Mengapa Harga Buku di Indonesia Mahal?

Posted by mochihotoru | Posted in , , | Posted on 6:48:00 PM

Oleh Endro Yuwanto

Harga buku di Indonesia masih bisa dibilang mahal, apalagi jika dibandingkan dengan harga buku di negara lain. Hal tersebut tak hanya menjadi masalah bagi siapa saja yang menjadi pembaca, pemerhati, dan penikmat buku.

http://rumahherbalku.files.wordpress.com/2009/06/togamas-1.jpg


Harga kertas dan pajak masih menjadi alasan penerbit terkait sulitnya menekan harga buku. Hal itu pernah dikemukakan Ketua Umum Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) Setia Dharma Madjid. Pajak kertas yang dirasa masih tinggi membuat penerbit mau tidak mau memberikan harga yang sesuai dengan biaya produksi mencetak buku. Pemerintah agaknya memang masih belum terlalu serius untuk berupaya mencerdaskan kehidupan bangsa yang salah satunya dengan budaya baca buku.

Mantan Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla pernah menyatakan, tingginya harga buku di Indonesia disebabkan sistem distribusi buku yang kurang tepat. Karena itu jika ingin menciptakan harga buku murah, maka sistem distribusi buku perlu dibenahi.

Sistem distribusi yang tidak berjalan dengan benar tersebut, menurut Kalla, akan memengaruhi jumlah produksi buku dan akhirnya juga berpengaruh pada harga. “Kalau ingin jumlah cetakan besar, harus tersebar baik, baru harganya murah. Kalau distribusi tidak tersebar baik, jumlah yang dicetak sedikit, maka harganya tinggi,” tegasnya.

Dari salah satu arsip milis, ada informasi bahwa salah satu biaya besar dalam distribusi buku adalah diskon yang diminta oleh toko buku. Besarnya tidak kira-kira bisa sampai 50 persen, atau bahkan 55 persen!

Tak aneh bila buku-buku di kios-kios langganan para mahasiswa/ pelajar di daerah Palasari (Bandung), dan mungkin sekali di Senen (Jakarta) adalah bukan buku bajakan, melainkan tetap buku asli. Di kios-kios tersebut, besarnya diskon yang bisa didapat pembeli adalah hingga 30 persen dari harga banderol. Ini bukan karena sumber bukunya meragukan, melainkan disebabkan penerapan skema diskon yang berbeda dibandingkan toko buku besar.

Wajar bila Dewi Lestari, dengan buku bestseller-nya ‘Supernova’ akhirnya pada distribusi buku keduanya, memilih untuk melakukannya secara daring (online). Karena kalau bicara soal pemangkasan biaya, maka menjual buku via internet akan jauh lebih ekonomis, dibandingkan harus menyerahkan sekitar 50 persen profit pada distributor.

http://farm1.static.flickr.com/44/150522270_30e0afbc4d.jpg

Inilah beberapa alasan mengapa harga buku selalu tinggi sehingga minat beli dan bukan minat baca penduduk Indonesia rendah. Penulis asal Indonesia pun rata-rata belum bisa hidup makmur dari karya-karyanya.

Jepang adalah salah satu contoh negara yang minat bacanya sangat tinggi. Seperti sering didengar melalui cerita-cerita, orang Jepang selalu membaca buku di mana pun berada. Di angkutan umum, tempat publik, dan sebagainya, akan terlihat pemandangan orang-orang yang tekun membaca buku.

Untuk menjadi seperti Jepang, memang masih terlalu jauh bagi Indonesia. Apalagi jika persoalan penyebab mahalnya harga buku tak jua tertuntaskan.

Sumber: dekadeku.wordpress.com

Comments (0)

Post a Comment