebagai bukti bahwa kita beriman.
“Apa gunanya …ia mempunyai iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan dia? … Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakikatnya adalah mati … Jadi, manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, bukan hanya karena iman.” (Yak 2:14-18, 24)
“Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya. Hidup kekal kepada mereka yang dengan tekun berbuat baik, mencari kemuIiaan, kehormatan dan ketidakbinasaan. Tetapi murka dan geram kepada mereka yang mencari kepentingan sendiri…” (Rm 2: 6-13)
Lihat pula Mat 7:21-23 dan Mat 25:31-46.
5. CARA BAPTIS GEREJA KATOLIK TIDAK SAH?
Baptis di Gereja Katolik diperciki/ dialirkan air di dahi, bukan ditenggelamkan—seperti yang dilakukan Yohanes Pembaptis. Menurut Gereja Kristen Protestan, baptis yang benar dan sah adalah yang ditenggelamkan/ diselam.
Hal itu didasarkan atas ayat: Mat 3:16:” Sesudah dibaptis, Yesus keluar dari air...” Karena Yesus dibaptis di sungai Yordan, maka disimpulkan pasti ditenggelamkan/ diselam. Padahal, menurut Gereja Katolik, tidak ada penjelasan bagaimana Yesus dibaptis.
“Marilah kita tinggalkan asas-asas pertama dari ajaran tentang Kristus dan beralih kepada perkembangannya yang penuh. Janganlah kita meletakkan lagi dasar pertobatan dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia dan dasar kepercayaan kepada Allah, yaitu ajaran tentang pelbagai baptisan…” (Ibr. 6: 1-2a)
Jadi, menurut Katolik, sebenarnya tidak perlu diperdebatkan mengenai cara pembaptisan, melainkan perkembangan sesudah dibaptis!
6. EKARISTI: BERHALA?
Muncul kritik terhadap Ekaristi, menunjuk kepada Kanon 6 menetapkan bahwa umat Katolik harus menyembah dan memuja hosti dan berlutut. Mereka juga mengaraknya dalam prosesi dan setiap orang berlutut dan menyembah hosti yang diyakini telah menjadi “Yesus” mereka. Bukan saja orang Katolik membuat “patung” yang menyerupai roti kecil, lalu memakannya dan menyembah roti kecil itu. SeIuruh praktik itu dilarang Tuhan. Yesus sudah berada di sebelah kanan Allah, Bapa. Dia diyakini adalah Allah sendiri. Dia Mahahadir. Yesus pasti tidak mungkin dibatasi di dalam hosti kecil tipis.
Kutipan di atas tentang Iarangan membuat patung dan menyembahnya terdapat di dalam kitab Kel, 20:4-5. Kalau hosti itu hanya roti biasa lalu disembah, memang itu berhala. Umat Katolik percaya bahwa roti yang sudah dikonsekrasi (diberkati) itu adalah tubuh dan darah Yesus Kristus sendiri. Bukan hanya simbol belaka. Hal ini sesuai dengan sabda Yesus sendiri pada perjamuan malam terakhir (Luk.22:14-20): “Kemudian Ia mengambil cawan, mengucap syukur, lalu berkata: ‘Ambillah ini dan bagikanlah di antara kamu.’ Lalu Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka; dan kata-Nya: ‘lnilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu, perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku.’ Demikian juga dibuatnya dengan cawan sesudah makan; Ia berkata: ‘Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu.’” Di dalam Injil Matius tertulis: “Ambillah dan makanlah, inilah tubuh-Ku … Minumlah kamu semua dari cawan ini. Sebab inilah darah-Ku darah perjanjian yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa.”
Jadi, menurut Gereja Katolik, jelas sekali bahwa roti itu adalah tubuh Yesus sendiri, anggur itu darah Yesus sendiri. Yesus pun berkata: “Lakukanlah ini sebagai peringatan akan Aku.” Ini dipercaya harus ditafsirkan sebagai perintah Yesus sendiri.
Selanjutnya kita baca di dalam 1 Kor 11:26-27: “Setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang. Jadi barangsiapa dengan cara yang tidak Iayak makan roti atau minum cawan Tuhan, ia berdosa terhadap tubuh dan darah Tuhan.” Jadi menghormati dan menyembah tubuh dan darah Yesus sendiri adalah suatu perbuatan yang layak.
