KHOTBAH HAJI PERPISAHAN MUHAMMAD
Posted by mochihotoru | Posted in Hadiths, History, Islam, Religions | Posted on 11:06:00 PM
PENGANTAR
Haji Wada atau Haji Perpisahan adalah ibadah haji terakhir yang dilakukan oleh Rasul Allah, Muhammad, sebelum akhirnya ia wafat.
Nabi Muhammad memberitahukan kepada para sahabat dan utusan yang menemuinya, bahwa haji yang akan beliau laksanakan pada tahun itu tampaknya haji terakhir. Karena itu kaum muslim berlomba-lomba untuk menghadiri haji pada tahun tersebut, yaitu tahun 10 Hijriah. Ada yang menyatakan terkumpul sekitar 90.000 orang, ada juga 140.000, ada pula 120.000, bahkan ada yang menyatakan lebih dari itu.
Pada hakikatnya, khotbah nabi pada Haji Wada pada tahun 10 Hijriyah merupakan pidato politis terakhir yang dilakukan oleh nabi pada saat mengakhiri ibadah haji yang dilakukan sang Nabi yang dijanjikan. Pelaksanaan haji pada tahun sebelumnya (9 Hijriyah), dipimpin oleh Abu Bakar as Shiddiq. Pada tahun 9 Hijriyah, Perjanjian Hudaibiah masih berlaku, sehingga di antara yang melaksanakan ibadah haji masih terdapat kaum musyrik (pagan), bahkan masih terdapat di antara kaum musyrik yang beribadat sambil bertelanjang badan.
Ada beberapa poin penting yang terdapat dalam pidato nabi pada saat Haji Wada, yang menjadi pernyataan resmi dalam percaturan politik di jazirah Arab. Setelah terjadi Futuh Makkah (Penaklukan Kota Mekah), di mana terjadi pergantian kepemimpinan di kota Mekah dari kekuasaan kafir Quraisy kepada Daulah Islamiyah yang berpusat di Madinah pimpinan Muhammad. Abu Sofyan sebagai pimpinan Mekah telah menyerahkan kekuasaannya secara penuh kepada Muhammad, bahkan beliau dan istrinya menjadi penganut Islam menyusul putrinya, Ummu Habibah, yang telah lebih dulu masuk Islam dan menjadi istri sang Utusan Allah. Poin-poin tersebut adalah:
Pertama, “Sesungguhnya darahmu dan hartamu terpelihara” menunjukkan adanya jaminan keamanan Daulah Islamiyah pimpinan Muhammad sebagai raja. Pada saat Futuh Makkah, orang-orang Quraisy ketakutan kepada pasukan muslim, yang terdiri dari kaum muhajirin (imigran). Mereka mengira Nabi dan para sahabatnya akan membalas dendam karena telah mereka usir dari tanah kelahirannya dan dibunuhnya sanak saudara mereka. Tanpa disangka Muhammad malah bersabda: “Mulai hari ini, siapa saja aman…” Maka luluhlah hati mereka yang keras, dan mereka dapat melihat cahaya Islam. Dan harta seorang muslim tidak halal bagi muslim yang lain kecuali setelah dihalalkan olehnya.
Kedua, riba sebagai suatu cara berekonomi yang keji dan merusak kehidupan masyarakat dihapuskan secara mutlak. Eksploitasi antara suatu kelompok atas kelompok yang lain lazimnya terjadi dengan perantaraan sistem riba.
Ketiga, semua dendam masa lalu sebelum Futuh Makkah tidak perlu diungkit-ungkit lagi. Semua sudah dihapuskan dan dosa diampuni. Sehingga mulai hari itu semua pihak bisa bekerja sama, bahu membahu, beraktivitas secara produktif tanpa dendam masa lalu untuk membangun masyarakat dan peradaban baru dengan akidah dan hukum Islam. Dan persaudaraan di antara mereka menjadi lebih erat karena hanya berdasarkan kepada hukum Islam. Semua dapat hidup aman, damai dan sejahtera di bawah naungan Daulah Islamiyah. Baik yang muslim maupun kafir zimmi, mereka dapat hidup berdampingan secara harmonis.
Keempat, mengenai perempuan. Perempuan mendapat penghormatan khusus, karena memang hukum Islam memuliakan dan memerhatikan kaum perempuan. Muhammad secara tegas memerintahkan kepada umat percaya untuk melindungi dan menjaga amanat terhadap kaum perempuan. Terutama setelah terjadi perpindahan tanggung jawab dari para wali (orang tua) kepada suami yang mengambil alihnya dalam nama Allah. Pria wajib mendidik para istrinya. Perempuan yang berserah diri kepada Allah sangat menjaga kehormatan dan kesuciannya, sehingga mereka dapat melahirkan generasi yang mulia. Jauh dari perzinahan dan pergaulan bebas, yang dapat merusak keluarga dan ikatan nasab seseorang. Dan selanjutnya dapat merusak tatanan sosial, sehingga hancurlah peradaban umat manusia. Perempuan menjadi tiang peradaban jemaah Allah. Hukum Islam yang benar dan tidak menyimpang diterapkan untuk memimpin dunia membangun peradaban manusia yang bermartabat.
