TAHUN 2020 GEREJA DIHARAPKAN MAMPU “MENGGARAMI” INDONESIA

Posted by mochihotoru | Posted in , , , | Posted on 10:08:00 PM

Sedikit garam yang hanya tiga persen ternyata mampu menggarami lautan dan menjaganya tetap bersih, seperti itulah seharusnya peran gereja di tengah masyarakat Indonesia. Gereja dapat membawa dampak dan mampu mengubah masyarakat di sekelilingnya.

Pada tanggal 10 Januari 2009 lalu bertempat di Hotel Borobudur, Jakarta telah diadakan pertemuan informal Bless Indonesia 2020 dengan para pemimpin aras gereja yang bertujuan untuk mempererat dan lebih mengakrabkan hubungan antara pemimpin sinode dan aras gereja yang ada di Indonesia.

Hadir dalam pertemuan tersebut antara lain, Pdt. DR. Nus Reimas sebagai Ketua Umum Bless Indonesia 2020 sekaligus menjabat sebagai Ketua Umum PGLII, Wakil Sekretaris Umum PGLII, Pdt. Dahlan Setiawan, Ketua Umum dan Sekretaris Umum PGI, Pdt. Dr. A.A. Yewangoe dan Pdt. Gomar Gultom, serta Perwakilan dari PGPI, Pdt. Robinson, serta pimpinan lembaga Kristiani lainnya.

Pertemuan tersebut merupakan salah satu kegiatan rutin yang fasilitasi oleh Bless Indonesia 2020 sebagai salah satu cara untuk lebih mengakrabkan dan mempererat hubungan di antara para pemimpin gereja.

Bless Indonesia merupakan sebuah jejaring yang inti pelayanannya berfokus pada ketua-ketua sinode dan pimpinan aras gereja. Keberadaan Bless Indonesia sendiri adalah untuk memberikan penyadaran kepada sinode-sinode dan gereja-gereja bagaimana peran gereja untuk memberi dampak kepada masyarakat dan menjadi “garam” di tengah masyarakat dunia dan sekitarnya. Inti pelayanan Bless Indonesia sendiri adalah lebih pada tataran sinode dan pimpinan aras gereja. Dalam hal memberikan pembelajaran kepada para pimpinan sinode dengan harapan kemudian dapat diteruskan ke tataran yang lebih rendah, ke gereja-gereja lokal.

Berawal dari pertemuan tiga aras gereja di Singapura pada Februari 2007 silam, yang mana kemudian terbersit pemikiran tentang,” Seperti apakah Indonesia pada 10 atau 20 tahun mendatang jika gereja bersatu?” Hal inilah yang kemudian melatarbelakangi terbentuknya Bless Indonesia 2020, supaya di tahun 2020 Indonesia semakin diberkati dengan adanya persatuan dan kesatuan gereja yang pelayanannya mengalir keluar kepada masyarakat bukan hanya ke dalam gereja itu sendiri,” ujar Pdt. Yerry Efrain Tawalujan, M.Th selaku Sekretaris Jenderal Bless Indonesia 2020 kepada wartawan.

Lebih lanjut, Pdt. Yerry Tawalujan, M.Th yang juga menjabat sebagai Sekretaris Komisi Misi dan Penginjilan PGLII dan Wakil Bendahara Umum PGPI menerangkan bahwa, “Di manapun gereja berada, eksistensinya harus dapat dirasakan bukan hanya oleh warga gereja tetapi juga oleh seluruh masyarakat disekitarnya.”

Dari sejarah yang ada, lanjutnnya, data mengenai daerah-daerah yang merupakan kantung-kantung Kristen, seperti Papua, kualitas hidup orang Kristennya jauh dari kehidupan Injil, di mana Papua tercatat sebagai daerah dengan jumlah penderita AIDS paling banyak di Indonesia. Kondisi ini sangat kontras dengan predikat Papua sebagai salah satu daerah kantung Kristen.

Oleh karena itu, gereja dituntut bukan hanya memberdayakan warga gerejanya tetapi juga diharapkan bisa mengubah lingkungan di mana gereja itu berada menjadi lebih baik dan damai sejahtera tanpa konflik. Untuk itulah peranan Bless Indonesia, yakni untuk mendorong sinode-sinode dan pimpinan-pimpinan gereja untuk, pertama menciptakan persatuan dan kesatuan yang kemudian menciptakan kesatuan yang fungsional. Jadi bukan hanya kesatuan di tingkat pertemuan formal saja tetapi juga kesatuan di tingkat program di tingkat kabupaten atau daerah yang dilakukan oleh aras gereja. Yerry menilai sampai saat ini hal itu telah menunjukkan adanya kemajuan yang berarti.

Bless Indonesia lanjut Yerry, sangat membatasi diri untuk tidak melakukan apa yang menjadi tugas gereja dan sinode, tetapi hanya berperan sebagai fasilitator dan menjembatani serta memberikan visi serta wawasan semata. Kelihatannya sudah semakin bagus, baik ditingkat daerah maupun nasional,” imbuh Yerry.

Dalam mewujudkan visi dan misinya, Bless Indonesia 2020 juga menetapkan lima indikator transformasi yakni, pertama Economic Sufficiency (Kecukupan Ekonomi) di masyarakat, dimana ada gereja, disitu seharusnya ada pengentasan kemiskinan. Kedua, Social Peace (Kedamaian Sosial) yakni menyangkut kedamaian yang terjalin antaretnis dan antaragama, kedamaian dalam hidup, dalam kepelbagaian dan pluralisme yang selaras dengan Firman Tuhan dalam Yesaya 11.

Indikator ketiga adalah Public Justice (Keadilan Publik), yakni bagaimana gereja dapat memperjuangkan keadilan bagi seluruh lapisan masyarakat, bukan hanya bagi umat Kristen. Gereja diharapkan dapat terlibat dalam memperjuangkan keadilan di tengah masyarakat, seperti contoh, kasus Prita Mulyasari dan lainnya.

Keempat, National Righteousness (Kebenaran Nasional) yakni bagaimana bangsa ini dapat didasarkan pada nilai-nilai kebenaran yang universal yang sebenarnya juga adalah kebenaran Alkitabiah, sebab kebenaran Alkitab itu sendiri diterima secara universal. Dan kelima, Christian Influence (Pengaruh Kekristenan), yakni pengaruh kekristenan bukan dari segi jumlah atau kuantitasnya tetapi dari segi kualitasnya. Jadi, urai Yerry, “Bukan dalam artian Kristenisasi tetapi lebih kepada bagaimana jumlah orang Kristen yang hanya sedikit itu bisa memberikan pengaruh kepada seluruh bangsa dalam hal nilai-nilai kebaikan dan kebenaran.”

Untuk gereja-gereja aliran Kharismatik dan Pantekosta, jangan hanya berbicara mengenai surga saja tetapi terputus dari situasi dan kondisi nyata yang ada di masyarakat,” tutup Yerry.

(sumber: christianpost.co.id)

Comments (0)

Post a Comment