Para rasul dan murid Yesus, melanjutkan perintah Yesus itu, seperti tertulis di dalam Kis 2:42: “Mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa.” Bahkan jelas sekali memecah roti dilakukan saat berkumpul dan berdoa! Inilah juga yang dilakukan oIeh umat Katolik, dibungkus di dalam ritual: Misa!
Di dalam Yoh 6:54 tertulis: “Barangsiapa makan daging-Ku dan Minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman.”
Jadi Ekaristi bukanlah berhala, melainkan taat akan perintah Tuhan Yesus sendiri, yang menjanjikan keselamatan. Ekaristi digandeng dengan ibadat sabda menjadi Misa.
7. DOA ARWAH: APA DASAR ALKITABNYA?
Orang-orang Kristen (Protestan) berpendapat bahwa nasib seseorang yang meninggal ditentukan imannya selama hidup dan menjelang kematiannya, seperti kedua penjahat yang disalib bersama Yesus. Yang satu percaya akan Yesus, dia dijanjikan akan berada di surga bersama Yesus. Jadi hanya ditentukan oleh imannya (sola fide), dan tidak bisa dibantu oleh orang lain yang masih hidup. Tidak ada ayat dalam Alkitab yang membenarkan doa bagi orang mati.
Gereja Katolik mendoakan orang yang sudah mati, dengan mengacu pada 2Makabe 12:38-45. Diceriterakan tentang banyaknya tentara Yahudi yang tewas dalam perang suci yang dipimpin oleh Yudas Makabe itu kedapatan memiliki jimat dari berhala kota Yamnia di belakang jubahnya. lni bertentangan dengan hukum Taurat. Dosa itulah yang menyebabkan kematian mereka. Karena itu mereka berdoa bagi arwah yang meninggal, semoga dosa yang telah dilakukan itu dihapus semuanya (ayat 42). Juga mereka mengumpulkan dana dan mengirim ke Yerusalem agar dipersembahkan korban penghapusan dosa (ayat 43).
Dalam Sir 7:33 dikatakan: “Haruslah kemurahan hatimu meliputi semua orang yang hidup, tetapi orang mati pun jangan kau kecualikan pula dari kerelaanmu.”
Sayangnya kedua ayat tersebut di atas terdapat di Deterokanonika, yang memang tidak diterima sebagai bagian dalam Alkitab Protestan.
Tetapi jangan lupa, di dalam kitab Neh 9:2 ada tertulis: “Keturunan orang Israel memisahkan diri dari semua orang asing, lalu berdiri di tempatnya dan mengaku dosa mereka dan kesalahan nenek moyang mereka.” Berarti memohon pengampunan atas dosa (baca: kesalahan) nenek moyang yang sudah meninggal!
Dengan demikian, kita yang masih hidup dan beriman kepada Yesus Kristus, justru mempunyai tugas mendoakan orang yang sudah meninggal, terlepas apakah dia sudah berada di surga atau masih di api pencucian atau di neraka yang adalah urusan Tuhan.
8. SELIBAT BERTENTANGAN DENGAN KODRAT?
Benar bahwa di dalam Kitab Kejadian tertulis: “Beranak-cuculah dan bertambah banyak; Penuhilah bumi dan taklukkanlah itu” (Kej 1:28). Ini menjadi kodrat, manusia yang diberi mandat melanjutkan prokreasi melalui sistem reproduksi manusia.
Tetapi ada juga ayat yang khusus ditujukan dengan maksud tertentu, seperti yang dapat dibaca di dalam Mat 19:12: “Ada orang yang tidak dapat kawin karena ia memang lahir demikian dari rahim ibunya. Dan ada orang yang dijadikan demikian oleh orang lain. Dan ada yang membuat dirinya demikiankarena kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Surga. Siapa yang dapat mengerti, hendaklah ia mengerti.”
Dengan demikian, para biarawan, biarawati, para imam/ pastor—terutama kewajiban hidup selibat bagi mereka ini ditetapkan dalam Konsili Trento—dipercaya tidak melanggar kodrat, karena mereka menjalani hidup selibat untuk kepentingan Kerajaan Surga. Bersyukurlah umat Katolik karena ada yang mengerti sabda Tuhan Yesus itu dan mau menjalaninya, yaitu para Biarawan dan Biarawati.
Halelujah..