Itulah poin-poin penting dalam wasiat terakhir dari khotbah Muhammad sand Nabi, tersebut. Selanjutnya tentunya keselamatan akan terjamin bagi umat yang benar-benar bertakwa ini, di dunia di akhirat, manakala berpegang teguh pada pusaka Muhammad, yakni Kitab Allah (Alquran) dan Sunnah Rasul-Nya (Hadis).
Nabi wafat tidak lama setelah melakukan Haji Wada. Meninggalnya nabi mengandung arti bahwa beliau telah sempurna melaksanakan tugas mulianya dalam menyampaikan seluruh perintah Allah bagi seluruh umat manusia. Kitab Allah, yaitu Alquran, dipercaya sebagai mukjizat Muhammad yang terpelihara sampai hari kiamat kelak. Alquran adalah wasiat sang Nabi yang paling berharga disamping Hadis. Kitab Allah merupakan Firman-Nya yang dipercaya menjadi pedoman hidup yang akan selalu menyertai umat muslim agar bisa selamat di dunia dan di akhirat.
Dan kisah di bawah ini diceritakan kembali dari Hadis yang dituturkan oleh Bukhari dari Abdullah bin Umar dan sebuah kisah yang dituturkan oleh Ibnu Hisyam dalam Al-Sirah Al-Nabawiyyah dalam Teladan Indah Rasul Allah dalam Ibadat, Ahmad Rafi Usmani.
TEKS
Hari itu Hari Tarwiyah 10 Hijriah. Saat itu Rasul Allah, Muhammad, pergi ke Mina dan melaksanakan salat Zuhur, Ashar, Magrib, Isya, dan Subuh di sana. Seusai menanti beberapa saat hingga matahari terbit, beliau pun melanjutkan perjalanan hingga tiba di Arafah. Tenda-tenda waktu itu telah didirikan di sana. Beliau masuk tenda yang telah disiapkan bagi beliau.
Setelah matahari tergelincir, Rasul Allah meminta agar Qashwaa, unta beliau, dibawa kepada beliau. Beliau kemudian menungganginya hingga tiba di tengah Padang Arafah. Di sana telah berkumpul sekitar 124.000 atau 144.000 kaum muslim. Beliau kemudian berdiri di hadapan mereka menyampaikan khotbah haji terakhir beliau yang lebih dikenal dengan sebutan Haji Wadaa:
“Wahai manusia! Dengarkanlah nasihatku baik-baik, karena barangkali aku tidak akan bisa lagi bertemu muka dengan engkau semua di tempat ini. Tahukah engkau semua, hari apakah ini? Inilah Hari Nahr, hari korban yang suci. Tahukah engkau bulan apakah ini? Inilah bulan suci. Tahukah kalian tempat apakah ini? Inilah kota yang suci. Karena itu, aku permaklumkan kepada kalian semua bahwa darah dan nyawa kalian, harta benda kalian dan kehormatan yang satu terhadap yang lainnya terpelihara atas kalian sampai kalian bertemu dengan Tuhanmu kelak. Semua harus kalian kuduskan sebagaimana kudusnya hari ini, sebagaimana kudusnya bulan ini, dan sebagaimana kudusnya kota ini. Hendaklah berita ini disampaikan kepada orang-orang yang tidak hadir di tempat ini oleh engkau sekalian!
Bukankah aku telah menyampaikan? Ya Allah, saksikanlah!
Hari ini hendaklah dihapuskan segala macam bentuk riba. Barangsiapa yang memegang amanat di tangannya, maka hendaklah ia bayarkan kepada yang empunya. Dan, sesungguhnya riba Jahiliah adalah dosa. Dan awal riba yang pertama sekali kuberantas adalah riba yang dilakukan pamanku sendiri, Abbas bin Abdul Muttalib.
Hari ini haruslah dihapuskan semua bentuk pembalasan dendam pembunuhan Jahiliah, dan penuntutan darah cara Jahiliah. Yang pertama kali kuhapuskan adalah darah Amir bin Haris; [dialah cucu Bani Saad bin Abdul Mutalib].
Wahai manusia! Hari ini setan telah putus asa untuk dapat disembah pada bumimu yang suci ini. Tetapi, ia bangga jika engkau dapat menaatinya walau dalam perkara yang kelihatannya kecil sekalipun. Karena itu, waspadalah kalian atasnya! Wahai manusia! Sesungguhnya zaman itu beredar sejak Allah menjadikan langit dan bumi.
Wahai manusia! Sesungguhnya bagi kaum perempuan [yaitu istri kalian] itu ada hak-hak yang harus kalian penuhi, dan bagi kalian juga ada hak-hak yang harus dipenuhi perempuan itu. Yaitu, mereka tidak boleh sekali-kali membawa orang lain ke tempat tidur selain kalian sendiri, dan mereka tidak boleh membawa orang lain yang tidak kalian sukai ke rumah kalian, kecuali setelah mendapat izin dari kalian terlebih dahulu. Karena itu, sekiranya kaum perempuan itu melanggar ketentuan-ketentuan itu, sesungguhnya Allah telah mengizinkan kalian untuk memisahkan mereka dari tempat tidur, dan kalian boleh memukul tanpa menyakiti mereka yang melakukan dosa itu. Tetapi, jika mereka berhenti dan menaati kalian, menjadi kewajiban kalianlah untuk memberi nafkah dan pakaian mereka dengan sebaik-baiknya. Ingatlah, kaum Hawa adalah ciptaan yang lemah di samping kalian. Mereka tidak dianugerahi kekuatan [sebesar kalian]. Kalian telah membawa mereka dengan suatu amanat dari Tuhan dan kalian telah halalkan kehormatan mereka dalam firman Allah. Karena itu, bertakwalah kepada Allah mengenai perempuan dan terimalah wasiat ini untuk bergaullah secara baik dengan mereka.
Wahai umatku! Bukankah aku telah menyampaikan? Ya Allah, saksikanlah!
Wahai manusia! Sesungguhnya aku meninggalkan kepada kalian sesuatu, yang jika kalian memeganginya erat-erat, niscaya kalian tidak akan sesat selamanya. Yaitu: Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya. Wahai manusia! Dengarkanlah baik-baik apa yang aku ucapkan kepada kalian, niscaya kalian bahagia untuk selamanya dalam hidup!
Wahai manusia! Kalian hendaklah mengerti bahwa orang-orang percaya itu bersaudara. Karena itu, bagi tiap-tiap pribadi di antara kalian terlarang keras mengambil harta saudaranya, kecuali dengan izin hati yang ikhlas.
Bukankah aku telah menyampaikan? Ya Allah saksikanlah!
Janganlah kalian, sepeninggalku nanti, kembali kepada kekafiran, yang sebagian kalian memainkan pedang untuk menebas batang leher saudara kalian. Sebab, bukankah telah kutinggalkan untuk kalian pedoman yang benar, yang jika kalian mengambilnya sebagai pegangan dan lentera kehidupan kalian, tentu kalian tidak akan sesat, yakni Kitab Allah.
Wahai umatku! Bukankah aku telah menyampaikan? Ya Allah, saksikanlah!
Wahai manusia! Sesungguhnya Tuhan kalian itu satu, dan sesungguhnya kalian berasal dari satu bapa. Kalian semua dari Adam dan Adam terjadi dari debu tanah. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian semua di sisi Tuhan adalah orang yang paling bertakwa. Tidak sedikit pun ada kelebihan bangsa Arab dari yang bukan Arab, kecuali dengan takwa [yaitu mengikuti perintah Allah dan menjauhi larangan Allah seperti yang ada tertulis dalam Kitab Allah].
Wahai umatku! Bukankah aku telah menyampaikan? Ya Allah, saksikanlah!
Karena itu, barangsiapa yang hadir di antara kalian di tempat ini berkewajiban untuk menyampaikan wasiat ini kepada mereka yang tidak hadir!”
Tak lama setelah Rasul Allah menyampaikan khotbah tersebut, turunlah firman Allah:
“Pada hari ini telah Kusempurnakan bagi kalian agama kalian dan telah Kucukupkan kepada kalian nikmat karunia-Ku dan Islam telah Kuberkati menjadi agama bagi kalian” (Almaidah 5: 3).
Mendengar firman Allah tersebut, Umar bin Khattab pun meneteskan air mata. Melihat hal itu, dia pun ditanya, “‘Umar, mengapa engkau menangis? Bukankah engkau ini jarang sekali menangis?”
“Karena aku tahu, selepas kesempurnaan hanya ada kekurangan,” jawab Umar. Ia telah merasakan suasana perpisahan (wada’) dengan Rasul Allah yang sangat dicintainya.
Hari ini kaum Muslimin berada dalam situasi di mana aturan-aturan kafir sedang diterapkan. Maka realitas tanah-tanah Muslim saat ini adalah sebagaimana Rasulullah Saw. di Makkah sebelum Negara Islam didirikan di Madinah. Oleh karena itu, dalam rangka bekerja untuk pendirian Negara Islam, kita perlu mengikuti contoh yang terbangun di dalam Sirah. Dalam memeriksa periode Mekkah, hingga pendirian Negara Islam di Madinah, kita melihat bahwa RasulAllah Saw. melalui beberapa tahap spesifik dan jelas dan mengerjakan beberapa aksi spesifik dalam tahap-tahap itu